Jumat, 14 Mei 2010

Hubungan pola pemberian makanan dengan pertumbuhan anak usia 3 – 5 tahun

Usia balita, khususnya usia 3 – 5 tahun merupakan usia pra sekolah dimana seorang anak akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika ia masih bayi. Kebutuhan zat gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Pada usia ini, anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat penting diperhatikan.

Ada beberapa komponen yang mencakup pola pemberian makanan pada anak, antara lain : komposisi bahan makanan, frekuensi pemberian bahan makanan, waktu dan jumlah pemberian bahan makanan. Jika anak makan biasanya hanya tiga kali (pagi, siang, dan sore) makan pokok, kali ini perlu ditambah dua kali makan selingan. Tapi hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah variasi hidangan makanan yang disajikan. Karena kebutuhan zat gizi tidak bisa dipenuhi hanya dengan satu jenis bahan makanan. Pola hidangan yang dianjurkan harus mengandung tiga unsur gizi utama yakni sumber zat tenaga seperti nasi, roti, mie, bihun, jagung, singkong, tepung-tepungan, gula, dan minyak. Sumber zat pembangun, misalnya ikan, daging, telur, susu, kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Serta zat pengatur, seperti sayur dan buah-buahan, terutama yang berwarna hijau dan kuning. Pola pemberian makan pada bayi dan anak sangat berpengaruh terhadap kecukupan gizinya. Gizi yang baik menyebabkan anak bertumbuh dan berkembang dengan baik pula.

Ada beberapa jenis gangguan yang sering terjadi pada anak diantaranya adalah Makanan kurang atau kelebihan. Kekurangan zat makanan disebut defisiensi dan mengakibatkan tidak sehat bahkan sakit, Kelebihan menyebabkan berbagai penyakit. Kekurangan umumnya mencakup protein dan karbohidrat, serta vitamin dan mineral, sedangkan kelebihan umumnya berkaitan dengan konsumsi lemak, protein, dan gula. Penyakit-penyakit gizi di Indonesia tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi. Penyakit gizi lebih (overnutrition) dan keragaman pangan (food intoxication) adalah: penyakit kekurangan kalori dan protein, penyakit defisiensi vitamin A, penyakit defisiensi yodium (Iodine deficiency diseases/IDD), dan penyakit anemia defisiensi zat besi (Fe). Defisiensi yodium juga mengakibatkan gambaran klinik lain, selain goiter endemik disebut Iodine Deficiency Diseases (IDD). Ada 4 jenis IDD, yaitu sebagai berikut. Gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan mental disebut cretinism, hambatan neuromotor, kondisi tuli disertai bisu (deaf mutism). Menurut WHO, faktor gizi merupakan 54% kontributor penyebab kematian. Bahkan pada balita, kekurangan gizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan otak yang 80% proses pertumbuhannya terjadi pada masa ini.

Kode Skripsi : K193

File skripsi ini meliputi :

  1. Bagian depan

  2. Bab 1-5 (Pendahuluan s/d Penutup)

  3. Daftar Pustaka

  4. Lampiran-2 (Kuesioner, dll)


Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 100.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan order/tinggalkan pesan dan email, kami akan kirimkan email file pesanan anda (SMS ke 086755605984)