Selasa, 28 April 2009

Hubungan Pola Asuh Ibu Terhadap Kecerdasan Emosi Pada Anak Prasekolah

Kecerdasan emosional (EQ) individu mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk mengenali perasaan orang lain (empati) dan berdoa, serta untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya. Kecerdasan emosional ini memegang peranan penting untuk kesuksesan seseorang, melebihi kecerdasan rasional/intelektual. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan sedini mungkin terhadap anak-anak, khususnya tentang kecakapan manusiawi dasariah, seperti kesadaran diri, pengendalian diri, dan empati, seni mendengarkan, menyelesaikan pertentangan dan kerja sama dengan menjaga keseimbangan antara kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional.

Salah satu faktor yang berperan dalam perkembangan emosi anak adalah pengasuhan yang memahami kebutuhan anak. Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama, dalam arti keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung jawab dalam mengembangkan kematangan emosi anak-anaknya. Orang tua memegang peranan membentuk sistem interaksi yang intim dan berlangsung lama yang di tandai oleh loyalitas pribadi, cinta kasih dan hubungan yang penuh kasih sayang.

Di satu pihak ada orang tua yang memandang bahwa anak merupakan suatu yang sangat didambakan oleh keluarga karena dianggap akan menjadi penyambung silsilah untuk generasi mendatang dengan segala citra yang indah. Sejalan dengan pandangan itu maka orang tua bersikap dan memperlakukan anak dengan cara berlebihan. Aktivitas dan pergaulan anak sangat dibatasi, banyak larangan yang kadang-kadang tidak jelas alasannya. Sebaliknya orang tua berusaha semaksimal mungkin dalam memenuhi segala permintaan anak tanpa melihat dan mempertimbangkan apakah permintaan itu masih dalam batas kewajaran. Sikap yang demikian protektif tersebut dapat menyebabkan anak cenderung bersifat manja, kurang kreatif dan rendah tingkat kemandiriannya, dan pada akhirnya membuat status emosinya kurang stabil.

Peran orang tua dalam melatih dan mendidik anak untuk mendorong kematangan emosi anak seperti tersebut di atas sangatlah penting, yang bisa melalui suatu pola pengasuhan yang baik. Orang tua diharapkan bisa menjadi teman bagi anak, bisa mengarahkan emosi anak, tapi bukan memaksakan anak untuk menuruti kehendak orang tua. Namun selama ini sikap terlalu protektif, pemaksaan keinginan orang tua terhadap anak secara berlebihan, harapan untuk menjadikan anaknya menjadi anak yang pandai/cerdas menurut pikiran orang tua, menggambarkan bahwa kecerdasan intelektual anak dijadikan sebagai tolok ukur utama keberhasilan dalam mendidik anak tanpa memperhatikan kebutuhan bermain anak.

Kode File : Q027
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2, instrumen lengkap

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 50.000,-

Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Stabilitas Tekanan Darah Pada Lansia

Studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup kurang aktifitas seperti duduk terus-menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang aktifitas/gerak ditambah dengan adanya faktor risiko berupa merokok, pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, pembuluh darah, kencing manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sebagai salah satu penyakit yang timbul akibat gaya hidup kurang gerak dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Seringkali hipertensi disebut sebagai silent killer karena tidak memiliki gejala khusus namun apabila tidak ditangani dengan baik akan mempunyai risiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal.

Orang lanjut usia pada lazimnya secara fisiologis adalah normal memiliki nilai tekanan darah yang tinggi. Selain karena mengurangi aktifitasnya di usia senja, kondisi ini juga terjadi karena dinding arteri lansia telah menebal dan kaku karena arteriosclerosis sehingga darah dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Hal ini sesuai dengan artikel yang dipublikasikan oleh info-sehat.com bahwa penyakit tekanan darah tinggi / hipertensi tersebut kini semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia.

Kode File : K183
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2, instrumen lengkap

Harga : Rp. 50.000,-

Hubungan Antara Motivasi Menjadi Perawat Dengan Prestasi Belajar Pada Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan

Keberhasilan suatu proses pembelajaran mata kuliah keperawatan sangat ditentukan oleh adanya motivasi yang kuat untuk menjadi seorang perawat, yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas / mutu dari pada lulusan itu sendiri, dimana mutu / kualitas dari lulusan inilah yang menentukan tingkat kepercayaan konsumen / Masyarakat terhadap jasa profesi perawat. Untuk memahami dan mengetahui ada atau tidaknya motivasi menjadi seorang perawat itu, Penulis mencoba menghubungkannya dengan prestasi belajar pada mata kulia kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan dengan pertimbangan bahwa mata kuliah ini sangat banyak membahas tentang pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan tentang pelaksanaan proses keperawatan yang merupakan tugas pokok dari profesi perawat itu sendiri.
Munculnya berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya kualitas dari para lulusan D.III keperawatan dewasa ini, berawal dari sistem seleksi penerimaan peserta didik yang kurang memperhatikan unsur motivasi dari para calon peserta didik itu sendiri karena lebih banyak mengandalkan seleksi tes kognitif pada ujian tulis, disamping itu juga telah banyaknya bersebaran institusi Akper baik itu Akper Depkes, Pemda maupun Akper swasta sehingga memudahkan bagi para calon peserta didik untuk memilih dan masuk pada pendidikan Akper, misal sudah gagal masuk di Akper Depkes, masih ada Akper Pemda kemudian masih ada lagi Akper swasta. Ditambah lagi faktor desakan orang tua yang memaksa putra-putrinya untuk masuk Akper walaupun pada dasarnya putra – putrinya tersebut tidak memiliki kemauan untuk menggeluti profesi Keperawatan.

Kode File : K182
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Donasi : Rp. 30.000,-

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perilaku Yang Beresiko Tinggi Tertular Virus HIV/AIDS di SMU Negeri X

Jumlah kumulatif kasus AIDS dilaporkan semakin meningkat pesat. Bila dilihat menurut kelompok umur 73% menyerang usia 20 – 39 tahun. Melihat dari kelompok umur tersebut, terlihat jelas kelompok umur remaja menjadi kelompok yang paling beresiko. Seperti diketahui pada saat usia remaja mengalami masa krisis menuju kedewasaan. Menurut Erik Erikson, 1963 perkembangan psikososial yang tenjadi adalah pertentangan antara identitas dengan difusi peran. Pada masa ini juga tidak jarang disertai pergolakan hati atau kekisruhan batin. Pada awalnya peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai utama, namun akan menurun secara perlahan. Peran kelompok dan teman sebaya tinggi, melalui kehidupan berkelompok ini remaja bereksperimen dengan peranan dan dapat menyalurkan diri.
Pengaruh perkembangan teknologi dan industrialisasi tidak bisa dipisahkan, berbagai efek negatif dari tv, film, vcd, atau media cetak yang begitu mudah didapatkan dan dibaca otak remaja. Berbagai obat-obatan narkoba, psikotropika, alkohol, ataupun pornografi baik melalui media cetak ataupun internet beredar demikian mudah dikalangan remaja, akan menjerumuskan remaja kearah penyimpangan sosial.
Penularan AIDS sebagian besar melalui hubungan seksual yang tidak sehat, misalnya sering berganti-ganti pasangan atau melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom. Seperti disebutkan dalam suatu penelitian tahun 1991, penelitian terhadap lebih dari 1000 kaum remaja pada tahun 1986 menemukan keanekaragaman yang jelas dalam pengetahuan tentang AIDS, khususnya perlunya menggunakan kondom dan mengambil tindakan pencegahan lainnya untuk mengurangi resiko infeksi selama hubungan seksual.
Dikalangan remaja saat ini juga terdapat fenomena adanya kecenderungan melakukan hubungan seks pra nikah, selain faktor coba-coba karena keingintahuan remaja yang sedang mencari identitas, faktor ekonomi menjadi salah satu faktor pemicunya. Seperti penelitian yang dilakukan Wijayanto pada agustus 2002 atas 1660 responden dari 16 perguruan tinggi negeri dan swasta di Yogyakarta terdapat 0,25% responden melakukan seks dengan lebih dari satu pasangan. Penelitian lain dilakukan perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Yogyakarta yang dilakukan di tiga propinsi secara terpisah menunjukkan 18,2% remaja pada rentang usia 15-18 tahun dilaporkan melakukan tindak seksual aktif. Dari data PKBI Yogyakarta diungkapkan, remaja Yogyakarta yang hamil di luar nikah cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir, rata-rata 30 orang perbulan dan umumnya anak-anak kost.
Faktor yang beresiko tinggi tertular virus HIV/AIDS selain melalui hubungan seksual bebas adalah penggunaan obat-obatan terlarang seperti narkoba, alkohol dan zat adiktif lain (NAZA). Hal ini dimungkinkan sebagai akibat penggunaan jarum suntik yang bergantian diantara pengguna narkoba, dimana kebiasaan bertukar penggunaan jarum suntik menjadi suatu medium yang sangat cepat penularan virus HIV/AIDS. Dilaporkan penderita HIV/AIDS melalui cara penularan ini meningkat 18%, angka ini diperkirakan bertambah besar melebihi penularan melalui cara lain, seperti hubungan seksual, transfusi darah, dan transmisi perinatal (transmisi dari ibu ke bayi). Pada bulan februari 2001, total kasus penderita HIV/AIDS 1880, rincinya 1060 kasus akibat heteroseksual, 125 kasus homoseksual, 349 kasus narkotika injeksi, 11 transmisi perinatal, tiga kasus transfusi darah, dan 330 tidak diketahui penyebabnya. Pada bulan Mei meningkat menjadi 1956 kasus, dengan lonjakan paling besar tejadi pada kasus narkotika injeksi. Kasus-kasus penggunaan obat-obatan terlarang paling banyak terjadi pada golongan usia remaja namun tidak sedikit juga terjadi pada usia dewasa, bahkan dilaporkan peredaran obat-obatan terlarang ini juga merambah sampai anak-anak sekolah dasar.
Berkaitan dengan AIDS remaja dipandang sebagai kelompok yang beresiko. Pada umumnya remaja relatif cukup mendapatkan informasi dan beberapa fakta yang dipublikasikan, meskipun pengetahuan mereka tentang timbulnya dan kemungkinan cara-cara penularannya relatif masih kurang.. Sebuah studi yang dilakukan oleh KSPKK – UNDIP di Semarang diantara 1000 orang siswa menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan tentang AIDS pada umumnya masih rendah, khususnya cara penularannya.

Kode File : K181
File proposal skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – III (pendahuluan – metpen) lengkap
c. Kuesioner

Bentuk file : Ms.Word Document
Donasi : Rp. 30.000,-

Perbedaan Tingkat Kepuasan Pasien Antara Penerapan Metode Penugasan Keperawatan Tim Dan Penerapan Metode Penugasan Fungsional

Era globalisasi dimana ilmu dan tehnologi berkembang pesat serta jalur komunikasi yang terbuka menunjang penyebarluasan informasi diseluruh dunia .perkembangan dan peningkatan jasa dari tahun ketahun semakin menjadi perhatian masyarakat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan perusahaan dibidang jasa dan ketatnya persaingan atas pelayanan, harga dan promosi diantara sekian banyak perusahaan.
Dalam kondisi persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diprioritaskan oleh perusahaan jasa adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar yang sudah ada dan jika memungkinkan menguasai pasar . Untuk memenangkannya perusahaan harus mampu memberikan kepuasan pada pelanggannya misalnya dengan layanan yang mutunya baik dibanding pesaing dengan harga yang layak dan waktu penyampaian jasa yang lebih cepat.Untuk itu perlu meningkatkan kemampuan karyawan yang melayani pelanggan. Hal itu penting karena perusahaan yang sukses memiliki dedikasi yang tinggi untuk merasakan, melayani dan memuaskan kebutuhan konsumen dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dan bernilai tinggi bagi pelanggan mereka.
Konsep SERVQUAL menerangkan perbandingan antara pengharapan konsumen atas jasa (expected service) dengan jasa yang dirasakan (percieved service).

Pengharapan konsumen dibentuk oleh pengalaman terdahulu dengan penyedia jasa, komunikasi dari mulut kemulut tentang pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa, dan kebutuhan pribadi konsumen. Sedang jasa yang diterima adalah kinerja dari jasa yang dirasakannya. Tolok ukur yang digunakan dalam mengukur kwalitas jasa ini adalah dimensi kualitas jasa yang terdiri dari tangibles (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan empathy (empati). Perbandingan tersebut membentuk tiga kemungkinan yaitu pertama bila jasa yang dirasakan melebihi pengharapan (quality surprise) dimana pelayanan yang diterima atau dirasakan melebihi pelayanan yang diharapkan, yang kedua bila kualitas pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang diharapkan (satisfactory quality) dan yang terakhir jika jasa yang diterima dibawah harapan (unacceptable quality) bila pelayanan yang dirasakan lebih buruk dari pelayanan yang diharapkan. Jika konsumen merasa puas atau bahkan surprise dengan jasa yang diterima, akan memperlihatkan kecenderungan yang besar untuk menggunakan kembali jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dimasa yang akan datang. Dampak langsung dari kepuasan konsumen adalah adanya penurunan komplain dari konsumen dan peningkatan kesetiaan konsumen

Praktek keperawatan memerlukan kewenangan untuk membuat keputusan keperawatan,bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut dan bertanggung gugat terhadap praktek yang dilakukan. Penggunaan metode penugasan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan asuhan keperawatan yang memuaskan klien dan pemberi layanan, sehingga klien mendapatkan asuhan keperawatan yang terbaik dan perawat memperoleh kesempatan untuk memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan yang terbaik sesuai kemampuan yang mereka miliki, serta dapat bekerja sama dengan semua pihak yang terkait. Asuhan keperawatan bermutu dapat dilaksanakan melalui pendekatan metode penugasan keperawatan.

Pendekatan ini dapat berupa metode penugasan keperawatan fungsional, tim, modular, kasus dan keperawatan primer/utama. Salah satu yang digunakan adalah metode penugasan tim yang mempunyai tujuan memberikan perawatan yang berpusat pada kebutuhan klien, komprehensif dan tak terpilah-pilah.

Kode File : K180
File proposal skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – III (pendahuluan – metpen) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 30.000,-

Hubungan Pengetahuan Tentang Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dengan Sikap Ibu Hamil Terhadap Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Desa XX

Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinati-nantikan oleh setiap keluarga, tetapi juga dapat menjadi saat kegelisaah dan keprihatinan sebagai resiko dari kehamilan dan atau proses persalinan yang akan dihadapi. Kematian seorang ibu dalam proses persalinan atau akibat lain yang berhubungan dengan kehamilan merupakan suatu pengalaman yang menyedihkan bagi keluarga dan anak yang ditinggalkannya.

Potensi resiko pada suatu kehamilan dan persalinan selalu bisa terjadi, baik rendah maupun tinggi untuk terjadinya komplikasi obstetri, yang dapat menyebabkan kematian / kesakitan / kecacatan / ketidakpuasan atau ketidaknyamanan. Kondisi nyata di Indonesia menunjukkan Angka Kematian Ibu / AKI masih sangat tinggi, yaitu 373/100.000 KH, dengan jumlah kasus perdarahan 45,5%, eklampsia 12,9%, aborsi 11,1%, sepsis post partum 9,6%, partus lama 6,5%, anemia 1,6% dan penyebab tidak langsung 14,1%.
Salah satu indikator proses yang penting dalam program safe motherhood (perlindungan terhadap ibu) adalah memperhatikan seberapa banyak persalinan yang dapat ditangani oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di Indonesia walaupun menunjukkan kenaikan yang signifikan, namun jangkauannya masih rendah dan akibat dari masih ada persalinan oleh tenaga non kesehatan maka merupakan penunjang tingginya angka kematian ibu.

Tidak tersedianya bidan di desa menyebabkan alternatif dukun beranak sebagai hanya satu-satunya pilihan. Namun tidak selamanya masalah kekurangan tenaga bidan menjadi penyebab masyarakat memilih pertolongan persalinan pada dukun beranak. Pelayanan dukun yang dirasa lebih baik membuat masyarakat desa cenderung meminta pertolongan pada dukun bayi. Pelayanan ekstra yang diberikan dukun tersebut antara lain secara rutin memandikan bayi, merawat, memijat bayi dan ibu nifas, mencuci pakaian, membuat jamu, serta memandu acara-acara ritual kelahiran bayi yang masih menjadi budaya kental yang berlaku di kalangan masyarakat desa.

Sebagai contoh di wilayah kerja Puskesmas Sumbermanjing Kulon semua desa telah memiliki bidan desa, termasuk di desa Sumberkerto. Masyarakat di wilayah desa ini telah mengetahui keberadaan bidan desa yang menempati polindes di pusat desa. Tetapi mereka cenderung memanfaatkan tenaga bidan hanya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan saja, sedangkan untuk pertolongan persalinannya banyak yang memilih melahirkan di dukun.
Pertolongan persalinan yang tidak aman dan sehat oleh tenaga yang tidak profesional dapat meningkatkan resiko komplikasi kehamilan dan persalinan berupa kematian ibu dan atau kematian bayi. Jika kondisi ini dibiarkan pada akhirnya akan menimbulkan korban akibat pertolongan yang salah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kasus persalinan yang dilakukan oleh dukun pada Januari 2007, dimana terjadi partus lama yang menimbulkan kematian pada janin dan ibu. kejadian ini seharusnya menjadi pelajaran yang berharga bagi seluruh elemen masyarakat, terutama ibu-ibu hamil agar mereka mengetahui, memahami, dan menyadari tentang metode persalinan aman dan sehat. Masyarakat terutama ibu-ibu seharusnya memiliki sikap berupa keyakinan terhadap pertolongan persalinan sehat yang ditangani oleh tenaga kesehatan/bidan, namun kenyataannya walaupun telah ada kasus kematian ibu bersalin karena pertolongan yang tidak benar, banyak ibu hamil yang masih saja tidak mau melahirkan di bidan. Bisa jadi hal ini terjadi karena kurangnya wawasan dan pengetahuan ibu tentang metode persalinan sehat dan aman yang seharusnya menjadi pilihan utama mereka.

Kode File : K179
File proposal skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – III (pendahuluan – metpen) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 20.000,-

Perbedaan Kecepatan Penyembuhan Luka Bersih Antara Penggunaan Lendir Bekicot (Achatina Fulica) Dengan Povidone Iodine 10% Dalam Perawatan Luka Bersih Pada Marmut (Cavia Porcellus)

Perawatan luka di klinik biasanya menggunakan bahan anti septik seperti Etakidrine laktat dan Povidone iodine. Disatu sisi bahan tersebut sangat efektif mematikan mikroba, tetapi di sisi lain menimbulkan iritasi pada luka, selain itu zat-zat yang terkandung dalam bahan anti septik akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh karena komponen dan susunannya berbeda dengan sel-sel tubuh (Fredrick, 2003). Dengan dikemukakannya pendapat diatas maka mendorong usaha pengembangan perawatan luka sebaik mungkin, dengan meminimalkan efek-efek yang merugikan tubuh melalui penelitian bahan-bahan alam yang aman bagi tubuh.

Sekarang ini banyak orang yang mencari alternatif lain yang lebih murah dengan beralih ke obat tradisional yang berasal dari alam sekitar. Negara yang beriklim tropis seperti Indonesia memiliki potensi alam yang sangat besar untuk digali, salah satunya adalah pemanfaatan flora dan fauna dibidang kesehatan. Masyarakat desa terpencil tidak tergantung sepenuhnya pada obat modern karena faktor geografis yang tidak memungkinkan ketersediaan obat-obatan, mereka mewarisi pengobatan tradisional secara turun temurun. Bahan alam yang dipercaya berkhasiat untuk mengobati luka salah satunya adalah lendir Bekicot, bahan ini sering digunakan oleh para petani di Jawa untuk mengobati luka akibat terkena sabit atau cangkul di sawah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang Pontjo Priosoeyanto tahun 2005 dari Laboratorium Patologi Veteriner Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, membuktikan lendir Bekicot atau Achatina fulica mampu menyembuhkan luka bersih dua kali lebih cepat dari pada luka yang diberi larutan Normal saline. Penelitian lain yang dilakukan C Mutiarawati, Ssi Apt. tahun 2005 membuktikan bahwa lendir bekicot juga mengandung zat analgesik walaupun daya analgesiknya lebih rendah dibandingkan dengan Asetosal. Djalal Rosyidi dari Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2005 meneliti bahwa lendir Bekicot mengandung bahan yang bersifat antimikroba. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan kecepatan penyembuhan luka bersih (dalam hitungan hari) antara penggunaan lendir bekicot (Achatina fulica) dengan Povidone Iodine 10% dalam perawatan luka bersih.

Kode File : J007
File skripsi ini meliputi Bab I – VII (pendahuluan – penutup) lengkap

Harga : Rp. 30.000,-

Senin, 27 April 2009

TERAPI TERTAWA

Humor adalah sesuatu yang lucu, yang dapat menggelikan hati atau yang dapat menimbulkan kejenakaan atau kelucuan. Orang yang memiiki rasa humor yang tinggi, yakni orang yang mudah tersenyum atau tertawa bila mendengar sesuatu yang humoris disebut seorang humoris.

Dalam setiap masyarakat terdapat ungkapan-ungkapan atau cerita-cerita humor yang dapat menimbulkan rasa geli atau lucu bagi para pendengarnya. Menurut Golstein dan McGhee (1972:8), humor agaknya lebih dulu muncul dalam sejarah peradaban manusia sebelum munculnya gejala-gejala kejiwaan yang lebih rumit dan kompleks. Semua masyarakat tampaknya memanfaatkan humor untuk berbagai macam tujuan, baik implicit maupun eksplisit.

Masyarakat modern tampaknya lebih menyadari arti humor dan mengembangkannya daripada masyarakat yang belum maju atau sedang berkembang. Di Amerika Serikat, misalnya tidak kurang dari 500 buku yang telah diterbitkan tentang humor, tidak termasuk buku-buku yang hanya menghimpun humor (ungkapan/cerita yang menggelikan). Negeri ini ungkapan atau cerita humor bersumber dari seluruh aspek kehidupan. Ada humor pelajar, humor guru, humor dosen, humor pedagang, humor serdadu, humor pejabat pemerintah, dan sebagainya.

Meskipun humor terdapat dalam semua masyarakat di dunia ini, penerimaan humor dalam masing-masing masyarakat tidaklah sama. Ada masyarakat yang amat terbuka kepada semua jenis humor dan ada pula masyarakat yang bersikap selektif atau bahkan membatasi humor. Menurut Golstein dan McGhee (1972: 153), dalam masyarakat yang fanatik beragama, humor kurang berkembang dan umumnya hanya terbatas dalam kalangan tertentu saja (pedagang, pejabat pemerintah, serdadu, dan sebagainya, bukan di kalangan agama). Di samping itu, Golstein dan McGhee (1972:153) juga mengungkapkan aspek-aspek sosisologis; humor akan selalu terjadi dalam joking relationship tertentu, yakni humor hanya akan terjadi di antara orang-orang tertentu. Tidak mungkin, misalnya, mertua dan menatu atau keponakan dan paman terlibat dalam humor yang serius. Dalam masyarakat yang suka kepada hura-hura, misalnya masyarakat Amerika Latin, peristiwa humor bisa terjadi di antara siapa saja; hubungan kekerabatan tidak merupakan penghalang terjadinya peristiwa humor.

Di samping lingkungan orang-orang tertentu, humor juga dibatasi oleh tempat atau kondisi tertentu. Di kuburan, dalam hutan belantara, orang biasanya tidak tergoda untuk membuat humor; demikian pula halnya dengan kondisi tertentu. Orang tidak akan tega membuang humor di depan atau di sekitar orang-orang yang sedang di rudung malang atau ditimpa musibah.
Humor atau canda merupakan tingkah laku yang ”agresif”; dalam humor pasti ada yang ”dikorbankan” (diejek, direndahkan, atau dihina) (Suhadi, 1989:49). Dari sudut psikologis, humor diciptakan karena adanya semacam tekanan (depresi) dalam jiwa manusia. Rasa jengkel, rasa marah, rasa sombong maupun rasa terhina, dapat bermuara pada humor (Yunus dkk, 1997)

Secara ringkas, teori humor dibagi menjadi tiga kelompok : teori supeoritas dan degradasi; teori ketidaksesuaian dan bisosiasi; dan teori pelepasan dari ketegangan atau hambatan. Teori kelompok pertama menggap humor sebagai suatu refleksi rasa kelebihan pihak yang tertawa terhadap pihak yang ditertawakan. Teori kelompok kedua menyatakan, bahwa humor adalah sesuatu yang memberi ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dilihat atau didengar. Teori kelompok ke tiga yang paling terkenal adalah pendapat Freud. Freud percaya bahwa asal mula lelucon adalah kecenderungan agresif, yang karena tidak dapat diterima oleh kesadaran ditekan ke alam tak sadar dan bercampur dengan kesukaan bermain yang tidak terpuaskan pada masa anak. Energi psikis yang semula dibutuhkan untuk menekan agresi dibebaskan menjadi lelucon atau humor.

Fisiologi Tawa

Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, “diatur” oleh pusat emosi di dalam struktur otak yang dinamakan sistem limbic (limbic sistem). Sistem limbic berasal dari kata “limbus” yang berarti “batas”. Nama ini dipilih karena menunjukkan daerah fungsional yang dibatasi. Daerah itu sendiri dibentuk oleh beberapa komponen otak, antara lain hippocampus, gyrus limbic, dan amiygdale. Sistem limbic ini memainkan peranan dalam mengatur emosi manusia (Aswin, 2005. Pasiak, 2004 : 66).

selengkapnya ....klik

Minggu, 26 April 2009

THESIS : Pengaruh Faktor-Faktor Motivasi Ditinjau Dari Sisi Finansial, Psikologi, Dan Sosial Terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Studi Kasus Di PT. XX

Mailing list merupakan penggunaan e-mail untuk forum diskusi yang besar, selanjutnya menjadi aplikasi dasar utama dalam pembentukan berbagai komunitas cyber. Mailing list, merupakan mailing list yang sangat beragam kandungan sosioemosinya, mulai dari sosioemosi musibah, ketegangan, pengurangan ketegangan, persetujuan, pemberian dan permintaan informasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan. Secara rinci tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menjelaskan topik-topik yang dominan menjadi topik perdebatan di mailing list (2) mengkaji pengaruh dan faktor proximity yang dominan mempengaruhi minat para anggota grup dalam menanggapi suatu pesan dan (3) mengkaji jenis-jenis proximity yang mempengaruhi keberpihakan anggota grup terhadap isi pesan.
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan e-mail yang terposting di mailing lsit, populasi survei pendapat adalah seluruh anggota mailing list yang turut mengirimkan pesan yang mengandung sosioemosi ketegangan dan menunjukkan keberpihakan mereka pada anggota yang lain selama kurun waktu yang diteliti.
Untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan, digunakan metode analisis isi terhadap keseluruhan e-mail yang menjadi sampel penelitian, kemudian mengelompokkan isi e-mail yang memiliki pembahasan yang sama. Kandungan sosioemosi ketegangan untuk setiap e-mail didasarkan pada teks atau isi e-mail yang memiliki makna emosi negatif yang tecermin dari diksi yang digunakan. Terhadap hasil kuesioner anggota mailing list untuk mengetahui pengaruh faktor proximity dilakukan dengan menghitung jawaban responden menurut tingkat mempengaruhi dan tidak mempengaruhi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa, isu-isu yang banyak menjadi topik perdebatan dan mengandung sosioemosi ketegangan di mailing list adalah topik-topik yang menyangkut citra dan pengembangan, sedangkan jenis kedekatan yang dominan melatarbelakangi dan mempengaruhi anggota grup dalam menanggapi pesan dan menunjukkan keberpihakan mereka terhadap anggota lain yaitu kedekatan sosial dan kedekatan psikologi.

KODE FILE : Q026
File THESIS ini meliputi :
a. Judul
b. Bab I –V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka

Harga : Rp. 80.000,-

Hubungan frekwensi bermain game dengan tingkat stres pada kehidupan remaja

Dewasa ini video game bak candu bagi anak-anak dan remaja. Ada yang berpendapat bahwa bermain game dapat mengusir stres, namun ada pula yang menyangsikannya. Data studi pendahuluan menunjukkan 30% remaja sengaja bermain game karena sedang mengalami stres berat, 60% mengatakan sering bermain game walaupun tidak menurunkan stresnya, dan 10% mengatakan bermain video game hanya untuk mengisi waktu saja. Melihat uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara frekwensi bermain game dengan tahapan stres pada remaja Desa XX.
Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan populasi remaja (pemain game) di RW 01 Desa XX. Tehnik sampling dengan total sampel sebanyak 25 orang. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Juni 2008. Uji hipotesis menggunakan teknik korelasi Spearman Rank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 68,0% responden biasa bermain game antara 3 – 4 kali tiap minggu, dan 56,0% responden mengalami stres pada tahap 3. Hasil uji Spearman Rank menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,789 dengan tingkat kemaknaan (signifikansi) sebesar 0,000 pada uji 2 pihak
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa sebagian besar remaja Desa XX biasa bermain game antara 3 – 4 kali tiap minggu, sebagian besar remaja pemain game mengalami stres pada tahap 3, dan hubungan bermakna antara frekwensi bermain game dengan tahapan stres pada remaja di XX. Peneliti merekomendasikan agar orang tua membuat sebuah peraturan bersama anak-anaknya, tentang batasan waktu antara anak bermain game, belajar, dan kegiatan sosialisasi anak dengan teman-temannya.

Kode File : Q025
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 30.000,-

Persepsi Lansia Terhadap Pengelolaan Posyandu Lansia di Desa XX

Posyandu lansia merupakan pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial. Posyandu lansia dengan berbagai programnya yang mulia tersebut sudah seharusnya banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Namun data menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu lansia sangat rendah, hanya sekitar 22,6% saja. Melihat uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi lansia terhadap pengelolaan Posyandu Lansia di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan populasi Lansia di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir yang terdaftar di register posyandu. Tehnik sampling dengan total sampel sebanyak 53 orang. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Juli 2008.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 54,7% mempunyai persepsi yang baik (favorable) terhadap pengaturan waktu pelaksanaan posyandu, 60,4% mempunyai persepsi yang baik (favorable) terhadap pengaturan tempat posyandu lansia, dan 64,2% mempunyai persepsi yang baik (favorable) terhadap penampilan kader dan petugas kesehatan di posyandu lansia.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah bahwa persepsi lansia terhadap pengelolaan posyandu lansia di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir Kabupaten Malang, sebagian besar lansia mempunyai persepsi yang baik (favorable). Peneliti merekomendasikan agar petugas posyandu lansia mengadakan pelayanan atau kegiatan yang inovatif sehingga lansia tidak merasa bosan dan merasa perlu untuk selalu menghadiri kegiatan posyandu. Kegiatan yang meningkatkan rasa kebersamaan dan solidaritas seperti senam sehat lansia, jalan sehat, dan lainnya dapat diselenggarakan secara rutin sesuai kesepakatan bersama para lansia.

Kode File : L028
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 40.000,-

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit TB Paru Dengan Perilaku Keluarga dan Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas XX.

Tuberkulosis Paru (TBC) adalah penyakit menular yang dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Setiap tahunnya, WHO memperkirakan terjadi 583.000 kasus TB baru di Indonesia dan kematian karena TB sekitar 140.000. Mengingat penyakit TB Paru dapat berakibat fatal, sudah seharusnya masyarakat mengetahui dan memahami berbagai masalah dan dampak dari penyakit ini, sehingga mereka dapat melindungi diri, keluarga dan lingkungannya dari penyebaran penyakit ini. Hasil studi pendahuluan terhadap 10 anggota keluarga penderita TB Paru di Desa Pagak, 70% tidak mengerti tentang gejala penyakit, 90% tidak tahu bahwa kuman TB Paru dapat mati jika terkena sinar matahari, 80% tidak mengetahui bahwa penyakit TB Paru memerlukan pengobatan yang lama. Selanjutnya dari perilaku hidup sehat, 70% responden tidak biasa menutup mulut saat batuk, 70% tidak biasa membuka ventilasi kamar. Melihat uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang penyakit TB Paru dengan perilaku keluarga penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas XX.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan populasi keluarga penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas XX. Jumlah sampel adalah 68 orang diambil secara purposive sampling. Metode pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan pada bulan Juni 2008. Data dianalisa secara statistik rumus Product Moment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 77,9% responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit TB Paru , 82,3% responden mempunyai perilaku yang cukup dalam upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru , dan uji statisik Pearson Product Moment menunjukkan nilai r = 0,402 dengan tingkat signifikansi (P) = 0,001, yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang penyakit TB Paru dengan perilaku keluarga penderita TB Paru . Pengetahuan responden dipengaruhi oleh faktor pendidikan dan pekerjaan, sedangkan perilaku responden dapat dipengaruhi selain karena faktor pendidikan, juga karena adanya motivasi untuk sembuh. Kuatnya hubungan antara pengetahuan dan perilaku ini terjadi karena pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan menimbulkan kesadaran dan sikap positif, sehingga terbentuk perilaku yang mendukung upaya pencegahan penyebaran penyakit TB Paru .

Kode File : L029
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 50.000,-

Faktor-faktor yang melatarbelakangi kedisiplinan perawat di InstalasiRawat Inap Rumah Sakit Umum XX

Mutu pelayanan di rumah sakit sangat ditentukan oleh pelayanan keperawatan atau asuhan keperawatan. Perawat sebagai pemberi jasa keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan di rumah sakit, sebab perawat berada dalam 24 jam memberikan asuhan keperawatan. Tanggung jawab yang demikian berat jika tidak ditunjang dengan sumber daya manusia yang memadai, dapat menimbulkan sorotan publik (pasien dan keluarga) maupun profesi lain terhadap kinerja perawat.
Kondisi di atas menuntut perawat bekerja secara sungguh-sungguh dan penuh motivasi. Tanpa motivasi orang tidak akan dapat berbuat apa-apa dan tidak akan bergerak, jadi suatu pekerjaan dapat berhasil bila dilakukan dengan motivasi yang tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Sarwono (2000) bahwa motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan leh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan (Sunaryo, 2004:143).
Tanggung jawab tersebut membutuhkan suatu etos kerja dan kedisiplinan pada diri perawat, sehingga diperlukan suatu pemantauan kedisiplinan dari pimpinan rumah sakit. Pimpinan bertanggung jawab terhadap pengelolaan ukuran kedisiplinan (peraturan, sanksi dan penghargaan) yang diberlakukan secara seragam, pantas, konsisten dan tidak diskriminatif untuk mencapai sasaran-sasaran rumah sakit (Gillies, 1996).
Pengelolaan kedisiplinan seperti tersebut di atas secara umum dapat dijalankan dengan baik di rumah sakit swasta di Indonesia, namun di rumah sakit pemerintah terlihat masih terdapat perbedaan perlakuan terhadap para karyawannya (perawat) khususnya yang berstatus pegawai negeri (PNS) dan yang berstatus honorarium harian lepas (HHL). Fenomena yang terjadi adalah pimpinan rumah sakit cenderung tidak leluasa memberikan sanksi atas tindakan indisipliner oleh perawat yang berstatus PNS, dan jika dilakukan oleh perawat HHL, pimpinan rumah sakit bisa segera memberikan sanksi mulai dari peringatan hingga pemecatan. Perbedaan perlakuan tersebut dapat menimbulkan suatu perbedaan kedisiplinan, dimana perawat HHL cenderung lebih disiplin karena mereka takut mendapatkan sanksi berupa pemecatan.

Kode File : K203
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 80.000,-

Faktor-faktor yang melatarbelakangi klien pulang paksa di RSUD XX

Pelayanan yang bermutu pada dasarnya merupakan suatu pengalaman emosional bagi pelanggan. Jika pelanggan merasa bangga dan puas atau bahkan surprise dengan jasa yang diterima, akan memperlihatkan kecenderungan yang besar, untuk menggunakan kembali jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Dampak langsung dari kepuasan pelanggan adalah adanya penurunan komplain dan peningkatan kesetiaan konsumen (Agustini, 2001). Demikian pula dengan rumah sakit sebagai perusahaan jasa, jika pelanggan atau pasien merasa puas dengan mutu pelayanan rumah sakit tersebut maka ada kecenderungan untuk setia terhadap pelayanan rumah sakit.

Kenyataan di lapangan justru berbeda, dimana sering diketahui pasien minta pulang paksa sebelum masa perawatan atau pengobatannya selesai. Berdasarkan data yang didapat dari Rekam Medik RSUD XX diketahui bahwa jumlah pasien pulang paksa pada periode Juli - Desember 2007 sebanyak 108 pasien dari jumlah total rawat inap sebanyak 625 pasien ( 17,2 %)
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa RSUD XX memiliki masalah kasus pulang paksa yang cukup tinggi sehingga walaupun penyakit pasien belum teratasi mereka memaksa untuk keluar dari rumah sakit tersebut. Hal ini dapat terkait dengan faktor kepuasan pasien dan harapan atau permintaan pasien yang belum terpenuhi. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketidakpuasan pasien antara lain adalah product, price, place, promotion, people dan process yang kurang sesuai dengan harapan pelanggan.

Produk rumah sakit dalam hal ini adalah jasa pelayanan pengobatan dan perawatan yang kurang memenuhi harapan pasien, price atau biaya pelayanan yang terlalu tinggi, place atau tempat yang kurang nyaman, promotion atau informasi yang kurang akurat dan memadai bagi pasien, people atau tenaga medis/paramedis yang kurang profesional serta process seperti prosedur administrasi ataupun birokrasi yang terlalu rumit merupakan beberapa contoh kejadian/kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan pasien sehingga pasien minta pulang paksa.

Kode File : K202
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2

Harga : Rp. 30.000,-

Efektifitas Pemberian Elemen Penghangat Cairan Intravena (Blood Warmer) Dalam Menurunkan Gejala Hipotermi Pasca Bedah (Studi Pada Pasien Pasca Bedah Sectio Caesar di RSX).

Prosedur operasi (termasuk bedah caesar) mempunyai resiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan pasien. Komplikasi yang dapat terjadi adalah hipotermi, yang dapat menjadi hal lebih buruk dibandingkan rasa nyeri, serta mengganggu observasi keadaan pasien. Beberapa intervensi untuk menurunkan keadaan menggigil pasca bedah bisa dengan pemanasan internal aktif atau eksternal aktif, yang salah satunya adalah penggunaan elemen penghangat cairan intravena pasca operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian elemen penghangat cairan intravena dalam menurunkan gejala hipotermi pasca bedah Sectio Caesar.

Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen research dengan sampel sebanyak 13 orang kelompok perlakuan dan 13 orang kelompok kontrol. Kelompok perlakuan menggunakan selimut dan elemen penghangat cairan intravena, dan kelompok kontrol menggunakan selimut saja. Metode pengumpulan data melalui observasi suhu tubuh sebelum perlakuan, 10 menit, 30 menit dan 60 menit pasca perlakuan. Data dianalisis dengan rumus Independent sample t-test dengan tingkat kesalahan () = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada menit ke 60 pasca perlakuan, 100 % responden kelompok perlakuan suhu tubuhnya normal, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 7,7% responden yang suhu tubuhnya menjadi normal. Hasil uji t-test menunjukkan derajat signifikansi (P) = 0,000 pada menit 10, 30 dan 60 pasca perlakuan. Hasil ini terjadi karena pada kelompok perlakuan, responden mendapatkan intervensi pemanasan internal aktif (elemen penghangat cairan intravena) dan pemanasan eksternal aktif (pemakaian selimut), sedangkan pada kelompok kontrol, responden hanya mendapat intervensi pemanasan eksternal aktif.

Kode File : K201
File skripsi ini meliputi :
a. Halaman depan
b. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
c. Daftar Pustaka
d. Lampiran2, instrumen, dll

Donasi: Rp. 100.000,-

Kamis, 23 April 2009

TEORI BELAJAR

Menurut teori Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan berintekrasi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa anak selalu menerima stimulus (respon ) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja, melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu mereka bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolanya.

Teori Gestalt di atas memberi implikasi kepada kita bahwa anak (siswa) merupakan makluk yang aktif bukan pasif. Sesuai dengan teori ini, maka dalam proses belajar mengajar di dalam kelas seluruh anak didik (siswa) mesti dilibatkan secara aktif, baik mental maupun fisiknya, sebab dengan cara yang demikian eksistensi mereka sebagai organisme yang dinamis dapat tersalurkan secara maksimal.

Di dalam pengajaran Sosiologi, keterlibatan mental siswa secara optimal juga sangat diharapkan sekali, agar tujuan pengajaran yang dirumuskan dapat mencapai sasarannya. Di samping itu siswa lebih memahami tentang fungsi dan kegunaan ilmu Sosiologi yang sebenarnya..

SELENGKAPNYA TENTANG TEORI BELAJAR...KLIK

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

Kanker merupakan penyakit yang mengerikan bagi kebanyakan orang. Cara, sikap ataupun reaksi orang dalam menghadapi kanker pada dirinya, berbeda satu sama lain dan individual sifatnya. Hal ini tergantung kepada sampai seberapa jauh kemampuan individu yang bersangkutan menyesuaikan diri terhadap situasi yang mengancam kehidupannya. Berbagai reaksi penderita kanker di bidang kejiwaan antara lain kecemasan, ketakutan dan depresi (Hawari, 2004).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, setiap tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang diperkirakan sembilan juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Dua pertiga dari penderita kanker di dunia akan berada di negara-negara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat 100 penderita kanker yang baru di setiap 100.000 penduduk. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI, kematian yang disebabkan kanker meningkat dari tahun ke tahun adalah : 4,5 %0 (1989), 4,5 %0 (1992), dan 4,9 %0 (1995) (news.indosiar.com).

Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker pada wanita tetap menunjukkan titik tertinggi. Dr Asrul Harsal SpPD KHOM mengatakan bahwa khusus kanker payudara menduduki peringkat kedua penyebab kematian pada wanita, setelah kanker leher rahim. Setiap tahun ada seratus wanita dari 100 ribu penduduk di Indonesia terserang kanker payudara. Kanker payudara ternyata paling banyak menyerang wanita Indonesia. Menurut data WHO (World Health Organization) sebagaimana diungkapkan Prof Dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM ada sekitar 1,2 juta wanita yang didiagnosis menderita kanker payudara pada 2004 lalu. Angka tersebut jelas jauh lebih tinggi dibanding dengan jumlah penderita kanker di Amerika. Di Amerika, diperkirakan sekitar 215.990 wanita didiagnosis menderita kanker payudara invasif (stadium 1-4) dan 59.390 lainnya didiagnosis dengan kanker payudara tingkat dini.

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker dapat menimpa semua orang, pada semua bagian tubuh, dan pada semua golongan umur. Kanker dapat timbul pada pria, wanita, maupun anak-anak. Walaupun kanker dapat timbul pada anak-anak, tetapi labih sering timbul pada orang dewasa, terutama pada orang yang berusia 40 tahun keatas. Ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dan proses menua atau kemunduran pertumbuhan sel. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Bila sudah ada keluhan atau gejala biasanya penyakitnya sudah lanjut (news.indosiar.com).

Ada tiga fase reaksi emosional penderita ketika diberitahu bahwa penyakit yang dideritanya adalah kanker yang sudah lanjut. Fase pertama, penderita akan merasakan shock mental, kemudian diliputi oleh rasa takut, dan depresi. Muncul reaksi penolakan dan kemurungan, terkadang penderita menjadi panik, melakukkan hal-hal yang tidak berarti dan sia-sia. Setelah fase ini berlalu, akhirnya penderita akan sadar dan menerima kenyataan bahwa jalan hidupnya telah berubah (Hawari, 2004).

Stress yang dialami oleh pasien kanker, cenderung membuat cara berpikir menjadi tidak akurat. Hal itu membawa individu menjadi tidak resilien dalam menghadapi masalah, dalam hal ini adalah penyakit kanker. Stress membahayakan sistem kekebalan, yang memungkinkan individu menjadi lebih sering sakit. Individu dengan resiliensi yang baik mampu menghadapi masalah dengan baik, mampu mengontrol diri, mampu mengelola stress dengan baik dengan mengubah cara berpikir ketika berhadapan dengan stress. Resiliensi memungkinkan individu untuk tetap fokus pada persoalan yang sesungguhnya, dan tidak menyimpang ke dalam perasaan dan pikiran yang negatif, sehingga individu bisa mengatasi resiko depresi dan banyak tantangan. Pikiran dan perasaan adalah inti dalam memahami individu dalam rangka meningkatkan resiliensi. Sejumlah fakta menunjukkan bahwa terapi kognitif yang berbasis aspek-aspek dari resiliensi sangat efektif dalam mengatasi depresi (Reivich dan Shatte, 2002).

Individu dengan resiliensi yang baik adalah individu yang optimis, yang percaya bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa individu dapat mengontrol arah kehidupannya. Optimis membuat fisik menjadi lebih sehat dan mengurangi kemungkinan menderita depresi. Resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari (Reivich dan Shatte, 2002).

Faktor yang mendukung resiliensi, diantaranya adalah dukungan sosial, berhubungan dengan tingkat stress yang rendah. Individu dengan resiliensi yang tinggi memiliki dukungan sosial yang lebih baik dan memiliki tingkat stress yang rendah (Aitken dan Morgan, 1999). Resiliensi sebagai kemampuan untuk secara terus menerus mendefinisikan diri dan pengalaman, menjadi dasar untuk proses kehidupan yang menghubungkan antara sumber daya individu dan spiritual (Southwick, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Hasanat (1998), yang menyimpulkan bahwa dukungan sosial yang diperoleh penderita kanker akan menurunkan tingkat depresi penderita. Seseorang yang dihadapkan pada masalah atau kesulitan hidup dan ia mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya berupa tersedianya orang yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan ketika sedang dalam kondisi down, mendengarkan keluh kesah, memberikan informasi yang diperlukan, diajak berdiskusi dan bertukar pikiran maka orang tersebut akan merasa lebih nyaman, merasa diperhatikan, serta memiliki tempat untuk berbagi keluh kesah yang dialami sehingga beban psikologis yang terasa berat, jika harus ditanggung sendirian, bisa lebih ringan. Demikian halnya apabila dukungan sosial tidak diperoleh maka beban yan dialami oleh orang tersebut akan terasa lebih berat sehingga bisa memunculkan stres dan frustrasi ketika menghadapi masa-masa yang sulit. Dukungan sosial yang diterima dan dirasakan dapat berbeda antara individu yang satu dengan yang lain karena terdapat persepsi yang berbeda dalam merasakan penerimaan dukungan tersebut.

Pengategorian Status Ilmuwan Psikologi dan Psikolog

Di Indonesia, ranah psikologi tampaknya dibedakan bagi dua jenis mahluk, yaitu Ilmuwan Psikologi dan Psikolog. Pembagian ini, seolah menyiratkan kasta kemampuan. Lantas menjadi tidak relevan ketika kasta itu dikaitkan dengan praktikalitas yang diistilahkan sebagai praktik psikologi, karena ketika dirunut pada aturannya, pembagian itu sama sekali tak mengarakterisasi, apalagi mencerminkan perbedaan kualitas kemampuan.

Ada sesuatu yang luput dari cermatan di sini, bahwa di tengah percepatan perkembangan dunia beserta kultur di masyarakat, segala bentuk hirarki, sentralisasi, kategori justru akan mematikan. Diakui atau tidak, saat ini masyarakat justru secara radikal melepaskan diri dari keterpusatan dan menyebar, mengindividu, mendiferensiasi. Jika dulu konsumsi cenderung mass consumption dan oleh karenanya menjadi masuk akal mass production (yang memungkin adanya hirarki, sentralisasi, kategori) saat ini pemasaran justru masuk ke ceruk-ceruk pasar (niche). Inilah yang agaknya tak tertangkap oleh siapapun yang mengategorikan Ilmuwan Psikologi dan Psikolog.

Agar lebih jelas, pada awal analisis akan saya paparkan terlebih dahulu kutipan dari buku kode etik psikologi Indonesia berkaitan dengan Ilmuwan Psikologi dan Psikolog. Setidaknya ada tiga pasal penting berkaitan dengan pembedaan Ilmuwan Psikologi dan Psikolog.

SELENGKAPNYA ...KLIK

TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL DALAM KEPERAWATAN

Dalam setiap tatanan, perawat professional harus mempunyai 6 tanggung jawab yang harus dilaksanakan (Chitty, 1997). Keenam tanggung jawab tersebut meliputi praktek keperawatan, peningkatan kualitas, riset, pendidikan (kompetensi), manajemen dan change agent. Setiap tanggung jawab tersebut mempunyai bobot yang sama untuk dikerjakan, tergantung jabatan yang diemban, misalnya sebagai staf perawat mempunyai tanggung jawab utama dalam lingkup pemberian asuhan keperawatan dan peningkatan kualitas. Mereka juga mempunyai tanggung jawab lainnya, misalnya memberikan masukan kepada manajer, terlibat dalam penelitian, desiminasi dan aplikasi hasil penelitian. Berikut keenam tanggung jawab professional (professional accountabilities).

A. Praktek keperawatan.
Tanggung dalam praktek keperawatan professional adalah mendefinisikan standard asuhan ; standard praktek ; mendefinisikan standard penampilan (kerja/kejelasan posisi dan harapan) ; mengelola kolaborasi antar disiplin ilmu ; mendefinisikan criteria pengembangan karier ; menyeleksi dan mengelola kerangka konsep tentang system pemberian asuhan keperawatan

B. Peningkatan kualitas
Tanggung jawab perawat professional dalam meningkatkan kualitas adalah mengembangkan instrument dan metode untuk aplikasi yaitu standard ; mengembangkan dan merencanakan peningkatan secara kontinyu melalui kelompok atau individu untuk menyelesaikan masalah ; dan mengintegrasikan “unit based” kegiatan peningkatan kualitas

C. Penelitian.
Tanggung jawab perawat dalam penelitian adalah menyeleksi topic riset keperawatan terkini di lingkungan tempat kerja dan mendefinisikan kesempatan atau peluang riset keperawatan

D. Pendidikan (kompetensi).
Tanggung jawab perawat professional dalam pendidikan (kompetensi) yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran ; mengevaluasi kebutuhan dan pengembangan kompetensi program pendidikan ; mengukur hasil program pendidikan keperawatan ; mengelola hubungan baik antara institusi pendidikan dan pelayanan ; memonitor efektifitas komunikasi perawat dan mengembangkan intervensi untuk pengembangan yang diperlukan dan memahami masing-masing individu mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kompetensinya

E. Manajemen
Tanggung jawab professional adalah mengkoordinir, mengalokasikan dan mengelola sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, manajemen informasi system dalam memberikan asuhan keperawatan ; menciptakan situasi kerja yang kondusif.

F. Change agent.
Tanggung jawab utamanya adalah mempunyai inisiatif dan berani mengambil resiko yang diperlukan oleh “entrepreneurship”

PENTINGNYA PIKIRAN BAWAH SADAR YANG BODOH

Pikiran bawah sadar (PBS) bisa dikatakan cerdas bisa pula dikatakan bodoh. Dikatakan cerdas karena merekan semua informasi di sekitar kita baik yang kita sadari atau pun yang tidak disadari. Jadi pada saat Anda mengikuti sebuah training di sebuah ruangan ber-AC, pikiran sadar (PS) berkonsentrasi pada materi training, PBS tetap saja mencatat informasi yang dikirim oleh tubuh Anda tentang dinginnya rungan.

Sementara PBS dikatakan bodoh, karena salah satu sifatnya adalah tidak menganalisis, menerima apa adanya setiap informasi. PBS tidak bisa membedakan antara sebuah kejadian itu beneran atau kejadian itu bohongan. Ingin contoh, bila Anda suatu malam bermimpi dikejar-kejar orang gila, atau bertemu dengan “setan” (mimpi buruk) PBS menganggapnya itu sebagai kejadian beneran. Oleh karenanya, jantung menjadi berdegup keras, Anda mungkin berteriak (ngigo), dan bangun masih dalam suasana ketakutan. Itulah bodohnya PBS tidak menyadari bahwa itu adalah bohongan.

Justru karena kebodohannya itulah, dapat kita manfaatkan seoptimal mungkin untuk merubah hidup kita. Kita bisa menstimulir atau merekayasanya untuk menghadirkan cita-cita spesifik kita (berimajinasi) seolah hadir nyata di depan kita. Ingat PBS tidak pernah mengalisis, ia cenderung menerima apa adanya.

Coba duduk dengan rileks, se rileks Anda duduk di tepi pantai. Kendurkan semua otot sehingga Anda merasa nyaman. Pejamkan mata, perlahan hadirkan (imajinasikan) sesuatu keinginanan yang Anda sangat termotivasi. Boleh sebuah cita-cita, sebuah a achievable goal setting, boleh juga benda/barang yang benar-benar Anda inginkan.

Sekarang sesuatu itu benar-benar sudah hadir di depan Anda. Apabila kehadiranya masih belum jelas, sinari dengan sebuah lampu, bila warnanya masih hitam putih, coba beri warna sesuai dengan warna favorit Anda. Bila sesuatu itu yang hadir memiliki suara, perjelas suaranya, volume suara disesuaikan dengan volume suara yang cocok untuk Anda, perhatikan pula suara khasnya, termasuk suara tersebut datangnya dari mana. Bila sesuatu itu kehadirannya dapat Anda rasakan, maka rasakan dan nikmati sepenuh hati. Singkatnya, sesuatu yang Anda inginkan kini hadir secara holographic, utuh, menyenangkan dan membuat Anda sangat termotivasi untuk mencapainya.

Ketika Anda berhasil menghadirkan sesuatu yang yang sangat termotivasi, atau sangat menyenangkan, sesungguhnya PBS merasa senang, merasa hidup, karena mendapatkan energi, atau vitamin yang menjadikan dirinya lebih “sehat”. Imajinansi merupakan salah satu cara memberdayakan PBS.
Bila Anda sering menyentuh PBS dengan cara berimajinasi, maka intensitas motivasi menjadi terjaga. Maksudnya, bila sedang bete, bisa saja Anda “menipu” PBS dengan berimajinasi sehingga termotivasi. Pencitraan tentang surga merupakan konsumsi PBS agar momentum untuk memotivasi kita untuk beribadah sesuai dengan Agama kita masing-masing. Begitu pun pencitraan uang sebagai pemicu motivasi, bukan uangnya itu sendiri (toh hanya logam dan kertas uang) melainkan sejumlah kesenangan yang mempesona di balik uang itulah yang memicu PBS untuk mendorong diri kita terus mencari uang. Setidaknya uang dapat membuat diri kita senang, atau minimal sebagaian kebutuhan akan terpenuhi dengan uang.

Ketika kita berimajinasi, kemudian kita hanyut didalamnya, seolah itu adalah benar adanya, di situlah kita merasa beruntung memiliki PBS yang “bodoh” karena PBS tidak pernah menyadari bahwa imajinasi itu hanyalah bohongan.

Seandainya PBS “secerdas” pikiran sadar yang mampu membedakan antara dunia nyata dengan dunia imajinasi, mampu menganilisis, maka boleh jadi kita tidak pernah termotivasi. Semisal kita sedang berimajinasi tentang masa depan, sedang membayangkan akan nikmatnya sebuah cita-cita bila tercapai, seketika itu PBS –bila ia secerdas pikiran sadar—segera mengatakan (ngrecokin) : “Ah,.. itu bohongan!”. Apa jadinya? Mungkin kita tumpul imajinasi dan tidak bisa memotivasi diri.

Berungtunglah kita memiliki PBS yang bodoh, yang mau menerima imajinasi sehingga kita terjaga motivasinya setelah berimajinasi.

Berkhayal, berimajinasi itu penting, syah-syah saja. Jangan takut berimajinasi. Kalau Anda tanyakan kepada mereka yang sukses, tidak lepas dari imajinasinya. Bahkan hampir setiap penemuan besar di bidak iptek (ilmu dan teknologi) tidak lepas dari imajinasinya yang diterima oleh PBS.

Capaian saya hari ini sebagai dosen, motivator, trainer, dan penulis buku-buku pengembagan diri berbasis NLP tidak lepas dari imajinasi saya 25 tahun yang lalu. Imajinasi yang saat itu saya masih berprofesi tradisional yakni seorang anak kampung, bertani, merumput untuk pakan sapi, dan menggembala sapi. Saat masih sebagai seorang cleaning service, dan sebagai tukang cetak di sebuah percetakan.

Ah, boleh jadi Anda semua hari ini adalah hasil imajinasi masa lalu. Dan imajinasi itu –yang dapat memotivasi kita—tidak lain karena PBS yang bodoh. Selamat berimajinasi semoga sukses! Kalau sukses, berimakasihlah kepada PBS yang bodoh

SUMBER :
www.pportalnlp.com

PENGERTIAN SADAQAH

Agama islam sanggat menganjurkan agar umatnya gemar mengeluarkan derma atau sadaqah sunnah sesuai dengan kemampuan masing-masing, baik kepada orang-orang tertentu maupun untuk kepentingan umum. Dalam masyarakat kita, pengertian derma atau sadaqah sunah dimaksudkan dengan istilah sadaqah.Dengan demikian, pengertian, sadaqah adalah memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada pihak lain secara sukarela,semata-semata mengharapkan kebaikan atau pahala diakhirat.Orang yang gemar atau suka bersadaqah biasa disebut dermawan.Sadaqah harus dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah SWT dan tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang yang menerima sadaqah tersebut.

Firman Allaha SWT dalam AL-Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman ,janganlah kamu menghilangkan (pahala)sadaqah dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatsnya ada tanah, kemudian batu itu tertimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan,dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir “( QS.2:264).

Baik sadaqah wajib maupun sadaqah sunnah termasuk kedalam lingkup infaq fi sabil Allah (menafkahkan harta di jalan Allah SWT).Dengan demikian, istilah infak lebih luas pengertiannya dari pada sadaqah. Hal ini dikarenakan infak mencakup pengertian membelanjakan harta, baik berupa sadaqah maupun membelanjakannya untuk keperluan orang lain, sesuai dengan kemampuan masing-masing, semata-semata karena mengharap rida Allah SWT dan kebaikan hidup dunia dan di akhirat nanti.

Berinfak untuk menolong orang-orang yang susah, membantu untuk kemaslahatan dan kemajuan agama serta kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara, merupakan perbuatan yang terpuji yang sanggat yang dianjurkan dalam agama islam. Firman Allah SWT dalam AL-Qur’an , “ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh ) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan sebulir, pada tiap-tiap buah terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui” QS.2:261)
“Kamu sekali-kali tidak dapat mencapai ketulusan, kecuali jika kamu membelanjakan apa yang kamu cintai “ (3:92).

Apa artinya bersadaqah dalam islam?


Sadaqah, yang biasa diungkapkan dalam Qur’an “membelajakan apa yang telah Tuhan karuniakan kepada kamu”, makanya mengunakan energi, kecakapan, kekayaan, uang, kepemilikan, atau apa yang kita miliki untuk menolong dan berbuat baik kepada mereka yang membutuhkan bantuan.Dalam islam sedekha itu sering sekali disebutkan dengan sholat sebap sholat itu hubungan manusia dengan tuhan, atau kewajiban manusia terhadap tuhan, sedangkan yang awal (yakni sadaqah) melaksanakan hubungan dengan sesama manusia, dan yang pada hakikatnya adalah dengan segenap mahluk tuhan, sholat mengungkapkan cinta kepada tuhan, berserah diri kepada-Nya, dan mengharapkan bisa menbawa akhlak Ilahi yang letaknya tersembunyi di dalam diri setiap orang.Sadaqah adalah ungkapan rasa simpati dan suka berbuat baik kepada mahluk Tuhan, diterapkan dalam amal perbuatan dari ajaran yang dipelajari dalam sholat.

Amal sadaqah dalam islam banyak sekali contoh yang dapat diberikan karena sadaqah itu berbuat kebaikan apa saja terhadap seseorang, bahkan terhadap diri sendiri agar kita lebih bermanfaat bagi orang lain, dengan sesuatu yang telah di karuniakan oleh tuhan kepada kita, itu pun bersadaqah. Memberi makan orang yang lapar, menolong kaum miskin, memelihara yang tidak mampu seperti anak yatim, mengulurkan tangan bagi yang tidak mampu, membantu orang yang mengaggur agar mendapat pekerjaan, dan lain sebagainya, semua itu adalah contoh nyata bersadaqah yang diajarkan oleh islam.Namun juga diajarkan yang lainya, beramal sadaqah sekecil apa pun bisa dilakukan oleh seseorang setiap hari.

Menolong seseorang dalam cara apapun, menunjukkan jalan kepada orang yang tidak dikenal, berbicara baik agar orang senag, memberi nasehat atau membagi ilmu kepada seseorang, menyingkirkan suatu rintangan dari jalan agar tidak mencelakakan orang lain, bahkan mencegah agar tidak melukai seseorang, semua itu adalah sadaqah dalam islam.

SELENGKAPNYA ...KLIK

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING JAMUR KUPING DENGAN PEMANAS MENGGUNAKAN IKROKONTROLLER AT89C52

Dengan perkembangan teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat pengering jamur kuping sebagai pengganti pengeringan secara konvensional yaitu dengan cara menjemur di bawah sinar matahari. Single chip AT89C52 digunakan sebagai pengontrol dalam proses pengeringan secara elektronik. Hal ini akan lebih mudah untuk mengeringkan jamur kuping tanpa harus menunggu cuaca cerah. Dalam alat ini akan ditampilkan suhu dalam ruang pengering pada display.pada proses pengeringan ini akan diperoleh berat jamur kering 1/5 berat basah dan berat ini merupakan berat standart yang berlaku di pasaran.
Dengan menggunakan alat pengering ini waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan jamur kuping lebih cepat dibandingkan dengan cara menjemur di bawah matahari. Selain itu alat ini akan mengontrol proses pengeringan secara otomatis berdasarkan suhu dalam ruang pemanas.
Adapun untuk menghasilkan panas didapatkan dari kawat nikelin yang dihubungkan dengan tegangan AC 220 Volt dan untuk meratakan udara panas digunakan blower dengan tegangan AC 220 Volt.

SELENGKAPNYA...KLIK

PENATALAKSANAAN NYERI BAHU

Penatalaksanaan nyeri bahu meliputi istirahat/terapi dingin, terapi panas, traksi leher, masase sendi bahu, manipulasi dan mobilisasi, dan terapi latihan (gymnasium)

  1. Istirahat/terapi dingin
    Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkaan masih bekerja, diperlukan dimmobilisasi sampai proses pembengkaan berhenti. Selama bahu tidak digerakkan utnuk menghentikan pembengkaan, diberikan kompres dingin atau es dan obat anti bengkak dan nyeri.

  2. Terapi panas
    Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkaan berhenti atau pada bahu yang nyeri tanpa pembengkaan pada jaringan otot yang spasme. Terapi panas bertujuan :
    a. Memperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempat
    b. Mengurangi rasa nyeri
    c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme


SELENGKAPNYA....KLIK


NYERI BAHU

Nyeri bahu merupakan keluhan yang sering dijumpai sehari-hari yang disebabkan oleh nyeri lokal atau nyeri saat menggerakkan lengan, misalnya pada waktu memakai baju, menyisir rambut, mengambil dompet di saku belakang. Keluhan di atas sering menimbulkan masalah diagnostik karena dapat melibatkan berbagai macam jaringan, seperti persendian, bursa, otot, syaraf bahkan organ yang jauh dari tempat nyeri.

Pada dasarnya suatu restriksi gerak disebabkan oleh :

  1. Permukaan sendi yang tidak sesuai
    Permukaan sendi Glenokumeral, Acromioclavikular dan Sternoclavikular yang tidak rata atau tidak sesuai dapat menyebabkan gerak sendi bahu tidak normal. Permukaan sendi terganggu akibat pembentukan osteofit pasca trauma.



  2. Ploriferasi sel-sel synovial
    Tebalnya membran synovial menyebabkan rongga sendi bertambah sempit dan kapsul sendi tidak dapat ditegangkan lagi.

  3. Kapsul dan Ligamen
    Kapsul dan Ligamen dapat mempengaruhi/menyebabkan gerakan sendi menjadi terbatas karena pemendekan dan pembentukan jaringan parut. Kapsul dapat memmendek akibat mobilisasi dan letak kapsul serta Ligamen pada posisi pendek.

  4. Otot dan Tendon
    Keduanya dapat mempengaruhi jarak gerak sendi. Otot, tendon dan kapsul mempunyai sifat ‘remodelling’ artinya kapsul dapat merenggang.


SELENGKAPNYA .... KLIK


Rabu, 22 April 2009

Pengoptimalan waktu dan biaya

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek kontruksi sering mengalami keterlambatan akibat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya kerugian materi dan waktu. Oleh karena itu dilaksanakan optimalisasi sumber daya yang ada khususnya sumber daya biaya dan waktu. Adapun tujuan mengoptimalkan suatu proyek adalah agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih baik tanpa mengurangi kualitas ( mutu ) suatu kontruksi.
Optimalisasi berasal dari kata dasar optimal yang berarti yang terbaik. Jadi optimalisasi adalah proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang besar tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas dari sutau pekerjaan.

Waktu dalam hal ini adalah lamanya suatu rangkaian ketika proses berlangsung, yang merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengertian biaya adalah anggaran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan proyek, dalam hal ini merupakan penggunaan dana untuk melaksanakan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.

Jadi optimalisasi waktu dan biaya adalah usaha pemanfaatan waktu yang relatif singkat dengan biaya yang minimum untuk mencapai suatu pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang baik dengan tetap memperhatikan mutu dan kualitas suatu proyek, sehingga proyek tersebut mampu bersaing dengan proyek lain.

SELENGKAPNYA ... KLIK

Langkah-Langkah Penjadwalan Proyek

Menurut teknik PERT langkah-langkah dalam penjadwalan suatu proyek adalah:

  1. Mengidentifikasikan setiap aktivitas/kegiatan yang dilaksanakan.
    Adanya pengetahuan tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan, maka seorang perencana dapat mengklasifikasikan setiap kegiatan, mana yang harus dikerjakan lebih dahulu, mana yang boleh dikerjakan kemudian dan seterusnya. Di samping itu, hubungan suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya perlu diketahui untuk memperoleh gambaran mengenai kemungkinan ketergantungan setiap kegiatan, dimana dalam hal ini waktu dan sumber daya belum dipertimbangkan. Berikut disajikan satu contoh jaringan kerja sederhana tanpa memperhatikan faktor waktu.
    Contoh :
    Suatu proyek yang dimulai dengan kegiatan A dan B. Setelah kegiatan B selesai, kegiatan D dan E baru boleh dimulai demikian pula kegiatan C dapat dimulai jika kegiatan A selesai. Kegiatan F hanya boleh dimulai jika kegiatan C, D dan E selesai. Kegiatan G dapat dimulai jika kegiatan E selesai walaupun kegiatan C dan D belum selesai. Dan seluruh rangkaian kegiatan dianggap selesai jika kegiatan F dan G selesai.


SELENGKAPNYA ...KLIK


teknik menilai dan meninjau kembali program

PERT merupakan singkatan dari Program Evaluation and Review Technique (teknik menilai dan meninjau kembali program), sedangkan CPM adalah singkatan dari Critical Path Method (metode jalur kritis) dimana keduanya merupakan suatu teknik manajemen.

Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. Teknik ini memungkinkan dihasilkannya suatu pekerjaan yang terkendali dan teratur, karena jadwal dan anggaran dari suatu pekerjaan telah ditentukan terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Tujuan dari PERT adalah pencapaian suatu taraf tertentu dimana waktu merupakan dasar penting dari PERT dalam penyelesaian kegiatan-kegiatan bagi suatu proyek. Dalam metode PERT dan CPM masalah utama yaitu teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya dengan maksud pekerjaan-pekerjaan yang telah dijadwalkan itu dapat diselesaikan secara tepat waktu serta tepat biaya.

CPM adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek-proyek yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan diantara semua sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. Jadi CPM merupakan analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan.

Teknik penyusunan jaringan kerja yang terdapat pada CPM, sama dengan yang digunakan pada PERT. Perbedaan yang terlihat adalah bahwa PERT menggunakan activity oriented, sedangkan dalam CPM menggunakan event oriented. Pada activity oriented anak-panah menunjukkan activity atau pekerjaan dengan beberapa keterangan aktivitasnya, sedang event oriented pada peristiwalah yang merupakan pokok perhatian dari suatu aktivitas.

Pengertian PERT dan CPM seperti yang dikemukakan oleh para ahli dikutipkan seperti berikut :
“Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan maupun konflik dan gangguan produksi, serta mengkoordinasikan dan mengsingkronisasikan berbagai bagian dari keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek. Sedangkan CPM adalah suatu teknik perencanaan dan pengendalian yang dipergunakan dalam proyek berdasarkan pada data biaya dari masa lampau (past cost data)”.

T. Hari Handoko (1993 hal. : 401) mengemukakan bahwa : “PERT adalah suatu metode analisis yang dirancang untuk membantu dalam penjadwalan dan pengendalian proyek-proyek yang kompleks, yang menuntut bahwa masalah utama yang dibahas yaitu masalah teknik untuk menentukan jadwal kegiatan beserta anggaran biayanya sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu dan biaya, sedangkan CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek dimana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan biaya seminimal mungkin”

SELENGKAPNYA...KLIK

NETWORK PLANNING

Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek.

Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub sistem informasi. Sub sistim operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara melaksanakan kegiatan” sedang sub sistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan apa saja yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan”. Network planning merupakan sub sistem informasinya. Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang Lockheed.

Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan dapat dilakukan secara sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan, ataupun masing-masing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit.

Menurut Sofwan Badri (1997 : 13) dalam bukunya “Dasar-Dasar Network Planning” adalah sebagai berikut : “Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi.

Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo (1977: 26) adalah : “Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu. Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus Haedar Ali (1995: 38) yaitu: “Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan.

SELENGKAPNYA...KLIK

HIMPUNAN SAMAR, SEBUAH MODEL MATEMATIKA

Model matematika merupakan suatu model yang memuat konsep-konsep matematika seperti konstanta, variabel, fungsi, persamaan, dan lain-lain. Tujuan dari penyusunan model matematika adalah untuk mengenali perilaku suatu objek dengan cara mencari keterkaitan antara unsur-unsurnya untuk mengadakan optimalisasi dalam objek, dan untuk mengadakan pendugaan atau prediksi untuk memperbaiki keadaan objek. Dari model matematika dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai objek tanpa harus mengganggu keberadaan objek.

Runtut waktu adalah kumpulan pengamatan yang membentuk suatu urutan berdasarkan interval waktu (William, 1994: 1). Analisa runtut waktu umumnya memerlukan cacah data yang banyak, oleh karena itu dibutuhkan suatu perekaman yang panjang. Misalnya rekaman denyut jantung di dalam tempo beberapa jam dapat diperoleh data runtut waktu yang cukup panjang. Rekaman data ekonomi interval waktunya biasanya dibuat harian, mingguan, bulanan, tahunan atau puluhan tahun.

Pada himpunan tegas setiap elemen dalam semestanya selalu ditentukan secara tegas apakah elemen itu merupakan anggota himpunan tersebut atau tidak. Tapi dalam kenyataanya tidak semua himpunan terdefinisi secara tegas. Misalnya himpunan siswa pandai, dalam hal ini tidak bisa dinyatakan dengan tegas karena tidak ada yang dijadikan ukuran untuk tingkat kepandaian seseorang. Oleh karenanya perlu didefinisikan suatu himpunan samar yang bisa menyatakan kejadian tersebut.

SELENGKAPNYA ...KLIK

ASUHAN PADA PASIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN / DEPRESI

Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh keperibadiaan dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasaan ditandai oleh syndrom depresif sebagian atau penuh, selain itu juga ditandai oleh kehilangan minat atau kesenangan dalam aktifitas sehari-hari dan rekreasi.

Gangguan alam perasaan depresi dapat terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit, yaitu perubahan natriun dan kalium didalam neuron (Gibbson dikutip dari Towsend , M C, 1995). Perubahan biokimia (noreefinefrin, dopamine dan serotonin) juga mempengaruhi keadaan emosional individu. Rendahnya kadar noreefinefrin dan dopamine mengakibatkan individu berada dalam episode depresi dan sebaliknya meningkatkan kadar norefinefrin dan dopamine didalam otak mengakibatkan perilaku maniak.

SELENGKAPNYA ...KLIK

TEORI DASAR MIKROKONTROLER

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang kecil serta dapat diproduksi secara masal (dalam jumlah banyak) membuat harganya menjadi lebih murah (dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu bahkan mainan yang lebih baik dan canggih.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menanganiberbagai macam program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angkadan lain sebagainya), mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk suatu aplikasi tertentu saja (hanya satu program saja yang bisa disimpan). Perbedaan lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM. Pada sistem komputer perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antarmuka perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada Mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar, artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Adapun kelebihan dari mikrokontroller adalah sebagai berikut :



  1. Penggerak pada mikrokontoler menggunakan bahasa pemograman assembly dengan berpatokan pada kaidah digital dasar sehingga pengoperasian sistem menjadi sangat mudah dikerjakan sesuai dengan logika sistem (bahasa assembly ini mudah dimengerti karena menggunakan bahasa assembly aplikasi dimana parameter input dan output langsung bisa diakses tanpa menggunakan banyak perintah). Desain bahasa assembly ini tidak menggunakan begitu banyak syarat penulisan bahasa pemrograman seperti huruf besar dan huruf kecil untuk bahasa assembly tetap diwajarkan.

  2. Mikrokontroler tersusun dalam satu chip dimana prosesor, memori, dan I/O terintegrasi menjadi satu kesatuan kontrol sistem sehingga mikrokontroler dapat dikatakan sebagai komputer mini yang dapat bekerja secara inovatif sesuai dengan kebutuhan sistem.

  3. Sistem running bersifat berdiri sendiri tanpa tergantung dengan komputer sedangkan parameter komputer hanya digunakan untuk download perintah instruksi atau program. Langkah-langkah untuk download komputer dengan mikrokontroler sangat mudah digunakan karena tidak menggunakan banyak perintah.

  4. Pada mikrokontroler tersedia fasilitas tambahan untuk pengembangan memori dan I/O yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem.

  5. Harga untuk memperoleh alat ini lebih murah dan mudah didapat.


ARTIKEL SELENGKAPNYA ...KLIK


MINAT BELAJAR SISWA

Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan (Slameto, 1995). Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang.

Menurut Kartono (1995), minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi

Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan. Semua benda yang hidup menjadi obyek dari biologi. Oleh karena itu biologi berobyekkan benda-benda yang hidup. Maka cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung di dalamnya. Biologi sebagai salah satu bidang ilmu pengetahuan juga merupakan objek pada aspek minat. Dengan demikian, bidangbiologi dapat melahirkan reaksi perasaan senag, gembira, dan semangat belajar, begitu pula sebaliknya, tergantung dari kepribadian siswa sendiri apakah menaruh minat yang tinggi terhadap bidang biologi atau tidak (Ahmadi, 1998).

Minat juga merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu.

Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman

Menurut Gie (1998), minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.

Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti (Hasnawiyah, 1994).
Kondisi kejiwaan sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Itu berarti bahwa minat sebagai suatu aspek kejiwaan melahirkan daya tarik tersendiri untuk memperhatikan suatu obyek tertentu.

Berdasarkan hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru (Slameto, 1995).

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih sukses dalam studi. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengenai salah satu sebab utama dari kegagalan studi para pelajar menunjukkan bahwa penyebabnya adalah kekurangan minat (Gie, 1998).

Menurut Gie (1998), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
3. Minat mencegah gangguan dari luar
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.

Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa.

Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.

Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

SELENGKAPNYA ...KLIK

Selasa, 21 April 2009

Penerapan brain gym pada penderita skizofrenia

Skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab (banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau ”dereriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Maslim, 2002).
Skizofrenia dalam Chaplin (2006) dikatakan sebagai reaksi psikotis dari gangguan psikologis yang dicirikan:
1. Pengunduran diri atau pengurungan diri.
2. Gangguan pada kehidupan emosional dan afektif.
3. Bergantung pada tipe dan adanya:
a. Halusinasi
b. Delusi
c. Tingkah laku negativistis.
d. Kemunduran atau kerusakan yang progesif
Simtom-simtom yang dialami penderita skizofrenia mencakup gangguan dalam hal penting antara lain berupa gangguan pikiran, persepsi, dan perhatian; perilaku motorik; afek atau emosi; dan keberfungsian hidup. Rentang masalah orang-orang yang didiagnosis menderita skizofrenia sangat luas, meskipun dalam satu waktu penderita umumnya mengalami hanya beberapa dari masalah tersebut (Davidson dkk, 2006). Skizofrenia berbeda dengan kategori diagnostik yang lain sebab tidak ada simtom penting yang harus ada untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.
Penyebab gangguan skizofrenia secara pasti belum dapat diketahui, namun beberapa ilmuwan mengatakan peran faktor-faktor genetik berpengaruh terhadap timbulnya gejala skizofrenia. Hal ini diperkuat dengan beberapa studi yang dilakukan, antara lain studi keluarga, studi orang kembar dan studi adopsi. Studi keluarga menghasilkan bahwa para kerabat pasien skizofrenia memiliki resiko yang lebih tinggi, dan resiko tersebut semakin tinggi bila hubungan kekerabatannya semakin dekat. Sedangkan studi orang kembar menghasilkan bahwa kembar monozigot (identik) lebih akan mengalami resiko terkena skizofrenia lebih tinggi jika salah satunya mengalami gangguan skizofrenia, dapat dilihat dalam tabel 1 (pada latar belakang permasalahan umum). Studi adopsipun mendukung dengan menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang mengalami skizofrenia dan dirawat oleh orang lain sejak bayi, anak-anak tersebut mengalami skizofrenia, lemah mental, gangguan psikotik dan neorotik. Dari ketiga studi ini memperkuat adanya pengaruh genetik dengan gangguan skizofrenia yang dialami individu, hal ini akan semakin diperkuat dengan faktor psikososialnya. Namun demikian skizofrenia dapat pula timbul dikarenakan oleh stress yang berat, adanya infeksi virus dan faktor kemiskinan yang berkepanjangan.
Gejala-gejala skizofrenia awal terjadinya skizofrenia terkadang tidak disadari oleh keluarga maupun orang terdekat. Pada awalnya orang yang menderita skizofrenia mengalami gangguan tidur, menarik diri dari lingkungan, kurang dapat berkonsentrasi dan adanya perubahan kepribadian. Gejala ini akan terus meningkat dengan berjalannya waktu jika tidak ditangani dengan segera semakin lama akan nampak aneh, sebab orang yang mengalaminya akan nampak tidak wajar antar lain: marah-marah tanpa sebab, berbicara tidak masuk akal, melakukan tingkah laku yang tidak wajar dan memiliki pandangan terhadap sesuatu secara tidak wajar. Gejala tersebut berkembang yang memunculkan waham, halusinasi dan terjadi gangguan pikiran.
Gangguan pikiran yang dialami oleh penderita skizofrenia dipengaruhi oleh emosi penderita yang tidak stabil. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti pada penderita skizofrenia rata-rata mengalami emosi yang tidak stabil, antara lain penderita skizofrenia mengalami: marah-marah, membanting-banting barang, mengamuk, dan teriak-teriak tanpa sebab. Oleh karena itu dibutuhkan terapi dalam menangani individu yang mengalami skizofrenia. Dengan hal yang tersebut diatas maka peneliti menawarkan terapi penanganan bagi penderita skizofrenia yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bab selanjutnya. Penelitian yang dibuat peneliti ini juga bertujuan untuk membantu masyarakat pada umumnya mengetahui gejala-gejala gangguan psikologis (khususnya skizofrenia) dan khususnya bagi orang tua yang memiliki anak remaja dapat mengetahui gejala awal gangguan psikologis penyebab skizofrenia serta dapat melakukan usaha pencegahan terjadinya gangguan psikologis tersebut.
Agar penderita skizofrenia dapat mengenali reaksi emosi yang dialami, maka dalam melakukan hal tersebut penderita memerlukan konsentrasi. Konsentrasi sendiri terjadi apabila terjadi proses integrasi antara otak kanan dan otak kiri, dan hal ini yang belum terjadi pada penderita skizofrenia. Maka diperlukan suatu metode dalam mensinergikan antara otak kanan dan otak kiri, salah satunya dapat dilakukan dengan brain gym sebab brain gym dapat menyentuh aspek fisik dan aspek psikologi (emosi dan kognitif). Menurut Dennison&Dennison (2006) brain gym sangat cocok untuk kebutuhan khusus bahkan orang dengan kerusakan otak dan dapat meningkatkan energi (vitalitas) dengan melakukan gerakan-gerakan dalam kegiatan sehari- hari. Gerakan brain gym yang sederhana dan mudah dapat diikuti oleh penderita skizofrenia. Hal ini dikarenakan gerakan sederhana tersebut dapat menstimulus tubuh termasuk otak.
Penanganan yang dilakukan terhadap pasien skizofrenia selama ini meliputi penanganan secara psikologi, perawatan dan medis. Secara medis penderita diberikan obat sebagai mengontrol, secara perawatan penderita diberikan pengarahan tentang perawatan diri dan secara psikologis penderita diberikan pengarahan pengelolaan emosi. Maka untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam beberapa penanganan tersebut dibutuhkan kemampuan yang dapat mempengaruhi psikis maupun fisik. Penerapan brain gym pada penderita skizofrenia merupakan salah satu cara yang digunakan oleh peneliti sebagai terapi untuk membantu mengoptimalkan konsentrasi dalam hal pemusatan perhatian dan pengelolaan emosi.

SELENGKAPNYA ...KLIK

IMPLEMENTASI DATA WAREHOUSE

Pada program aplikasi di front-office (teller dan customer service) yang dijalankan setiap hari terdapat beberapa program aplikasi, yaitu: program aplikasi transaksi (setor/tarik tunai dan tarik cek), program aplikasi data nasabah dan program aplikasi data rekening.
Program aplikasi yang berjalan di front-office menggunakan program aplikasi Microsoft Visual Basic dengan database SQL Server 2000 yang terintegrasi di server kantor cabangnya dan akan langsung meng-update ke database pusat di mesin AS400 yang berada di kantor pusat.

SELENGKAPNYA .... KLIK

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Dalam pembangunan, komunikasi ialah proses yang memungkinkan komponen-komponen suatu sistem sosial atau sistem itu sendiri memperoleh dan bertukar informasi yang dibutuhkan pihak lain. Sistem sosial itu memerlukan berbagai macam informasi untuk menyesuaikan diri dan menjaga keseimbangan dengan lingkungannya yang mungkin berubah setiap saat.
Penyesuaian diri sistem sosial tersebut dengan lingkungannya yang telah berubah itu yang biasanya berupa perubahan-perubahan bisa disebut sebagai pembangunan. Dalam hubungan ini perubahan-perubahan itu boleh saja menyangkut aspek-aspek sosial, ekonomi dan teknologi pada sistem tersebut Seringkali ke tiga macam perubahan itu terkait satu sama lain (Amri Jahi, 1988: xiii).
Komunikasi merupakan dasar yang menentukan bagi pengetahuan dan kemajuan manusia Komunikasi memelihara dan menggerakkan kehidupan dan menjadi alat untuk menggambarkan kehidupan masyarakat dan peradaban. Komunikasi juga mengubah naluri menjadi inspirasi melalui berbagai proses dan sistem untuk bertanya, memberitahu dan mengawasi serta dapat menciptakan suatu tempat menyimpan bersama, memperkuat perasaan kebersamaan dengan tukar menukar berita dan mengubah pemikiran menjadi tindakan yang menggambarkan setiap emosi dan kebutuhan hidup yang paling sederhana sampai ke hal-hal yang ilmiah sifatnya.
Perkembangan dunia menjadikan komunikasi semakin kompleks dan rumit dengan adanya usaha untuk membebaskan manusia dari kemiskinan, penindasan dan ketakutan yang akhirnya mempersatukan manusia.
Komunikasi diabdikan pada usaha mengadakan persuasi dengan tujuan agar dalam masyarakat dapat tumbuh dan berkembang sikap mental dan tekad, semangat, ketaatan serta disiplin tinggi yang dapat membina kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan demi tercapainya sukses dari tahap ke tahap mempunyai tempat yang penting dalam pembangunan nasional.
Persuasi di sini diartikan sebagai usaha ke arah pembangunan dan perubahan sikap, suatu usaha yang lebih berorientasi kepada masyarakat. Dengan demikian maka kegiatan komunikasi dan infonnasi berorientasi sukses.
Dalam pelaksanaan pembangunan peranan komunikasi tidak dapat diabaikan. Bahkan komunikasi merupakan faktor yang sangat menentukan pelaksanaan pembangunan. Hal inilah yang kemudian menimbulkan konsep "komunikasi pembangunan".
Konsep komunikasi pembangunan dapat dilihat dalam arti yang luas dan terbatas. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan. Dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan-keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan yang ditujukan pada masyarakat. Kegiatan tersebut bertujuan agar masyarakat yang dituju dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan yang disampaikan.
Dalam komunikasi pembangunan yang diutamakan adalah kegiatan mendidik dan memotivasi masyarakat bukannya memberi laporan yang tidak realistik dari fakta-fakta atau sekedar penonjolan diri. Tujuan komunikasi pembangunan adalah untuk menuangkan gagasan, sikap mental dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan oleh suatu negara berkembang. Secara pragmatis dapatlah dirumuskan bahwa komunikasi yang dilakukan untuk melaksanakan rencana pembangunan suatu negara.
Komunikasi dalam hal tersebut digunakan sebagai penunjang pembangunan. Secara luas komunikasi penunjang pembangunan dapat didefinisikan sebagai suatu penggunaan yang berencana sumber-sumber daya informasi dan komunikasi oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Sumber daya komunikasi tersebut mencakup tenaga, biaya, fasilitas dan peralatan, bahan-bahan dan media komunikasi. Suatu kemampuan komunikasi penunjang pembangunan di lingkungan suatu badan akan meningkatkan kreativitas programnya dengan membantu mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku sifatnya dan khalayak sasaran program yang ditujukan menurut arah yang diinginkan.

SELENGKAPNYA ... KLIK

HUBUNGAN PERAWAT-PASIEN DAN DOKTER

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar asuhan keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Hartianah.Z, 1997), dalam menjalankan asuhan keperawatan, perawat selalu mengadakan hubungan dengan pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat dilakukan melalui penerapan proses keperawatan (Nursalam, 2001).
Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien merupakan mutual humanity dan pada hakekatnya hubungan yang saling ketergantungan dalan mewujudkan harapan pasien terhadap keputusan tindakan asuhan keperawatan .
Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan.
Dengan demikian bagaimanapun hakekat hubungan tersebut adalah bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari salah satu atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui bahwa pasien yang berbeda akan memperlihatkan reaksi- reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang telah dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.
Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus dapat mengidentifikasi komponen- konponen yang berpengaruh terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Factor- factor tersebut adalah : factor agama, social, pendidikan, ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat, dokter dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu mendapat bantuan perawat dan dokter dalan ruang lingkup pelayanan kesehatan. disamping harus menentukan bagaimana keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan dengan integritas pasien sebagai manusia yang holistic.

SELENGKAPNYA ...KLIK