Sabtu, 19 Desember 2009

Pengaruh strategi koping terhadap respon psikologis (penolakan, marah, tawar menawar, depresi, menerima) penderita HIV positif

Sistem imunitas penderita HIV/AIDS akan mengalami penurunan. Seseorang yang dinyatakan terinfeksi HIV butuh waktu beberapa tahun hingga ditemukannya gejala tahap lanjut dan dinyatakan sebagai penderita AIDS. Hal ini tergantung kondisi fisik dan psikologisnya, namun sejak dinyatakan terinfeksi HIV sering penderita mengalami stres, dikarenakan tingginya tekanan emosional yang mereka terima.

Bagi individu yang positif terinfeksi HIV, menjalani kehidupannya akan terasa sulit karena dari segi fisik individu tersebut akan mengalami perubahan yang berkaitan dengan perkembangan penyakitnya. Pandangan dan sikap lingkungan terhadap korban yang umumnya belum bisa menerima, takut, mencap buruk, yang bisa berujud pengisolasian/pengucilan, penyingkiran serta diskriminasi, membuat penderita makin tertekan. Sehingga jika terus menerus pasien berada dalam kondisi stres psikologis seperti ini maka proses menurunnya kekebalan tubuh akan berlangsung lebih cepat. Saat ini berkembang ilmu yang mempelajari tentang modulasi sistem imun dan kaitannya dengan stres yaitu Psychoneuroimmunology. Dengan menggunakan pendekatan ilmu ini dapat dijelaskan bahwa stres yang dialami pasien HIV-AIDS akan memodulasi sistem imun melalui jalur HPA (Hipothalamic-Pituitary-Adrenocortical) axis dan sistem limbik (yang mengatur emosi) dan learning process. Kondisi stres tersebut akan menstimulasi hypothalamus untuk melepas neuropeptida yang akan mengaktivasi ANS (Autonomic Nerve System) untuk menstimulasi medula adrenal dan mengeluarkan katekolamin. Disamping itu hypofise akan melepas β-endorphin dan ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) yang akan menstimulasi kortek adrenal untuk mengeluarkan kortikosteroid. Katekolamin dan kortikosteroid inilah yang merupakan hormon yang bereaksi terhadap kondisi stres dan mampu memodulasi system imun menjadi lebih baik bila kondisi stres dapat dikendalikan. Dan karena stres yang lama dan berkepanjangan akan berdampak pada penurunan sistem imun dan meningkatkan progresivitas penyakit.

Dengan mencermati adanya keterkaitan antara kondisi stres dengan progresivitas penyakit maka perlu adanya pendampingan yang tepat dan penerimaan keluarga atau lingkungan agar dapat mengurangi stres pada pasien HIV. Dengan kata lain tersedianya perawat sebagai pendamping dapat membantu memberikan support mental pada pasien HIV. Untuk itulah tim pendamping diperlukan justru untuk memberi semangat pada penderita HIV untuk dapat bertahan dan mencegah sang virus tak terlalu cepat menggerogoti kekebalan tubuh. Karena sampai saat ini strategi koping dan pengaruh dukungan psikologis pada penderita HIV masih menjadi perdebatan.

Kode File : K189
File Skripsi ini meliputi :


  1. Bagian depan

  2. Bab 1-5 (Pendahuluan s/d penutup)

  3. Daftar Pustaka



Bentuk File : Ms.word
Donasi : Rp. 50.000,-

Kemampuan koping terhadap tingkat kecemasan pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

Kecemasan merupakan suatu kondisi yang muncul bila ada ancaman ketidakberdayaan atau kurang pengendalian, perasaan kehilangan fungsi-fungsi dan harga diri, kegagalan pertahanan, perasaan terisolasi . Perilaku koping seperti mengingkari, marah, pasif atau agresif umum dijumpai pada pasien. Upaya koping mungkin efektif atau tidak dalam mengatasi stres yang mengakibatkan ansietas. Jika perilaku koping efektif, energi dibebaskan dan diarahkan langsung pada penyembuhan. Jika upaya koping gagal atau tak efektif maka keadaan tegang meningkat sehingga terjadi peningkatan kebutuhan energi lalu sumber penyakit nampak lebih besar.

Klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa juga akan mengalami tingkat kecemasaan yang tinggi yang ditandai dengan perasaaan marah, sedih, badan gemetar, lemah, gugup, sering mengulangi pertanyaan, dan tanda-tanda vital meningkat. Sedangkan perilaku koping yang dijumpai yaitu klien sering mengingkari atau menyangkal, menangis, dan merasa takut akan kematian.

Individu dengan hemodialisa jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Pengenalan kebutuhan rasa aman klien merupakan elemen penting dalam pendekatan holistik asuhan keperawatan yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual, seperti kecemasan yang dialami klien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa memerlukan upaya penyesuaian dan penanganan agar individu adaptif. Jika individu mempunyai koping yang efektif maka kecemasan akan diturunkan dan energi digunakan langsung untuk istirahat dan penyembuhan. Jika koping tidak efektif atau gagal maka keadaan tegang akan meningkat, ketidakseimbangan terjadi, dan respon pikiran serta tubuh akan meningkat berupaya untuk mengembalikan keseimbangan. Untuk itulah perlu adanya pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Perawat berperan dalam membantu mengelola kecemasan dengan mengembangkan koping yang efektif, menciptakan lingkungan yang terapeutik, melibatkan keluarga atau orang terdekat klien, serta mencantumkan dalam intervensi keperawatan dengan harapan klien adaptif dan kualitas hidupnya meningkat.

Kode File : K188

File skripsi ini meliputi :


  1. Bagian depan

  2. Bab 1-5 (Pendahuluan s/d penutup)

  3. Daftar pustaka

  4. Lampiran kuesioner, dll



Bentuk file : Ms.word
Donasi : Rp.70.000,-

Rabu, 09 Desember 2009

Faktor-fakror yang berhubungan dengan tingkat kecemasan klien dengan hemoptisis

Hemoptisis atau batuk darah merupakan suatu stressor pencetus terjadinya kecemasan karena merupakan suatu keadaan yang mengerikan bagi penderita maupun keluarganya. Oleh karena itu, ketenangan penderita mutlak diperlukan. Kira – kira 15% dari penderita hemoptisis tidak dapat ditentukan secara pasti penyebabnya meskipun telah dilakukan berbagai pemeriksaan. Jadi jika hemoptisis tidak henti-hentinya atau berulang-ulang harus dicurigai sebagai penyakit yang serius, sehingga ini menyebabkan kecemasan bagi klien. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Individu dapat mengatasi kecemasan dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, sample penelitian diambil dari pasien yang sesuai dengan criteria inklusi yang dirawat di RSUD XX dengan besar sample sebanyak 21 responden. Pemilihan sample dilakukan dengan probality sampling jenis accidental sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara berstruktur dengan menggunakan kuesioner dan dianalisa dengan menggunakan uji statistik Regresi Linier dengan tingkat signifikan p£ 0,05.

Hasil analisa menunjukkan 7 responden (33%) mengalami cemas ringan, 9 responden (43%) mengalami cemas sedang dan 5 responden (24%) mengalami cemas berat. Sebagian besar responden berumur > 35 tahun 12 responden (57%), pendidikan SLTP/SLTA 12 responden(57%) dan pekerjaan buruh 12 responden (57%). Hasil uji Regresi Linier terhadap tingkat kecemasan menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dengan umur p=0,000, pendidikan p=0,003 dan pekerjaan p=0,004.

Berdasarkan gambaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur, pendidikan dan pekerjaan dengan tingkat kecemasan.

Kode File : K010

File skripsi ini meliputi :


  1. Halaman depan (abstrak, daftar isi, dll)

  2. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  3. Daftar Pustaka

  4. Instrumen, lampiran-lampiran, dll



Bentuk file : Ms.Word

Donasi : Rp. 50.000,-

Pengaruh Perawatan Luka Bersih Menggunakan Sodium Klorida 0,9 % Dan Povidine Iodine 10 % Terhadap Percepatan Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka terjadi secara normal sebagai efek (reaksi tubuh) terhadap trauma walaupun banyak bahan digunakan untuk membantu meningkatkan penyembuhan luka. Bahan perawatan yang selalu digunakan adalah sodium klorida 0,9 % dan povidine iodine 10 %. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh perawatan luka bersih dengan menggunakan sodium klorida 0,9 % dan povidine iodine 10 % terhadap percepatan penyembuhan luka.


Penelitian ini menggunakan Quasy-Eksperiment (Post-Test Control Group Design). Populasi adalah ibu yang melahirkan melalui operasi secsio caesar di ruang bersalin RSUD XX. Jumlah sampel sebanyak 20 orang yang diambil secara consecutive sampling. Sampel dibagi dalam 2 kelompok; kelompok pertama 10 orang menggunakan sodium klorida 0,9 % dan kelompok kedua 10 orang menggunakan povidine iodine 10 %. Variabel independenadalah sodium klorida 0,9 % dan povidine iodine 10 % dan variabel dependen adalah penyembuhan luka. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan diolah dengan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 dan paired t-test dengan tingkat kemaknaan p < 0,05.


Hasil uji statistik Chi-Square tidak terdapat perbedaan yang bermakna pengaruh perawatan luka bersih menggunakan sodium klorida 0,9 % dan povidine iodine 10 % terhadap percepatan penyembuhan luka dengan tingkat kemaknaan p = 0,628. Hasil uji statistik paired t-test tidak terdapat perbedaan yang bermakna tanda penyembuhan luka dan tidak ada tanda infeksi menggunakan sodium klorida 0,9 % dan povidine iodine 10 % dengan tingkat kemaknaan p = 0,440 dan p = 0,168.


Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perawatan luka bersih dengan menggunakan sodium klorida 0,9 % dan povidine iodine 10 % mengalami penyembuhan luka yang sama. Pada akhirnya, sodium klorida 0,9 % dapat digunakan sebagai pilihan bahan untuk perawatan luka bersih dengan tetap memperhatikan prinsip aseptik sebelum, selama dan sesudah operasi serta saat perawatan luka.


Kode File : K034


File skripsi ini meliputi :



  1. Halaman depan (abstrak, kata pengantar, daftar isi, dll)

  2. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  3. Daftar Pustaka

  4. Instrumen, dll


Bentuk file : Ms.word


Donasi : Rp. 50.000,-

Sabtu, 21 November 2009

Hubungan antara penguasaan mata kuliah inti kebidanan dengan sikap terhadap profesi bidan di STIKes

Prestasi belajar dilihat pada saat dilakukan pengujian pada mata kuliah yang berhubungan. Untuk melihat penguasaan mahasiswa, maka dalam pendidikan kebidanan terdapat mata kuliah yang mengacu pada kurikulum DIII Kebidanan (berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. HK.00.06.2.4.1583 Tahun 2002). Dalam kurikulum tersebut, terdapat Mata kuliah inti kebidanan yang seharusnya dikuasai oleh mahasiswi sebagai calon bidan. Mata kuliah tersebut adalah Askeb I, Askeb II, Askeb III, Askeb IV, Askeb V, Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Kesehatan Reproduksi, Pelayanan KB, Dokumentasi Kebidanan, PKK (Praktik Klinik Kebidanan), Konsep Kebidanan, Etika Profesi, Komunikasi dan Konseling, Mutu Layanan Kebidanan, Metoda Penelitian, dan KTI (Karya Tulis Ilmiah). Mata kuliah tersebut kemudian dijabarkan dalam kompetensi berdasarkan peran dan fungsinya sebagai bidan (2).

Di sisi lain, Jika pengetahuan tersebut baik, apakah sikap mahasiswi terhadap profesinya baik? Dalam realitasnya, mahasiswi kebidanan harus memiliki sikap yang baik terhadap profesinya, karena dia akan menjadi seorang bidan. Apabila sikap terhadap profesinya baik, maka dia akan cenderung mencintai profesinya karena sikap umumnya sulit untuk dirubah (5).

Kode File : K206

File Skripsi ini terdiri atas:


  • Bab 1-5 lengkap

  • Daftar Pustaka



Bentuk file : Ms.word
Donasi : Rp. 50.000,-

Rabu, 11 November 2009

Pengaruh Pemberian Jenis Susu Berkalsium Tinggi Dan Susu Segar Pada Kadar Kalsium Darah Dan Kepadatan Tulang Remaja Pria

Perubahan pola konsumsi pangan yang menonjol pada remaja adalah perubahan konsumsi minuman. Remaja, terutama remaja putra, cenderung lebih suka mengonsumsi minuman yang sedang populer atau digemari di kalangan remaja dengan kurang bahkan tanpa memperhatikan pengaruhnya terhadap kesehatan. Selanjutkan dikatakan bahwa sumber utama kalsium adalah susu dan produk olahannya, akan tetapi terdapat kecenderungan pada remaja untuk menggantikan susu sebagai minuman utama dengan minuman ringan (soft drink). Volek et al. (2003), melaporkan bahwa perubahan konsumsi minuman di kalangan remaja ini berkontribusi pada asupan yang rendah gizi termasuk kalsium. Lebih dari separuh remaja (di Amerika) mengonsumsi susu kurang dari sekali sehari, sedangkan yang dianjurkan adalah sebanyak tiga kali sehari. Di Indonesia, menurut Khomsan (2004), konsumsi susu rata-rata hanya sekitar 0,5 gelas per minggu setiap orang.


Seseorang yang mengonsumsi susu dalam jumlah yang rendah pada saat anak-anak dan remaja, memiliki risiko kurangnya kepadatan tulang dan terjadinya osteoporosis pada saat dewasa dan lanjut usia (Kalkwarf et al. 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Volek et al. (2003) dengan pemberian susu dan jus buah selama 12 minggu pada dua kelompok remaja putra yang sedang mengikuti pelatihan olahraga, menunjukkan bahwa pada kelompok yang diberi susu tercatat secara nyata memiliki asupan kalsium dan kepadatan tulang yang lebih tinggi daripada kelompok yang diberi jus buah. Pada remaja wanita, yang diteliti oleh Cadogan menunjukkan bahwa pemberian minuman susu juga secara nyata dapat meningkatkan kepadatan tulang, akan tetapi tidak menambah berat badan atau lemak tubuh.


Kode File : J008


File skripsi ini meliputi


- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap


- Daftar pustaka


- Lampiran2 : instrumen, pengolahan data,dll


Bentuk file : PDF


Donasi : Rp. 50.000,-

Senin, 09 November 2009

Pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menarche di SMP XX

Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang sering disebut sebagai masa pubertas yaitu masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Pada tahap ini remaja akan mengalami suatu perubahan fisik, emosional dan sosial sebagai ciri dalam masa pubertas. Dan dari berbagai ciri pubertas tersebut, menarche merupakan perbedaan yang mendasar antara pubertas pria dan pubertas wanita. Menarche adalah saat haid/menstruasi yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri yang sedang menginjak dewasa dan sebagai tanda bahwa ia sudah mampu hamil.

Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi lebar, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata-rata pada usia 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Sarwono, 2005).

Peristiwa ini menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan tanda seks skunder wanita itu. Tanda seks skunder pada wanita meliputi pertumbuhan rambut dengan patrun/pola tertentu pada ketiak, rambut monfeneris (rambut kemaluan), pertumbuhan dan perkembangan buah dada, pertumbuhan distribusi jaringan lemakterutama pada pinggang wanita. Dari sudut perasaan kewanitaan sudah memperhatikan jasmani serta kecantikan, mulai ingin dipuja dan mulai memuja seseorang karena jatuh cinta. Masa pancaroba ini yang memerlukan perhatian orang tua karena sejak masa menstruasi pertama berarti ada kemungkinan menjadi hamil bila berhubungan dengan lawan jenisnya. (Manuaba,1998)

Kode File : K161

File Skripsi ini terdiri atas :

- Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

- Daftar pustaka

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 30.000,-

Peran persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada, perilaku menyimpang yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, padahal ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.

Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti sosial tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum. Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan media-media masa.

Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak. Selain itu suasana keluarga yang meninbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja. Orangtua dari remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-anaknya, menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula sebaliknya

Kode File : Q028

File Skripsi ini terdiri atas :

- Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

- Daftar pustaka

- Instrumen penelitian

Bentuk file : PDF

Donasi : Rp. 30.000,-

Minggu, 08 November 2009

Hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat Desa XX

Hidup bersih, sehat, bahagia dan sejahtera lahir batin adalah dambaan setiap orang. Hidup berkecukupan materi bukan jaminan bagi seseorang bisa hidup sehat dan bahagia. Mereka yang kurang dari sisi materi juga bisa menikmati hidup sehat dan bahagia. Sebab, kesehatan terkait erat dengan perilaku atau budaya. Perubahan perilaku atau budaya membutuhkan edukasi yang terus menerus. Pemerintah sudah cukup lama mengampanyekan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), salah satunya adalah penggunaan air bersih baik untuk kebutuhan air minum, mandi, mencuci dan jamban (Aprilianti, 2009).

Pemerintah telah berupaya agar masyarakat dapat memanfaatkan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari hari baik untuk minum mandi dan kebutuhan yang lain. Namun berbagai kendala klasik menghadang, diantaranya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan, beban ganda penyakit, rendahnya kinerja pelayanan kesehatan, rendahnya kebersihan lingkungan, rendahnya pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan, dan terbatasnya tenaga kesehatan dan penyebarannya (Nawawi, 2005).

Mandi di sungai masih dilakukan beberapa warga, karena kebiasaan mandi di sungai itu memang mudah, tinggal menceburkan diri karena airnya sangat berlimpah. Namun mandi di sungai tentu mempunyai resiko negatif karena banyak sungai yang sudah terkontaminasi beragam limbah rumah tangga seperti sampah, tinja dan bahan beracun dan berbahaya lainnya. Kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai selama berpuluh puluh tahun itu bukan tidak menimbulkan persoalan. Air sungai menjadi kotor dan rawan terjadi penyumbatan saluran yang beresiko terjadinya banjir. Namun masih banyak warga yang berpendapat bahwa mereka sudah bertahun tahun membuang sampah ke sungai, tapi tidak terjadi masalah apa-apa (Ambrosius Harto, 2006).

Kode File : K166

File proposal ini meliputi :

  • Bab 1-3 (Pendahuluan-Metpen) lengkap

  • Daftar Pustaka


Bentuk file : Ms.word
Donasi : Rp.30.000,-

Hubungan antara pengetahuan dengan sikap tokoh masyarakat terhadap pencapaian program Desa Siaga

Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (PKD/Poskesdes). Salah satu bentuk pembinaannya yaitu menumbuhkan perilaku hidup bersih dan sehat pada setiap tatanan dalam masyarakat. Indikator keberhasilan lain dari desa siaga adalah mengacu pada cakupan pelayanan kesehatan dasar (utamanya KIA), cakupan pelayanan UKBM- UKBM lain, jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan  dilaporkan, cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS, serta tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat (Depkes, 2007).

Untuk mencapai keberhasilan program Desa Siaga tersebut mutlak diperlukan peran serta aktif dari masyarakat terutama kader kesehatan, karena inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya (Pua Geno, 2006).

Pentingnya peran serta masyarakat dalam program-program kegiatan pembangunan kesehatan, tidaklah bisa dipungkiri. Hasil observasi, pengalaman lapangan hingga keberhasilan cakupan suatu program yang telah dianalis membuktikan bahwa peran serta masyarakat sangat menentukan terhadap keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Penyebabnya ada dua faktor, yaitu dapat menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) dan faktor kesinambungan (continuity) pelaksanaan program kesehatan. Dengan demikian, maka sebaiknya dan seyogyanya pengorganisasian kegiatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (BPPSDMK, 2009).

Perlu tekad kuat dan dilandasi kesadaran dan kemauan yang tinggi dari seluruh elemen masyarakat untuk mencapai keberhasilan desa siaga, karena Desa siaga adalah desa yang masyarakatnya memiliki kesiapan sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sumberdaya yang dimaksud adalahh para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader kesehatan serta masyarakat pada umumnya. Kemampuan didasari oleh pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sedangkan kemauan harus didukung oleh sikap yang positif dari seluruh elemen masyarakat, khususnya para tokoh masyarakatnya.

Kode File : K188

File Proposal ini meliputi :

  • Bab 1 - 3 (Pendahuluan-mettpen) lengkap

  • Daftar Pustaka

  • Instrumen/Kuesioner


Bentuk File : Ms.Word
Donasi : Rp. 50.000,-

Pengaruh Stimulasi Kutaneus: Slow-Stroke Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Osteoartritis Pada Lansia Di Panti Werdha XX

Penyakit osteoartritis adalah hasil dari peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan tidak stabilnya degradasi dan sintesis kondrosit kartilago artikuler serta matriks ekstraseluler. Salah satu faktor resiko yang memicu ketidakstabilan ini adalah proses penuaan. Penuaan mendorong terbentuknya tonjolan-tonjolan tulang (osteofit) dan degradasi kartilago sehingga timbul gejala klinis primer berupa nyeri sendi. Salah satu cara non farmakologi untuk mengatasi nyeri ini adalah dengan pemberian stimulasi kulit dengan tehnik slow-stroke back massage. Mekanisme kerja stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage dalam menurunkan intensitas nyeri menggunakan prinsip teori gate control dan teori endorphin. Penelitian pra eksperimen ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage terhadap intensitas nyeri osteoartritis. Untuk keperluan tersebut, maka desain yang digunakan adalah pra eksperimental dengan pendekatan one group pre test-post test. Subyek penelitian adalah lansia yang berusia 55 tahun ke atas di Panti Werdha XX, didapatkan subyek penelitian sebanyak 10 orang yang ditentukan dengan tehnik purposive sampling. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15 Desember 2007 sampai 5 Januari 2008. Tehnik pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan α = 0,05 didapatkan p value < α (0,011 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa pemberian stimulasi kutaneus: slow-stroke back massage mempunyai pengaruh terhadap intensitas nyeri osteoartritis pada lansia.

Kode File : K205

File Skripsi ini terdiri atas :

- Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

- Daftar pustaka

- Lampiran2 (instrumen, pengolahan data, dll)

Bentuk file : Ms.Word

Donasi : Rp. 90.000,-

Hubungan Otonomi dan Beban Kerja Perawat Dengan Kepuasan Kerja Di Ruang XX Rumah Sakit YY

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi perawat di rumah sakit diantaranya adalah: 1) Faktor kebijakan rumah sakit yang tidak memiliki kerangka dan batasan kerja untuk perawat. 2) belum adanya sistem registrasi yang mapan dan 3) persoalan kode etik. Segala bentuk praktek pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat terkesan tidak terikat oleh kode etik profesi. Kelemahan diunsur otonomi profesi ini mendudukkan perawat pada posisi yang lemah. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat antara lain adalah: kondisi pasien, jumlah pasien, tingkat ketergantungan pasien serta waktu yang diperlukan untuk setiap tindakan keperwatan terhadap pasien baik secara langsung maupun tudak langsung

Otonomi adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah profesi, pemberian otonomi yang sesuai standar keperawatan akan memberikan kepuasan tersendiri pada perawat dan juga dapat menunjukkan profesionalisme profesi.keperawatan. Rendahnya otonomi kerja yang diberikan kepada perawat didukung oleh tingginya beban kerja non fungsi perawat berdampak pada stress kerja yang dialami perawat yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat terhadap kepuasan kerja. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana pada shif pagi. Hasil penelitian yang menggunakan uji stastitik regresi linier ganda dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa semakin tinggi otonomi maka semakin tinggi kepuasan kerja perawat dan semakin tinggi beban kerja maka semakin rendah kepuasan kerja yang dimiliki perawat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara otonomi dan beban kerja perawat dengan kepuasan kerja di Ruang XX. sehingga diperlukan suatu kebijakan tentang pengelolaan beban kerja yang adekuat oleh manajemen rumah sakit.

Kode File : K204

File Skripsi ini terdiri atas :

- Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

- Daftar pustaka

- Lampiran2 (instrumen, pengolahan data, dll)

Bentuk file : Ms.Word

Donasi : Rp. 90.000,-

Gambaran pola makan klien dengan hipertensi derajat II di Puskesmas XX

Dengan semakin meningkatnya pendapatan seseorang biasanya akan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Pemandangan seperti ini banyak dijumpai di kota-kota seperti banyak dijumpai Restoran Fast Food, Fried Chicken, Pizza Hut dan lain-lain yang dengan mudah menggeser pola makan masyarakat. Makanan yang disajikan direstoran umumnya memiliki kandungan tinggi lemak dan tinggi protein. Dan juga seseorang terlalu sering mengkonsumsi makanan tersebut dikhawatirkan lebih mudah terserang penyakit hipertensi dan penyakit lainnya.

Begitu pula dengan masyarakat di daerah pedalaman atau pegunungan yang rata-rata bermata pencaharian sebagai petani mempunyai peluang menderita hipertensi karena mempunyai kebiasaan makan yang dominan berasa asin dan senang makanan yang bersantan kental sehingga tidak menutup kemungkinan walaupun tinggal dikota ataupun di Pedesaan potensial menderita hipertensi

Menurut Purwati Saliman, Rahayu, (2004) Hipertensi lebih sering diitemukan pada Usia lanjut dan diperkirakan 23% wanita dan 14% pria lebih dari 65 tahun karena pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi organ secara keseluruhan seperti pada jantung terjadi kekakuan pembuluh darah, sehingga memacu jantung bekerja lebih keras dan menimbulkan hipertensi. Dan menurut para ahli angka kematian akibat penyakit jantung dengan hipertensi adalah 3 x lebih sering dibandingkan usia lanjut tanpa hipertensi pada usia yang sama.

Mengingat fatalnya akibat hipertensi perlu upaya pencegahan hipertensi. Ada beberapa cara pencegahan yaitu cara farmakologis dan non farmakologis. Beberapa cara non farmakologis antara lain perubahan gaya hidup meliputi menghindari rokok, olah raga, menghindari alkohol, dan pola makan yang baik bagi penderita hipertensi.

Kode File : L032

File Proposal ini terdiri atas :

- Bab 1 – 3 (pendahuluan – metpen) lengkap

- Daftar pustaka

- Lampiran2 (instrumen, jadwal, dll)

Bentuk file : Ms.Word

Donasi : Rp. 40.000,-

Selasa, 03 November 2009

Analisis Nilai Ekonomi Pengolahan Persampahan Di Dinas Kebersihan

ANALISIS NILAI EKONOMI PENGELOLAAN


Permasalahan sampah tidak hanya di alami oleh bangsa Indonesia, akan tetapi telah menjadi permasalahan dunia. Pertumbuhan penduduk dunia yang bersinergi dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi telah melahirkan industri yang beraneka ragam. Selain mendatangkan kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia, industri-industri ini juga menghasilkan limbah yang sering disebut dengan sampah. Sampah tidak akan pernah lepas dari denyut nadi kehidupan setiap manusia. Karena dalam berbagai aktivitas kehidupannya, setiap manusia akan menghasilkan sampah sebagai akibat dari penggunaan barang-barang konsumi yang dihasilkan oleh industri-industri tersebut.


Agar sampah-sampah tersebut nantinya tidak sampai mengakibatkan terjadinya proses degradasi lingkungan maka sampai saat ini tetap saja diperlukan cara-cara tertentu serta pengembangan yang tiada henti-hentinya dalam proses pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah merupakan salah satu masalah besar yang selalu dihadapi di daerah perkotaan, terutama pada daerah yang padat jumlah penduduknya. Setiap pemerintah kota tentunya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Akan tetapi masalah sampah ini tidak pernah selesai karena aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan yang sangat besar. Hal inilah yang mengakibatkan penangangan masalah sampah, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya cenderung tidak seimbang.


Di banyak negara maju, sampah yang diproduksi oleh masyarakatnya (sampah organik dan anorganik) sedapat mungkin diolah dan digunakan kembali untuk dijadikan produk-produk yang bermanfaat.


Pemanfaatan sampah organik sebagai bahan utama kompos sudah biasa dilakukan. Karena selain dapat dijadikan pupuk ternyata sampah tersebut dapat mereduksi emisi gas rumah kaca.


Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada saat ini, pada dasarnya dioperasikan dengan sistem open dumping. Ini memungkinkan terjadinya proses dekomposisi bahan organik secara anaerobik menjadi gas Metana (CH4), Karbon dioksida (CO2), dan sejumlah kecil N2, H2. Gas Metana ini merupakan gas rumah kaca yang memiliki efek rumah kaca 20-30 kali lebih besar dibanding dengan Karbondioksida. (Suprihatin,2003)


Untuk setiap satu ton sampah yang terdapat di TPA rata-rata dapat menghasilkan 0.235 m³ gas Metana (Henry and Heinke, 1996), sedangkan jika dikomposkan akan dapat menghasilkan 0,5 ton kompos. Dengan demikian, dengan menghasilkan satu ton kompos, rata-rata emisi gas rumah kaca sebesar 0,47 ton metana atau setara dengan 9,4 ton karbon dioksida dapat dicegah. (Suprihatin,2003)


Protokol Kyoto, yang diadakan pada tahun 1997 (suatu pertemuan yang mengatur Kerangka Kerja Konvensi pada Perubahan Iklim Global) telah mencantumkan bahwa emisi gas rumah kaca dapat diperdagangkan. Meskipun untuk itu sebelumnya harus dilakukan suatu verifikasi dan sertifikasi. Harga reduksi emisi gas rumah kaca tersebut berkisar 5-20 dollar AS per ton karbon. (Suprihatin,2003)


Di Indonesia, ternyata perdagangan emisi gas rumah kaca ini telah dilakukan melalui mekanisme kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia melalui Proyek West Java Environmental Management Project (WJEMP). Sasarannya adalah menghasilkan 100.000 ton kompos/tahun, sehingga diestimasi dapat menurunkan emisi 600.000 ton karbondioksida untuk setiap tahunnya. Melalui mekanisme perdagangan gas rumah kaca ini, produksi 100.000 ton kompos/tahun dapat menghasilkan nilai ekonomi sebesar 0,7-2,9 juta dollar AS/tahun. (Suprihatin,2003)


Penggunaan sampah anorganik untuk diolah kembali menjadi bahan yang bernilai ekonomis juga telah banyak yang dilakukan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat kini telah banyak berdiri pusat-pusat recycle yang menerima berbagai macam produk yang dapat di recycle. Harga produk yang dapat di recycle bermacam-macam nilai ekonominya. Sebagai contoh harga kaleng coca cola dan sejenisnya dihargai 5 sen untuk setiap kalengnya. (Budianta,2003)


 


 


 


 


 


Kode File : L031


 


File Thesis ini terdiri atas :


-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap


-         Daftar pustaka


-         Lampiran2 (instrumen, pengolahan data, dll)


 


Bentuk file : PDF


Donasi : Rp. 50.000,-


 

Kamis, 17 September 2009

Pengaruh Faktor-Faktor Kondisi Kesehatan, Kondisi Ekonomi Dan Kondisi Sosial Terhadap Kemandirian Orang Lanjut Usia

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif.

Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisikondisi itu, maka keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada orang lain. Jika lanjut usia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan berkurang.

Kode File : L030

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

Bentuk file : PDF

Donasi : Rp. 25.000,-

Gambaran Sikap Dukun Bayi Dalam Pertolongan Persalinan Yang Benar Di Wilayah Puskesmas XX

Dukun bayi di wilayah Puskesmas XX masih banyak yang aktif menolong persalinan yaitu sebesar 14% dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 86 %. Keadaan tersebut masih belum mencapai target Indonesia Sehat 2010 yakni 90 % pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sehingga tidak dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Dari  data di Puskesmas XX angka kematian ibu tidak ada, namun masih terdapat angka kesakitan ibu yang ditandai tingginya rujukan dari dukun bayi akibat kesalahan pertolongan persalinan oleh dukun berjumlah 12 orang ibu bersalin (2005) dan 9 orang ibu bersalin (2006). Dengan rendahnya pendidikan dukun bayi yang membuat proses pencapaian target tersebut sulit tercapai dan diketahui bahwa dari 39 dukun bayi (26 orang dukun terlatih dan 13 orang dukun bayi tidak terlatih) 52 % berpendidikan SD, 40 % dukun bayi tidak tamat SD, 8 % dukun bayi tidak pernah mengenyam pendidikan formal, disertai frekuensi pelatihan tentang pertolongan persalinan yang benar di Puskesmas XX hanya 3 bulan sekali, tentunya dukun bayi tersebut mempunyai sikap dalam pertolongan persalinan yang benar sesuai dengan peran dukun sebagai penolong persalinan.

Desain penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran sikap dukun bayi dalam pertolongan persalinan yang benar di wilayah Puskesmas XX. Populasi penelitian ini adalah dukun bayi sejumlah 26 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi sehingga sampel yang diambil sejumlah 26 responden.

Dari penelitian terhadap 26 responden didapatkan data sikap dukun yang tergolong positif adalah 61,5 % dan yang tergolong bersikap negatif adalah 38,5 %. Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap dukun bayi tersebut sudah baik. Mengingat pertolongan persalinan yang benar harus dimaksimalkan maka keadaan dukun bayi yang bersikap negatif sangat berbahaya dan perlu diturunkan. Sikap negatif tersebut memberi arti bahwa dukun bayi tersebut cenderung berperilaku negatif dan melakukan pertolongan persalinan dengan salah. Disarankan pula kepada pemerintah setempat untuk lebih meningkatkan kualitas pelatihan dukun bayi diwilayahnya demi tercapainya target Indonesia Sehat 2010 dan dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada umumnya. Walaupun tidak terdapat angka kematian ibu (AKI), namun tingginya angka rujukan dari dukun bayi akibat kesalahan pertolongan persalinan terhadap ibu bersalin perlu diturunkan.

Kode File : K187

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Halaman depan (abstraks, daftar isi, dll)

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner

-         Lampiran-lampiran

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 60.000,-

Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Ibu untuk Memilih Bersalin ke Dukun

Berdasarkan SDKI 2002-2003, Indonesia masih menempati rangking yang tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya yaitu 307 kematian ibu hamil dan ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI di Indonesia adalah karena pertolongan persalinan oleh dukun yang masih menjadi pilihan sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari studi pendahuluan pada cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehaan Desa XX, yang hanya mencapai 52,75% dari target tahun 2006. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor internal yang mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 18 orang dan pengambilan sampel dengan menggunakan rancangan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Adapun variabel yang diteliti adalah faktor pengetahuan dan faktor pengalaman sebagai faktor internal yang mempengaruhi ibu untuk memilih bersalin ke dukun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pertolongan persalinan yang aman, yaitu sebanyak 78% memiliki pengetahuan dengan kriteria Baik. Sedangkan pada tingkat pengalaman, sebagian besar responden (67%) memiliki pengalaman dengan kriteria negatif, yang diartikan sebagai tidak/kurang berpengalaman. Kesimpulan penelitian ini adalah meskipun tingkat pengetahuan ibu berada pada kriteria baik, ternyata persalinan ke dukun masih menjadi pilihan beberapa ibu di Desa XX. Sedangkan pada faktor pengalaman, mayoritas responden memiliki pengalaman yang terbatas (kriteria negatif) disebabkan oleh keengganan ibu untuk melakukan kontak dengan petugas kesehatan. Saran yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil penelitian ini yaitu, diharapkan Ibu dapat memilih penolong persalinan yang tepat dan aman bagi dirinya, peningkatan penyuluhan dan mutu pelayanan kesehatan terutama tentang KIA, serta implementasi kemitraan antara Bidan desa – dukun secara intensif.

Kode File : K186

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Halaman depan (abstraks, daftar isi, dll)

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner + lampiran2

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 100.000,-

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus Pada Ibu Hamil di RSUD XX

Abortus adalah ancaman / pengakhiran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu dengan hasil konsepsi masih embrio dan plasenta belum selesai / berat janin kurang dari 500 gram. Dari studi pendahuluan yang kami lakukan di RSUD X terdapat 113 kasus abortus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO / World Health Organization), diseluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan abortus. Setiap tahun, sekitar 500 ribu ibu mengalami kematian disebabkan oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50% diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia. Di seluruh dunia, setiap tahun terjadi sekitar 40-70 kasus abortus per 1000 wanita usia reproduksi.

Penelitian dilaksanakan dengan rancangan diskriptif. Sampel penelitian sebesar 53 responden, yang diperoleh dengan menggunakan total populasi sampling. Pengumpulan data yang diperoleh yaitu data sekunder diambil dari buku register di RSUD X.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 52,9% ibu hamil mengalami abortus inkomplit dan responden terbanyak pada umur kehamilan < 16 minggu sebesar 84,9%. Dilihat dari faktor usia ibu 71,7% usia 20-35 tahun, dilihat dari faktor usia ayah 54,7% usia > 35 tahun, dan dilihat dari faktor pekerjaan ibu 41,5% IRT (Ibu Rumah Tangga). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagian besar ibu hamil yang mengalami abortus di RSUD X adalah abortus incomplit dilihat dari faktor usia ibu pada usia 20-35 tahun, faktor pada usia ayah usia > 35 tahun, faktor pekerjaan ibu yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga).  Disarankan kepada ibu-ibu hamil untuk sesering mungkin melakukan pemeriksaan kehamilannya (ANC) kepada petugas kesehatan, agar penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan dapat dikenali dan ditangani secara dini.

Kode File : K185

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 40.000,-

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Cara Mengatasi Mual Muntah Pada Kehamilan Di Poli Hamil RSX

Salah satu perubahan fisiologis selama kehamilan adalah perubahan hormonal, pada trimester pertama segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat, kondisi tersebut dapat menyebabkan mual muntah yang disebut dengan emesis gravidarum. Mual muntah ini umumnya timbul pada pagi hari sehingga sering disebut morning sicknes. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa mual berlebihan yang kemudian menyebabkan ibu tak mampu melawan rasa mual tersebut lalu dimuntahkan. Sebagian keluhan mual-mual dan muntah-muntah ini sangat wajar sehingga gangguan selama kehamilan ini dianggap sangat normal bahkan ada yang menjuluki sebagai “bawaan si bayi”. Walaupun ketidaknyamanan yang umum seperti mual muntah dalam kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa namun hal ini sangat tidak nyaman dan menyulitkan bagi ibu dan kalau terjadi berlebihan akan mengganggu aktivitas ibu dan bisa menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.

Adapun tujuan secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel penelitian sebagian ibu hamil trimester I yang berjumlah 31 orang yang diambil secara acciental sampling. Variabel penelitian ini adalah variabel independen pengetahuan dan variabel dependen sikap. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Spearman rank.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dalam kategori baik 46 % (14 orang). 32 % (10 orang) dalam kategori cukup, 19% (6 orang) pengetahuannya kurang, dan pengetahuannya tidak baik 3% (1 orang). Sedangkan sikap sebagian besar 58% (18 orang) ibu hamil memiliki sikap positif tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan,  dan  sisanya 42% (13 orang) memiliki  sikap negatif. Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga t tabel, artinya ada hubungan  pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah sakit agar tetap memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.

Kode File : K184

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuisioner

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 60.000,-

Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit XX

Hasil penelitian mutakhir menunjukkan  ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya karsinoma uteri seperti: (a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) Jumlah kehamilan dan partus, (c) Jumlah perkawinan/ berganti-ganti pasangan, (c) Infeksi virus herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kandiloma diduga sebagai penyebab, (d) Sosial Ekonomi dan (e) Hygiene dan Sirkumsisi.

Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban serviks uteri. Usaha pencegahan diagnosa dini perlu dilakukan karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif atau tidak  memuaskan.

Untuk menghindari kanker serviks sebaiknya perlu diperlukan pemeriksaan yang yang salah satunya adalah pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan rahim dengan menggunakan mikroskop.

Pada saat pemeriksaan yang bersangkutan tidak merasakan sakit panas, dan prosesnya cukup cepat dan sangat dianjurkan bagi setiap wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker serviks uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan dini.

Diagnosa kanker serviks uteri masih sering terlambat dan penangannya pun ternyata tidak memberikan hasil yang baik, keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering terlambat ke dokter. Mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu, atau pergi ke dukun, hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerapan kanker pada umumnya, penderita kanker serviks uteri tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan tersebut, disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

Pada umumnya insiden kanker sangat rendah dibawah umur 20 tahun, sedangkan karsinoma insiden mulai naik pada umum awal puncak pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncaknya naik kembali pada usia lebih tua.

Kode file : K156

File skripsi ini terdiri atas :

  • Bab 1 - 5 (pendahuluan - penutup) lengkap

  • Daftar pustaka


Bentuk file : microsft word

Donasi : Rp.35.000,-

Minggu, 23 Agustus 2009

Harapan Calon Jama’a H Haji Dan Jama’ah Haji Mengenai Model Pelatihan Bimbingan Ibadah Haji Yang Terkait Dengan Peserta, Materi, Metode, Pelatih, Dan Lama Latihan

Manasik pada dasarnya adalah memberikan pelajaran atau informasi kepada calon jama’ah haji mengenai tata cara melaksanakan ibadah haji di tanah Suci. Perlunya manasik haji ini karena calon jama’ah haji Indonesia sangat heterogen, baik pekerjaannya, usianya, asal daerahnya, pengetahuan tentang hajinya dan pendidikannya. Dari tingkat pendidikannya lebih dari 57% tingkat pendidikan sekolah dasar, sebagian besar bukan lulusan pendidikan sekolah agama Islam. Dengan demikian maka bahan pelajaran yang disampaikan sudah barang tentu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Apalagi bahan mata pelajarannya banyak yang ditulis dalam huruf Arab serta berbahasa Arab yang tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Manasik haji setiap tahun hanya disampaikan selama 3 kali tatap muka oleh Departemen Agama menjelang keberangkatan dan dalam bentuk ceramah umum. Sudah barang tentu cara yang demikian tidak efektif karena materi hanya disampaikan satu arah tanpa ada dialog. Sehingga materi yang disampaikan kurang dapat mencapai tujuannya, yang berakibat kesempurnaan haji tidak tercapai. Dengan demikian, ini sangat perlu adanya pengembangan dalam metode manasik yang sudah sekian lama diterapkan pada calon jama’ah haji.

Pengembangan metode diharapkan dapat meningkatkan mutu calon jama’ah haji baik dari sisi pemahaman akan tata cara berhaji maupun perilaku. Tetapi pada kenyataannya masih banyak jama’ah haji Indonesia yang masih belum epenuhnya memahami tata cara peribadatan haji. Hal ini tampak pada tragedi Mina tahun 2004, jumlah jama’ah haji Indonesia yang meninggal (200 orang) lebih banyak dibandingkan jama’ah haji dari negara lain. Hal ini disebabkan tidak patuhnya jama’ah haji Indonesia akan peraturan yang ditetapkan pemerintah Saudi Arabia. Kondisi ini berbeda dengan pengaturan jama’ah haji di Malaysia. Pelaksanaan bimbingan ibadah haji (manasik haji) dilakukan kurang lebih 2 tahun sebelum calon haji berangkat. Secara teknis pelaksanaan bimbingan ibadah haji sudah dilaksanakan saat mereka mendaftarkan diri pada pihak bank yang ditunjuk pemerintah, sehingga kemungkinan untuk melakukan pembinaan pada peserta calon haji dapat dilakukan jauh – jauh hari. Tujuan pemerintah Malaysia untuk memberikan pemahaman tentang tata cara haji secara lebih menyeluruh dan pembinaan mentah pasca kepulangan dari menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Sedangkan dari sisi perilaku masih banyak terjadi walaupun mereka sudah pulang menunaikan ibadah haji (apalagi yang menjadi tokoh baik tokoh politik maupun LSM), ucapannya sering menimbulkan kegelisahan. Mereka masih dengan bangga merusak lingkungan dan lain sebagainya.

 

 

Kode File : B009

File Skripsi ini meliputi :

-         Bab 1-7 lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner, dll

 

Bentuk file : PDF

Donasi  : Rp.  40.000,-

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap Terhadap Kesehatan

Pendidikan merupakan unsur esensial dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam pemikiran modern merupakan proses pewarisan budaya masyarakat yang disampaikan dari generasi ke generasi berikutnya dan warisan itu dikembangkan melalui penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Pendidikan formal mempunyai sumbangan yang sangat berharga bagi perubahan dalam masyarakat, dapat memajukan masyarakat dan pembangunan.

Kaitan proses pendidikan dengan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dijelaskan oleh Theodore schultz ini berasumsi bahwa pendidikan formal merupakan investasi penting bagi masa depan, misalnya berupa pekerjaan dan posisi sosial serta peluang untuk melakukan mobilitas sosial dan sangat dibutuhkan untuk mnghasilkan kemampuan manusia, sikap dan prilaku produktif. Relevan dengan teori tersebut Alex Inkeles yang memfokuskan pada sikap, nilai dan kepercayaan, mengatakan bahwa pembangunan sosial dan ekonomi tidak akan berhasil kecuali masyarakat memiliki sikap modern, nilai dan kepercayaan kerja, kualitas hidup, dan kemampuan modern yang mengendalikan lingkungannya yang disebut dengan modernitas. Adanya teori modernitas inkeles cukup mendukung bahwa pendidikan merupakan agen penting bagi transformasi masyarakat tradisional ke masyarakat modern

Dalam pokok bahasan virus, bakteri, jamur, alga dan protozoa siswa diperkenalkan tentang berbagai bentuk, sifat, klasifikasi, dan peranannya dalam kehidupan manusia. Aspek kognitif ini mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan, karena mikroorganisme yang merupakan penyebab timbulnya penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Untuk itu materi mikrobiologi khususnya dan mata pelajaran biologi pada umumnya diberikan kepada anak didik tidak hanya sebagai informasi, diharapkan dengan tingkat kognitif yang dimiliki peserta didik harus mampu mempunyai sikap positif terhadap materi pelajarannya sehingga mereka mampu mengembangkan dan membina sikap positif terhadap kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dan satu variabel terikat sikap terhadap kesehatan (Y). Penelitian ini dilaksanakan di MAN XX pada tahun 2006 dengan menggunakan metode Survei. Jumlah sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas X MAN XX sebanyak 60 orang. Teknik Analisis Data menggunakan teknik statistik korelasi dan Regresi linier sederhana. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01 hasil hipotesis yang didapat berupa garis regresi Ŷ = 100 + 0,6 X. Harga koefisien korelasi sebesar 0,5 dan koefisien determinasi sebesar 25% dan taraf signifikansi sebesar 4,4. penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kontribusi pengetahuan tentang mikrobiologi pada sikap terhadap kesehatan adalah sebesar 25%.

 



Kode File : E008

Skripsi ini meliputi :

-         Halaman Depan

-         Bab 1-5 lengkap

-         Daftar Pustaka

Bentuk file : PDF

Donasi  : Rp. 30.000,-

Selasa, 18 Agustus 2009

Tingkat Pengetahuan Guru PAUD tentang Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Usia 3-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas XX

Perkembangan anak yang berkaitan dengan segi kecerdasan perlu selaras dengan pertumbuhan jasmani. Proses ini didukung oleh proses pengasuhan anak yang baik, termasuk pemberian stimulasi perkembangan. Oleh karena itu perkembangan anak perlu dipantau agar keterlambatannya dapat segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi dapat mengotimalkan perkembangan anak.


Kegiatan stimulasi tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh) masyarakat (kader, tokoh masyarakat) tenaga profesional (kesehatan, Pendidikan, Sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatkan status kesehatan dan gizi anak, tetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian anak-anak berkembang secara optimal. Harapannya pada tahun 2010 diharapkan 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.



Berdasarkan pengamatan selama ini sebagian besar yang menjadi guru Paud adalah kader dari Posyandu. Di Kota XX jumlah PAUD ada 83 Paud dan Guru PAUD ada 256 orang dengan latar Belakang pendidikan yang berbeda-beda. Sedangkan di Kecamatan XY ada 34 PAUD dan ada guru PAUD 125 orang. Dengan latar belakang Pendidikan Sarjana ada 31orang, Diploma III ada 6 orang, Diploma II ada 25 orang, Diploma I ada 6 orang, SLTA Sederajat ada 55 orang, SMP Sederajat ada 2 orang. Pendidikan dari guru PAUD ini yang sebagian besar bukan dari pendidikan guru, padahal pengetahuan dari guru PAUD sangat diperlukan untuk stimulasi perkembangan pada anak didiknya.

Adanya pembatasan gerak oleh guru PAUD karena kekawatiran anak didiknya akan terjadi hal - hal yang tidak diinginkan. Tanpa disadari hal tersebut akan merugikan anak didiknya.

Kode File : L501

File skripsi ini meliputi :

  • Bab 1-5 lengkap

  • Daftar Pustaka


Donasi : Rp. 50.000,- (Microsoft word)

Kamis, 25 Juni 2009

ADS HERE (IKLAN MURAH)

membaca



PASANG IKLAN

HUBUNGI : GRAHA CENDIKIA

085755605984

grahacendikia@gmail.com

Rp. 20.000,- PER BULAN (MINIMAL 5 BULAN)

TRANSFER ANTAR ATM, KE :




  • BANK BCA No. Rekening 1230429941  –> a/n HANIK ISYATUR RODLIYAH






  • BANK BTN  No. Rekening 10043-01-57-000254-6  –> a/n Hanik Isyaturrodliyah



Kamis, 11 Juni 2009

Pengetahuan remaja awal (11-13 tahun) tentang pengertian dan perubahan fisik pubertas di SMP XX

Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan¬-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa.

Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif.

Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan.

Kode File : K109
File skripsi ini meliputi :
• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Karakteristik ibu yang menyapih bayinya di bawah usia satu tahun di Wilayah Kerja Puskesmas XX

ASI mempunyai manfaat praktis dan psikologis yang harus dipertimbangkan bila ibu memilih metode untuk pemberian makanannya. Air susu ibu adalah yang paling cocok dari semua susu yang tersedia untuk anak manusia, karena ia secara unik disesuaikan untuk kebutuhan dirinya.

ASI merupakan makanan ideal untuk anak, secara psikologis maupun biologis. ASI memberikan keuntungan bagi keluarga maupun bagi anak dan balita. ASI mengandung zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan melindungi anak terhadap infeksi terutama infeksi pencernaan.

Pada usia sampai dengan enam bulan kebutuhan anak dapat dipenuhi oleh ASI. Setelah itu kebutuhan anak semakin bertambah dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dan produksi ASI menurun. Karena itu anak memerlukan makanan tambahan (PASI) ini dilihat dari pemenuhan kebutuhan fisik. Namun demikian saat menyusui dapat dibentuk pemenuhan psikologis, sehingga menyusui dapat diteruskan minimal satu tahun, karena anak dibawah usia satu tahun dalam fase oral, dimana anak akan memerlukan kebutuhan rasa aman yang sangat dominan.

Penyapihan anak diberbagai tempat dilakukan pada berbagai umur anak. Di masyarakat pedesaan umumnya penyapihan jarang dilakukan terhadap anak sebelum umur satu tahun, bahkan berlangsung lebih lama lagi, sampai umur lebih dari dua tahun. Dalam beberapa kasus, anak tidak disapih sampai berumur empat tahun. Dilain pihak, pada masyarakat perkotaan terdapat kecenderungan yang jelas bahwa penyapihan anak dilakukan pada umur yang lebih dini, bahkan ada pula yang menyapihkannya pada umur baru beberapa minggu.

Penyapihan dibawah 1 tahun dapat mempengaruhi pertumbuhan anak, misalnya Kurang Energi Protein (KEP). KEP dapat terjadi karena para ibu yang telah melahirkan, dan ibu kembali lagi bekerja sehingga harus meninggalkan anak dari pagi sampai sore. Dengan demikian anak tersebut tidak mendapat ASI yang merupakan nutrisi pokok disamping Pemberian Air Susu Ibu (PASI) atau makanan tambahan tidak diberikan sebagaimana mestinya.

Kebanyakan anak sedikit demi sedikit mengurangi volume frekuensi kebutuhan ASI-nya pada usia 6-12 bulan dan mereka menjadi terbiasa dengan penambahan jumlah makanan padat dan cairan dengan botol dan cangkir. Karena anak hanya butuh sedikit ASI, penyediaan ASI ibu makin lama makin berkurang, menyebabkan ibu terbebas dari kencang payudara. Penyapihan harus dimulai dengan mengganti susu formula atau susu sapi dengan botol atau cangkir pada sebagian ASI dan selanjutnya untuk semua bagian ASI.

Penyapihan sangat bergantung pada keputusan pribadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kapan ibu bekerja kembali, bagaimana kesehatan ibu anak atau feeling ibu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengerti. Beberapa ahli menyatakan sebaiknya setelah anak berusia 1 tahun, mulai dilakukan peralihan dari puting susu ibu.

Kode File : K106
File skripsi ini meliputi :
• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap keputihan di Kelurahan XX

Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati.

Keluarnya (rabas) cairan dari vagina merupakan salah satu keluhan yang sering dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding vagina dari jaringan di sekitarnya. Infeksi pada vulva yang lazim disebut vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan atau leukorea dan tanda infeksi lokal. Keputihan didefinisikan sebagai keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut bervariasi dalam konsistensi (padat, cair, kental), dalam warna (jernih, putih, kuning, hijau) dan bau (normal, berbau).

Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan mengganggu aktivitas sehari-hari. Masalah yang perlu diwaspadai adalah apakah keputihan tersebut normal atau ada sesuatu kelainan/ penyakit.

Jika keputihan menyebabkan gatal-gatal dan nyeri di dalam vagina, atau di sekeliling saluran pembuka vulva, kondisi ini secara umum disebabkan oleh penyakit, dan tentunya memerlukan pemeriksaan. Tiga jenis utama gangguan dapat menimbulkan masalah, yaitu candidiasis penyebab paling umum gatal-gatal pada vagina.

Infeksi sering mengenai vulva dan menimbulkan gatal-gatal. Jamur menyerang sel pada saluran vagina dan sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapiran sel yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali karena satu alasan. Sel-sel yang terinfeksi tidak teralu parah gugur ke dalam vagina, sehingga menyebabkan keputihan. Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi hanya dalam 3% sampai 5% wanita.

Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan. Sifat dan banyaknya keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya dengan indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu saja, warna, bau disertai rasa gatal atau tidak.

Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir. Demikian pula halnya dengan saluran kelamin wanita (vagina). Dalam keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal atau nyeri. Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Misalnya, mencucinya dengan air kotor, memakai pembilas secara berlebihan, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, tak sering mengganti pembalut.

Hampir semua wanita pernah mengalami keputihan, bahkan ada yang sampai merasa sangat terganggu. Namun, rasa malu untuk diperiksa pada bagian bawah tubuh yang satu ini, sering kali mengalahkan keinginan untuk sembuh. Belum lagi masyarakat kita yang tidak terbiasa memeriksa alat kelamin sendiri, sehingga kalau ada gangguan tertentu tidak segera bisa diketahui. Rasa malu untuk periksa ke dokter juga menyebabkan banyak wanita mencoba untuk mengobati keputihannya sendiri, baik dengan obat yang dibeli di toko obat, maupun dengan ramuan tradisional. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak sesuai dengan jenis penyebab keputihan tersebut, tentu saja pengobatan akan sia-sia. Bahkan, bisa jadi justru menyebabkan kerugian yang lain. Mestinya, rasa malu tersebut dibuang jauh-jauh. Apalagi, jika mengingat betapa seriusnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh keputihan yang berkepanjangan tanpa penanganan yang tuntas.

Para remaja harus waspada terhadap gejala keputihan. Penelitian menunjukkan, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu mengandung kuman-kuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput dara sampai hampir habis, sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah.

Kode File : K178

File skripsi ini meliputi :

  • Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  • Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan XX

Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi terjadinya komplikasi pada kehamilan persalinan, resiko kematian maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal. Disamping itu, perdarahan antepartum dan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal. Sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak konsumsi zat besi untuk perkembangan bayi. Dan juga konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan yang tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko.
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif, agar sasaran keseimbangan gizi dapat tercapai. Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet besi meminumnya secara rutin. Hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya.

Banyak wanita Indonesia tidak mempedulikan ataupun kurang memahami aspek kekurangan zat besi terhadap tingkat kecerdasan. Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi tablet perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya zat besi.

Untuk itu penurunan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan yang mengacu pada Indonesia Sehat 2010. Yang dilakukan dengan cara memberi pengetahuan kepada semua lapisan masyarakat untuk memahami “Tiga Terlambat” dan “Empat Terlalu”. Seperti program yang telah dicanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan. Menurut penelitian kepatuhan ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi dengan pendidikan rendah sebanyak 23%.

Kode File : K173
File skripsi ini meliputi :
• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Pengetahuan Primipara terhadap perkembangan bayi 0-1 tahun di Kelurahan XX

Angka kematian perinatal pada tahun 1984 diperkirakan 45/1000 kelahiran. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR, tetanus neonatum dan trauma kelahiran. Sebagian besar dari kematian tersebut sebenarnya dapat dicegah, bila kesehatan ibu selama hamil terjaga dengan baik dan pertolongan persalinan yang diberikan bersih dan aman.

Seperti diketahui bahwa masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit seperti, flu, diare, bronkhitis atau penyakit infeksi lainnya. Jika anak sering menderita sakit dapat menghambat atau menggangu proses tumbuh kembangnya. Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa maupun prilakunya.

AKB dan AKBAL di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya sekitar 1,2 – 1,3 kali lipat. AKB di Indonesia tahun 1997 sebesar 52 dan AKBAL sekitar 19 per 1000 KH. Hal tersebut berarti dari sekitar 4 juta bayi lahir pertahun 300.000 meninggal sebelum ulang tahunnya ke 5 atau sekitar 800 balita meninggal per hari atau satu balita Indonesia meninggal setiap 2 menit. AKB terendah adalah 29 per 1000 KH (DKI Jakarta) dan tertinggi 98 per 1000 KH (Nusa Tenggara Barat). Menurut profil kesehatan 1996, selain propinsi NTB ada propinsi lain yang mempunyai AKB diatas angka nasional , yaitu : Lampung, Sumatra Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Irian Jaya, Kalimantan Selatan.

Beberapa teori perkembangan yang dianut oleh Erik Erikson, Sigmund Freud, Jean Piaget dan Robert Sears, mereka menyoroti perkembangan dari berbagai aspek yang berbeda, namun semua sepakat bahwa proses perkembangan terjadi selangkah-demi selangkah secara urut dan teratur. Erikson mengungkapkan bahwa perkembangan emosional berjalan sejajar dengan pertumbuhan fisis, dan ada interaksi antara perkembangan fisis dan psikologis. Sedangkan Sigmund Freud terkenal sebagai penggali teori alam bawah sadar dan pakar psikoanalisis menerangkan bahwa berbagai problem yang dihadapi penderita dewasa ternyata disebabkan oleh gangguan atau hambatan yang dialami selama perkembangan psikososialnya. Jean Piaget adalah pakar paling terkemuka dalam bidang teori perkembangan kognitif.

Adapun inti pengertian teori Piaget menurut Mönks adalah bahwa perkembangan dipandang sebagai kelanjutan generasa – embrio. Sears mengembangkan teori belajar yang dikaitkan dengan perilaku anak dalam perkembangan. Ia juga sangat menekankan pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya, ia berpendapat bahwa pola asuh sangat menentukan perkembangan kepribadian anak.

Kode File : K176
File skripsi ini meliputi :
• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Pengetahuan tentang partograf pada mahasiswi tingkat II AKBID XX

Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan.

Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap.

Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil pra survey yang peneliti lakukan pada bulan Februari 2008 didapatkan jumlah mahasiswi AKBID XX sebanyak 173 orang, dimana 60 orang mahasiswi tingkat I, 60 orang mahasiswi tingkat II, dan 53 orang mahasiswi tingkat III. Pada mahasiswi tingkat II belum pernah dilakukan penelitian tentang partograf dan mereka juga belum pernah mengaplikasikan partograf dalam situasi dan kondisi yang riil, karena mahasiswa tingkat II belum melakukan kegiatan Praktek Klinik Kebidanan.

Kode File : K175
File skripsi ini meliputi :
• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu XX

Dalam beberapa tahu terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan Estimasi Susenas tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup (Indikator Kesejahteraan Anak 2000.

Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003), Angka Kematian Bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (2002). Dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup.

Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional

Data Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Kabupaten Lampung Timur menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai 90%

Kode File : K174
File skripsi ini meliputi :
• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Ibu Nifas di BPS Wilayah Kerja Puskesmas XX

Dalam masa nifas diperlukan suatu asuhan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis serta memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Pada asuhan masa nifas yang berhubungan dengan nutrisi, ibu nifas mempunyai kebutuhan dasar yaitu minum vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. Vitamin A adalah suatu vitamin yang berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi pembentukan kekebalan dan fungsi reproduksi. Vitamin A perlu diberikan dan penting bagi ibu selama dalam masa nifas. Pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI, sehingga meningkatkan status vitamin A pada ibu yang disusuinya.

Pada tahun 1998, badan kesehatan dunia WHO menyatakan bahwa ibu dan bayi yang disusuinya akan mendapatkan manfaat dari pemberian satu kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) yang diberikan paling lambat 60 hari (8 minggu /2 bulan) setelah melahirkan. Berbagai studi menunjukkan bahwa, pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200,000 SI) seperti yang direkomendasikan sebelumnya dirasakan kurang memadai. Pada bulan Desember 2002, The International Vitamin A Consultative Goup (IVCG) mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima 400,000 SI atau dua kapsul dosis tinggi @ 200,000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan, dan kapsul kedua diberikan sedikitnya satu hari setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian.

Pedoman nasional yang ada saat ini merekomendasikan bahwa 100% ibu nifas menerima satu kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI paling lambat 30 hari setelah melahirkan. Walaupun begitu data NSS di beberapa Propinsi menunjukkan bahwa cakupannya hanya berkisar 15 – 25% saat ini, ibu nifas mungkin mendapatkan kapsul vitamin A bila mereka melahirkan di Puskesmas atau rumah sakit. Walaupun begitu tidak tertutup kemungkinan ibu nifas mendapatkan kapsul vitamin A melalui kader atau bidan di desa saat mereka melakukan kunjungan rumah. Di Indonesia, terutama di daerah pedesaan, mayoritas ibu masih melahirkan dirumah, sering terjadi bahwa bidan ataupun mereka yang membantu kelahiran tidak selalu memiliki akses akan kapsul vitamin A. Selain itu kunjungan rumah oleh kader untuk memberikan kapsul vitamin A jarang dilakukan. Banyak ibu maupun petugas kesehatan yang tidak tahu mengenai adanya program pemerintah mengenai pemberian kapsul vitamin A ibu nifas.

Kode File : K172

File skripsi ini meliputi :

• Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

• Daftar Pustaka

Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan di Klinik XX

Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga Safe Motherhood yang di kategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pada tahun 1997 baru mencapai 60 % . Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan perasalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir.

Tindakan pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal/pasca persalinan/bayi baru lahir/saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya. Mengingat bahwa infeksi dapat ditularkan melalui darah, sekret vagina, air mani, cairan amnion dan cairan  tubuh lainnya maka setiap petugas yang bekerja di lingkungan yang mungkin terpapar hal-hal tersebut mempunyai resiko untuk tertular bila tidak mengindahkan prosedur penegahan infeksi.

Berdasarkan pre survei yang penulis lakukan di Klinik Bersalin XX, jumlah ibu bersalin periode Januari – Desember 2007 adalah 169 orang. Dengan jumlah ibu  bersalin  normal adalah 68 orang (40,2%) dan jumlah ibu bersalin dengan penyulit adalah 101 orang (59,8%) antara lain, kasus Post Partum Haemorhagi adalah 24 orang (14,2%), Ketuban Pecah Dini adalah 21 orang (12,4%) , Pre Eklampsi adalah 16 orang (9,5%), Seksio Sesarea adalah 12 orang (7,1%), Ante Partum Haemorhagi adalah 8 orang (4,7%), Letak Sungsang adalah 6 orang (3,5%), Retensio Plasenta adalah 6 orang (3,5%), Post Date adalah 5 orang (3%), Eklampsi adalah 2 orang (1,1%), Ekstraksi Vacum 1 orang (0,6%).

Kode File : K171

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Tingkat pengetahuan Ibu Hamil tentang anemia di BPS XX

Frekuensi ibu hami dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedang di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan perhatian yang kurang terdapat ibu hamil merupakan perdisposis anemia divisiensi di Indonesia (Saifuddin, 2006 : 281). Menurut WHO kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. Hoo Swie Tjiong menemukan angka anemia kehamilan 3,8 % pada trimester 1,13% trimester II < dan 24,8 % pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1 % di Bogor. Bakta menemukan anemia hamil sebesr 50,7 % di Pukesmas Kota Denpasar sedangkan Shindu menemukan sebesar 33,4 % di Pukesmas Ngawi. Simanjutak mengemukakan bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi. Pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang diderita masyarakat adalah karena kekurangan zat besi yang diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi.

Jika persediaan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persedian Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan volum 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningktan sel darah 18 % sampai 30  dan Hemoglobin sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum sekitar 11 gr % maka fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai 10 gr %.

Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapatkan tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan kerena faktor ketidak tahuan pentingnya tablet zt besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakabitkan minum tablet zat besi penyerapan/respon tubuh terhadap tablet zat besi kurang baik sehingga tidaki terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang diharapkan. Faktor ini yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bateri, parasit, usus seperti cacing tabang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memang peranan penting katiannya dengan aspun gizi ibu selama hamil.

Kode File : K170

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Penatalaksanaan Cara Memandikan Neonatus 0-7 Hari Terhadap Ibu Nifas di BPS XX

Bayi yang baru lahir sebaiknya tidak dimandikan walaupun dengan air hangat, karena belum bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Jika bayi dibasahi dengan air maka panas yang ada dalam tubuhnya akan terambil sehingga suhu tubuhnya akan turun drastis. Jika bayi yang baru lahir kehilangan suhu tubuh, darah yang mengalir dalam tubuh yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuhnya akan berkurang. Dengan demikian beberapa organ tubuh akan membiru, misalnya tangan, wajah, kaki dan kulit. Bukan hanya itu, akibat kekurangan oksigen tersebut maka beberapa sel-sel tubuh akan mengalami kerusakan, terutama sel-sel di daerah otak yang sensitif. Bagaimana jika sel-sel disekitar otak mengalami kerusakan, apa yang akan terjadi pada bayi kita kelak?.

Mandi untuk bayi bukan hanya untuk membersihkan tubuh tetapi mandi merupakan hal yang sangat menyenangkan bayi. Untuk orang tua mandi merupakan alat komunikasi antara orang tua dengan bayi, karena saat mandi orang tua biasanya melakukan sentuhan, usapan dan berbicara langsung walaupun bayi tidak mengerti arti ucapan tersebut.

Memandikan bayi bagi ibu nifas merupakan pekerjaan yang berat dan membingungkan karena kondisi tali pusat bayi yang masih basah, di tambah lagi dengan kondisi ibu setelah proses persalinan yang melelahkan dan bertambah sulit jika ibu bersalin post sesio secarea atau post vakum. Namun jika mereka mengetahui pedoman memandikan bayi karena sebelumnya sudah pernah memiliki anak maka hal itu bukanlah pekerjaan yang berat terkadang ibu nifas menyerahkan anaknya pada baby sitter, pembantu atau kepada orang tanya untuk memandikan sang bayi, bahkan terkadang orang tua ditahan tinggal di rumahnya sampai berbulan-bulan agar ada yang memandikan sang buah hati. Padahal jika ada kemauan, memandikan bayi ini bukan merupakan hal yang suli.

Dalam penelitian ini peneliti membatasi cara memandikan bayi dengan: mengukur suhu air menggunakan siku/punggung tangan, membersihkan mata bayi dengan kapas basah, menggunakan shampoo dan menyabuni dengan waslap, cara memegang bayi saat memandikan, membersihkan tali pusat saat memandikan dan cara membersihkan kemaluan.

Kode File : K169

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,- (Microsoft word)

Pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri XX

Berbagai penelitian tentang bahaya merokok sudah banyak dilakukan, diantaranya kebiasaan merokok mempengaruhi peningkatan kolesterol dan trigliserida secara bermakna dibandingkan dengan yang bukan perokok. Akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara radikal bebas dengan terjadinya kanker yang disebabkan oleh rokok.. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari niterogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.

Umumnya fokus penelitian ditujukkan pada peranan nikotin dan karbon monoksida (CO). Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen juga mengganggu suplai oksigen keotot jantung. Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah ke otak.

Banyak penelitian dilakukan, bahwa merokok mengganggu kesehatan tubuh. Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, oesophagus, laryng dan rongga mulut. Merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut, misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit. Asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat­zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti nikotin, tar dan karbon monoksida.

Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan tubuh, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna dan lain-lain. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terlCena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

Asap rokok rnerupakan polutan bagi manusia dan lingkun-an sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem dibidang ekonomi. Sudut ekonomi kesehatan, menyatakan bahwa dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan bahkan negara.

Kode File : K168

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 25.000,-

Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Kehamilan Fisiologis di RB XX

Sampai akhir 2007 jumlah ibu hamil mencapai 4.620.400 orang atau sekitar 3% dari jumlah penduduk Indonesia. Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk menurunkan AKI, termasuk di antaranya program save motherhood yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua Safe Motherhood juga cukup baik,yaitu 87% pada tahun 1997 namun mutunya perlu ditingkatkan terus.

Dalam memantau program kesehatan dewasa ini digunakan indikator cakupan yaitu cakupan pelayanan antenatal, yaitu K1 untuk akses antenatal dan K4 untuk melihat kualitas antenatal

Berdasarkan data yang didapatkan penulis di lapangan pada waktu  melakukan pra survei di RB Kartini Kalirejo Lampung Tengah pada bulan Januari – Mei 2008 jumlah ibu hamil 96 orang dengan ibu primigravida berjumlah 42 orang yaitu 30 ibu hamil primigravida yang melakukan kunjungan awal dan 24 ibu hamil primigravidar yang mengalakukan kunjungan ulang.

Dari kebanyakan ibu  primigravida sering mengatakan adanya keluhan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan, pening dan lain-lain. Kekhawatiran ini kemungkinan lebih disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh oleh ibu. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengetahui gambaran tentang pengetahuan ibu primigravida tentang kehamilan fisiologis.

Kode File : K167

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,-

Rabu, 10 Juni 2009

Gambaran karakteristik ibu yang melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun di desa XX

ASI ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun.

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 223 juga secara eksplisit dianjurkan agar para ibu memberi ASI sampai bayi berusia 2 tahun.Dan sudah sejak lama juga organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni ASI saja tanpa tambahan apapun, selama 6 bulan.

Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan.

Analisis gizi telah memperlihatkan bahwa Asi mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. Yaitu : kalori, protein, lemak, air, mineral, vitamin dan lain-lainnya terdapat dalam jumlah yang cukup dengan komposisi yang seimbang.

Selain mengandung banyak gizi, ASI juga mudah dicerna bayi dan bersifat steril (tidak mengandung kuman). Pemberian ASI juga mempunyai efek emosional luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa anak.

Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko kekurangan gizi, lantaran selain tidak dilengkapi oleh zat kekebalan, susu formula dibuat dengan takaran yang belum tentu seluruhnya sesuai dengan kebutuhan bayi.

Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak.

Gencaran promosi susu formula menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif. Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultan Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberi ASI pada bayi 0-3 bulan  yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992) dari laporan SDKI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya mencapai 47% sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%.

Kode File : K165

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,- (word)

Pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang persiapan menjelang persalinan di BPS XX

Sekitar 90% kematian ibu terjadi pada saat sekitar persalinan kira-kira 95% penyebab kematian itu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan departemen kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah mengupayakan agar :

  1. Setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan.

  2. Pelayanan obstetri sedekat mungkin diberikan kepada semua ibu hamil.


Untuk itu, bidan sebagai tenaga kesehatan harus ikut mendukung upaya mempercepat penurunan AKI yaitu diperlukan suatu usaha yang salah satunya adalah pelayanan antenatal atau Antenatal Care (ANC). Pelayanan antenatal merupakan pilar kedua didalam Safe Motherhood yang merupakan sarana agar ibu lebih siap menghadapi persalinan. Ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan menjadi salah satu faktor penyebab tingginya AKI. Bila saat persalinan ditemukan adanya komplikasi obstetri dan ibu tidak mengerti tentang persiapan yang dibutuhkan menjelang persalinan, maka ibu tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat waktu sehingga terjadi tiga keterlambatan dalam rujukan, yaitu:

Keterlambatan dalam pengambilan keputusan untuk merujuk, karena ketidakmampuan ibu / keluarga untuk mengenali tanda bahaya, ketidaktahuan kemana mencari pertolongan, faktor budaya, keputusan tergantung pada suami, ketakutan akan biaya yang perlu dibayar untuk transportasi dan perawatan di rumah sakit, serta ketidakpercayaan akan kualitas pelayanan kesehatan.

Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan, dipengaruhi oleh jarak, ketersediaan dan efisiensi sarana transportasi, serta biaya.

Keterlambatan dalam memperoleh pertolongan di fasilitas kesehatan, dipengaruhi oleh jumlah dan keterampilan tenaga kesehatan, ketersediaan alat, obat, transfusi darah dan bahan habis pakai, manajemen serta kondisi fasilitas kesehatan.

Dengan persiapan persalinan yang direncanakan bersama bidan,diharapkan dapat menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimna ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu

Kode File : K112

File skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 30.000,- (word)

Pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis pada masa kehamilan di BPS XX

Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita yang ada di dunia. Dalam melewati proses kehamilan seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu, hal tersebut terbukti dari angka kematian ibu masih tinggi di negara kita yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan kesehatan Indonesia, 2002/2003) dengan keadaan tersebut memacu kita untuk memberikan penatalaksanaan yang benar pada saat kehamilan. Asuhan pada kehamilan normal ini diperlukan karena masa ini adalah masa kritis pada ibu hamil disebabkan adanya komplikasi pada kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil (normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dimulai dari 4 bulan sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan 7 sampai 9 bulan

Pada wanita hamil atau ibu yang sedang hamil penjelasan mengenai perubahan alat kandungan sangatlah penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil belum mengetahui tentang perubahan-perubahan yang ada pada diri mereka, baik alat kandungan yang berada di dalam ataupun yang ada di luar. Maka dari itu peran dari bidan sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada tubuh ibu atau wanita yang sedang hamil dan juga memberikan pelayanan kesehatan Bio psikologis, sosial dan spiritual tanpa membedakan suku, ras, agama, terutama pada ibu hamil yang belum mengetahui tentang perubahan fisiologi alat kandungan serta ibu hamil yang mengalami kelainan pada alat kandungannya. Perubahan wanita hamil antara lain: meliputi perubahan pada uterus, perubahan pada kulit, perubahan payudara, perubahan sirkulasi darah, perubahan sistem respirasi, perubahan tractus digestivus, dan perubahan traktus urinarius.

Apabila ibu hamil primigravida sudah mengerti tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan maka rasa takut dan cemas selama hamil dapat dihindari dan apabila terdapat suatu kelainan pada kehamilan, ibu akan mengerti dan segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, sebaliknya jika ibu hamil tidak mengerti perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan seorang ibu akan merasa cemas dan takut akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya selama hamil. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar ibu hamil memahami perubahan fisiologis yang terjadi pad masa kehamilan adalah dengan pemeriksaan antenatal care.

Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua safe motherhood cukup baik yaitu 87% pada tahun 1997, namun mutunya perlu ditingkatkan terus. Diharapkan dengan program kesehatan tersebut dapat meningkatkan kesehatan ibu dan janin sehingga kehamilan berlangsung secara fisiologis tanpa adanya penyulit atau komplikasi. Jika semua kehamilan berlangsung secara fisiologis maka kematian karena komplikasi selama kehamilan dapat berkurang dengan kehamilan secara fisiologis, diharapkan ibu mengerti tentang perubahan fisiologis kehamilan.

Berdasarkan hasil pra survey yang penulis lakukan, terdapat 15 orang ibu hamil primigravida yang mengeluh mual, muntah, pusing, sering kencing dan kebanyakan terjadi pada Trimester satu. Dimana hal tersebut merupakan perubahan fisiologis pada masa kehamilan. Kejadian tersebut menunjukan bahwa ibu hamil khususnya ibu hamil primigravida belum faham mengenai perubahan fisiologis yang terjadi pada dirinya.

Kode File : K110

File proposal skripsi ini meliputi :

  1. Bab I – IV (pendahuluan – metpen) lengkap

  2. Daftar Pustaka


Harga : Rp. 20.000,- (word)