Senin, 27 April 2009

TERAPI TERTAWA

Humor adalah sesuatu yang lucu, yang dapat menggelikan hati atau yang dapat menimbulkan kejenakaan atau kelucuan. Orang yang memiiki rasa humor yang tinggi, yakni orang yang mudah tersenyum atau tertawa bila mendengar sesuatu yang humoris disebut seorang humoris.

Dalam setiap masyarakat terdapat ungkapan-ungkapan atau cerita-cerita humor yang dapat menimbulkan rasa geli atau lucu bagi para pendengarnya. Menurut Golstein dan McGhee (1972:8), humor agaknya lebih dulu muncul dalam sejarah peradaban manusia sebelum munculnya gejala-gejala kejiwaan yang lebih rumit dan kompleks. Semua masyarakat tampaknya memanfaatkan humor untuk berbagai macam tujuan, baik implicit maupun eksplisit.

Masyarakat modern tampaknya lebih menyadari arti humor dan mengembangkannya daripada masyarakat yang belum maju atau sedang berkembang. Di Amerika Serikat, misalnya tidak kurang dari 500 buku yang telah diterbitkan tentang humor, tidak termasuk buku-buku yang hanya menghimpun humor (ungkapan/cerita yang menggelikan). Negeri ini ungkapan atau cerita humor bersumber dari seluruh aspek kehidupan. Ada humor pelajar, humor guru, humor dosen, humor pedagang, humor serdadu, humor pejabat pemerintah, dan sebagainya.

Meskipun humor terdapat dalam semua masyarakat di dunia ini, penerimaan humor dalam masing-masing masyarakat tidaklah sama. Ada masyarakat yang amat terbuka kepada semua jenis humor dan ada pula masyarakat yang bersikap selektif atau bahkan membatasi humor. Menurut Golstein dan McGhee (1972: 153), dalam masyarakat yang fanatik beragama, humor kurang berkembang dan umumnya hanya terbatas dalam kalangan tertentu saja (pedagang, pejabat pemerintah, serdadu, dan sebagainya, bukan di kalangan agama). Di samping itu, Golstein dan McGhee (1972:153) juga mengungkapkan aspek-aspek sosisologis; humor akan selalu terjadi dalam joking relationship tertentu, yakni humor hanya akan terjadi di antara orang-orang tertentu. Tidak mungkin, misalnya, mertua dan menatu atau keponakan dan paman terlibat dalam humor yang serius. Dalam masyarakat yang suka kepada hura-hura, misalnya masyarakat Amerika Latin, peristiwa humor bisa terjadi di antara siapa saja; hubungan kekerabatan tidak merupakan penghalang terjadinya peristiwa humor.

Di samping lingkungan orang-orang tertentu, humor juga dibatasi oleh tempat atau kondisi tertentu. Di kuburan, dalam hutan belantara, orang biasanya tidak tergoda untuk membuat humor; demikian pula halnya dengan kondisi tertentu. Orang tidak akan tega membuang humor di depan atau di sekitar orang-orang yang sedang di rudung malang atau ditimpa musibah.
Humor atau canda merupakan tingkah laku yang ”agresif”; dalam humor pasti ada yang ”dikorbankan” (diejek, direndahkan, atau dihina) (Suhadi, 1989:49). Dari sudut psikologis, humor diciptakan karena adanya semacam tekanan (depresi) dalam jiwa manusia. Rasa jengkel, rasa marah, rasa sombong maupun rasa terhina, dapat bermuara pada humor (Yunus dkk, 1997)

Secara ringkas, teori humor dibagi menjadi tiga kelompok : teori supeoritas dan degradasi; teori ketidaksesuaian dan bisosiasi; dan teori pelepasan dari ketegangan atau hambatan. Teori kelompok pertama menggap humor sebagai suatu refleksi rasa kelebihan pihak yang tertawa terhadap pihak yang ditertawakan. Teori kelompok kedua menyatakan, bahwa humor adalah sesuatu yang memberi ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dilihat atau didengar. Teori kelompok ke tiga yang paling terkenal adalah pendapat Freud. Freud percaya bahwa asal mula lelucon adalah kecenderungan agresif, yang karena tidak dapat diterima oleh kesadaran ditekan ke alam tak sadar dan bercampur dengan kesukaan bermain yang tidak terpuaskan pada masa anak. Energi psikis yang semula dibutuhkan untuk menekan agresi dibebaskan menjadi lelucon atau humor.

Fisiologi Tawa

Aspek-aspek emosi, termasuk tertawa, “diatur” oleh pusat emosi di dalam struktur otak yang dinamakan sistem limbic (limbic sistem). Sistem limbic berasal dari kata “limbus” yang berarti “batas”. Nama ini dipilih karena menunjukkan daerah fungsional yang dibatasi. Daerah itu sendiri dibentuk oleh beberapa komponen otak, antara lain hippocampus, gyrus limbic, dan amiygdale. Sistem limbic ini memainkan peranan dalam mengatur emosi manusia (Aswin, 2005. Pasiak, 2004 : 66).

selengkapnya ....klik

1 komentar:

  1. Bapak / Ibu yang saya hormati, saya mau tanya,
    apakah ada kaitan antara terapi tertawa dengan pasien jiwa (pasien kerusakan interaksi sosial) ?.

    Adakah pengaruh dari terapi tertawa tersebut terhadap pasien kerusakan interaksi sosial ?, kalau ada bagaimanakah pengaruhnya ?

    Besar harapan saya andaikan Bapak / Ibu dapat menjelaskanya..

    Sebelumnya saya ucapkan terimakasih

    BalasHapus

Silakan order/tinggalkan pesan dan email, kami akan kirimkan email file pesanan anda (SMS ke 086755605984)