Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi, yaitu kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi lebih besar yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan maupun pada masa nifas (Kusmarjadi, 2008). Ibu hamil di negara-negara Afrika dan Asia selatan menghadapi risiko untuk mengalami kematian saat hamil dan melahirkan sekitar 200 kali lebih besar dibandingkan risiko yang dihadapi ibu di negara maju. Karena angka fertilitas di negara berkembang lebih tinggi maka rentang risiko di Afrika I diantara 6000. tiap tahun terdapat dari 150 juta ibu hamil di negara berkembang. Sekitar 500.000 diantaranya akan meninggal akibat penyebab kehamilan, dan 50 juta lainnya menderita karena kehamilannya mengalami komplikasi.
Menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia ke dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 50% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Keadaan ibu sejak pra hamil dapat mempengaruhi terhadap kehamilannya, penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah amenia, kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu“ muda / tua, sering dan banyak.
Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003 AKI di Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35/1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi baru lahir (Neonatal) sekitar 20/1.000 kelahiran hidup. Laporan Hasil Pembangunan Dinas Kesehatan Kabupaten XX menunjukkan bahwa terjadi peningkatan AKI dimana pada tahun 2007 terdapat 25 kasus (0,605%) dari 41.296 kehamilan (60,54 per 100.000 kehamilan), dan pada tahun 2008 dari jumlah kasusnya turun menjadi 24 kasus (0,607%) dari 39.554 kehamilan, tetapi berdasarkan angka pembilangnya meningkat menjadi 60,68 per 100.000 kehamilan. Sementara resiko kematian ibu (kehamilan resiko tinggi) juga mengalami peningkatan, dimana pada tahun tahun 2006 sebesar 13,16%, tahun 2007 meningkat menjadi 15,62%, dan tahun 2008 meningkat sebesar 16,04%. Kenyataan ini memprihatinkan karena upaya menurunkan AKI melalui GSI difokuskan untuk mencegah 4 (empat) terlambat, salah satunya terlambat deteksi resiko tinggi.
Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dapat terjadi karena terlambat memutuskan rujukan yang disebakan oleh pengetahuan yang rendah tentang bahaya dan komplikasi pada kehamilan resiko tinggi (Nurjanah, 2009). Sedangkan kehamilan resiko tinggi ini pada dasarnya dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya. Pencegahan dapat dilakukan misalnya dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan, mendapatkan imunisasi TT, bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif, dan makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
Kode Skripsi : K194
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan
- Bab 1-5 (Pendahuluan s/d Penutup)
- Daftar Pustaka
- Lampiran-2 (Kuesioner, dll)
Bentuk file : Ms.word
Donasi : Rp. 100.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan order/tinggalkan pesan dan email, kami akan kirimkan email file pesanan anda (SMS ke 086755605984)