Kamis, 17 September 2009

Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Ibu untuk Memilih Bersalin ke Dukun

Berdasarkan SDKI 2002-2003, Indonesia masih menempati rangking yang tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya yaitu 307 kematian ibu hamil dan ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI di Indonesia adalah karena pertolongan persalinan oleh dukun yang masih menjadi pilihan sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari studi pendahuluan pada cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehaan Desa XX, yang hanya mencapai 52,75% dari target tahun 2006. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor internal yang mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 18 orang dan pengambilan sampel dengan menggunakan rancangan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Adapun variabel yang diteliti adalah faktor pengetahuan dan faktor pengalaman sebagai faktor internal yang mempengaruhi ibu untuk memilih bersalin ke dukun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pertolongan persalinan yang aman, yaitu sebanyak 78% memiliki pengetahuan dengan kriteria Baik. Sedangkan pada tingkat pengalaman, sebagian besar responden (67%) memiliki pengalaman dengan kriteria negatif, yang diartikan sebagai tidak/kurang berpengalaman. Kesimpulan penelitian ini adalah meskipun tingkat pengetahuan ibu berada pada kriteria baik, ternyata persalinan ke dukun masih menjadi pilihan beberapa ibu di Desa XX. Sedangkan pada faktor pengalaman, mayoritas responden memiliki pengalaman yang terbatas (kriteria negatif) disebabkan oleh keengganan ibu untuk melakukan kontak dengan petugas kesehatan. Saran yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil penelitian ini yaitu, diharapkan Ibu dapat memilih penolong persalinan yang tepat dan aman bagi dirinya, peningkatan penyuluhan dan mutu pelayanan kesehatan terutama tentang KIA, serta implementasi kemitraan antara Bidan desa – dukun secara intensif.

Kode File : K186

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Halaman depan (abstraks, daftar isi, dll)

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner + lampiran2

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 100.000,-

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus Pada Ibu Hamil di RSUD XX

Abortus adalah ancaman / pengakhiran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu dengan hasil konsepsi masih embrio dan plasenta belum selesai / berat janin kurang dari 500 gram. Dari studi pendahuluan yang kami lakukan di RSUD X terdapat 113 kasus abortus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO / World Health Organization), diseluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan abortus. Setiap tahun, sekitar 500 ribu ibu mengalami kematian disebabkan oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50% diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia. Di seluruh dunia, setiap tahun terjadi sekitar 40-70 kasus abortus per 1000 wanita usia reproduksi.

Penelitian dilaksanakan dengan rancangan diskriptif. Sampel penelitian sebesar 53 responden, yang diperoleh dengan menggunakan total populasi sampling. Pengumpulan data yang diperoleh yaitu data sekunder diambil dari buku register di RSUD X.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 52,9% ibu hamil mengalami abortus inkomplit dan responden terbanyak pada umur kehamilan < 16 minggu sebesar 84,9%. Dilihat dari faktor usia ibu 71,7% usia 20-35 tahun, dilihat dari faktor usia ayah 54,7% usia > 35 tahun, dan dilihat dari faktor pekerjaan ibu 41,5% IRT (Ibu Rumah Tangga). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagian besar ibu hamil yang mengalami abortus di RSUD X adalah abortus incomplit dilihat dari faktor usia ibu pada usia 20-35 tahun, faktor pada usia ayah usia > 35 tahun, faktor pekerjaan ibu yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga).  Disarankan kepada ibu-ibu hamil untuk sesering mungkin melakukan pemeriksaan kehamilannya (ANC) kepada petugas kesehatan, agar penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan dapat dikenali dan ditangani secara dini.

Kode File : K185

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 40.000,-

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Cara Mengatasi Mual Muntah Pada Kehamilan Di Poli Hamil RSX

Salah satu perubahan fisiologis selama kehamilan adalah perubahan hormonal, pada trimester pertama segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat, kondisi tersebut dapat menyebabkan mual muntah yang disebut dengan emesis gravidarum. Mual muntah ini umumnya timbul pada pagi hari sehingga sering disebut morning sicknes. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa mual berlebihan yang kemudian menyebabkan ibu tak mampu melawan rasa mual tersebut lalu dimuntahkan. Sebagian keluhan mual-mual dan muntah-muntah ini sangat wajar sehingga gangguan selama kehamilan ini dianggap sangat normal bahkan ada yang menjuluki sebagai “bawaan si bayi”. Walaupun ketidaknyamanan yang umum seperti mual muntah dalam kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa namun hal ini sangat tidak nyaman dan menyulitkan bagi ibu dan kalau terjadi berlebihan akan mengganggu aktivitas ibu dan bisa menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.

Adapun tujuan secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel penelitian sebagian ibu hamil trimester I yang berjumlah 31 orang yang diambil secara acciental sampling. Variabel penelitian ini adalah variabel independen pengetahuan dan variabel dependen sikap. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Spearman rank.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dalam kategori baik 46 % (14 orang). 32 % (10 orang) dalam kategori cukup, 19% (6 orang) pengetahuannya kurang, dan pengetahuannya tidak baik 3% (1 orang). Sedangkan sikap sebagian besar 58% (18 orang) ibu hamil memiliki sikap positif tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan,  dan  sisanya 42% (13 orang) memiliki  sikap negatif. Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga t tabel, artinya ada hubungan  pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah sakit agar tetap memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.

Kode File : K184

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuisioner

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 60.000,-

Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit XX

Hasil penelitian mutakhir menunjukkan  ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya karsinoma uteri seperti: (a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) Jumlah kehamilan dan partus, (c) Jumlah perkawinan/ berganti-ganti pasangan, (c) Infeksi virus herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kandiloma diduga sebagai penyebab, (d) Sosial Ekonomi dan (e) Hygiene dan Sirkumsisi.

Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban serviks uteri. Usaha pencegahan diagnosa dini perlu dilakukan karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif atau tidak  memuaskan.

Untuk menghindari kanker serviks sebaiknya perlu diperlukan pemeriksaan yang yang salah satunya adalah pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan rahim dengan menggunakan mikroskop.

Pada saat pemeriksaan yang bersangkutan tidak merasakan sakit panas, dan prosesnya cukup cepat dan sangat dianjurkan bagi setiap wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker serviks uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan dini.

Diagnosa kanker serviks uteri masih sering terlambat dan penangannya pun ternyata tidak memberikan hasil yang baik, keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering terlambat ke dokter. Mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu, atau pergi ke dukun, hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerapan kanker pada umumnya, penderita kanker serviks uteri tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan tersebut, disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

Pada umumnya insiden kanker sangat rendah dibawah umur 20 tahun, sedangkan karsinoma insiden mulai naik pada umum awal puncak pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncaknya naik kembali pada usia lebih tua.

Kode file : K156

File skripsi ini terdiri atas :

  • Bab 1 - 5 (pendahuluan - penutup) lengkap

  • Daftar pustaka


Bentuk file : microsft word

Donasi : Rp.35.000,-

Minggu, 23 Agustus 2009

Harapan Calon Jama’a H Haji Dan Jama’ah Haji Mengenai Model Pelatihan Bimbingan Ibadah Haji Yang Terkait Dengan Peserta, Materi, Metode, Pelatih, Dan Lama Latihan

Manasik pada dasarnya adalah memberikan pelajaran atau informasi kepada calon jama’ah haji mengenai tata cara melaksanakan ibadah haji di tanah Suci. Perlunya manasik haji ini karena calon jama’ah haji Indonesia sangat heterogen, baik pekerjaannya, usianya, asal daerahnya, pengetahuan tentang hajinya dan pendidikannya. Dari tingkat pendidikannya lebih dari 57% tingkat pendidikan sekolah dasar, sebagian besar bukan lulusan pendidikan sekolah agama Islam. Dengan demikian maka bahan pelajaran yang disampaikan sudah barang tentu mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Apalagi bahan mata pelajarannya banyak yang ditulis dalam huruf Arab serta berbahasa Arab yang tanpa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Manasik haji setiap tahun hanya disampaikan selama 3 kali tatap muka oleh Departemen Agama menjelang keberangkatan dan dalam bentuk ceramah umum. Sudah barang tentu cara yang demikian tidak efektif karena materi hanya disampaikan satu arah tanpa ada dialog. Sehingga materi yang disampaikan kurang dapat mencapai tujuannya, yang berakibat kesempurnaan haji tidak tercapai. Dengan demikian, ini sangat perlu adanya pengembangan dalam metode manasik yang sudah sekian lama diterapkan pada calon jama’ah haji.

Pengembangan metode diharapkan dapat meningkatkan mutu calon jama’ah haji baik dari sisi pemahaman akan tata cara berhaji maupun perilaku. Tetapi pada kenyataannya masih banyak jama’ah haji Indonesia yang masih belum epenuhnya memahami tata cara peribadatan haji. Hal ini tampak pada tragedi Mina tahun 2004, jumlah jama’ah haji Indonesia yang meninggal (200 orang) lebih banyak dibandingkan jama’ah haji dari negara lain. Hal ini disebabkan tidak patuhnya jama’ah haji Indonesia akan peraturan yang ditetapkan pemerintah Saudi Arabia. Kondisi ini berbeda dengan pengaturan jama’ah haji di Malaysia. Pelaksanaan bimbingan ibadah haji (manasik haji) dilakukan kurang lebih 2 tahun sebelum calon haji berangkat. Secara teknis pelaksanaan bimbingan ibadah haji sudah dilaksanakan saat mereka mendaftarkan diri pada pihak bank yang ditunjuk pemerintah, sehingga kemungkinan untuk melakukan pembinaan pada peserta calon haji dapat dilakukan jauh – jauh hari. Tujuan pemerintah Malaysia untuk memberikan pemahaman tentang tata cara haji secara lebih menyeluruh dan pembinaan mentah pasca kepulangan dari menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Sedangkan dari sisi perilaku masih banyak terjadi walaupun mereka sudah pulang menunaikan ibadah haji (apalagi yang menjadi tokoh baik tokoh politik maupun LSM), ucapannya sering menimbulkan kegelisahan. Mereka masih dengan bangga merusak lingkungan dan lain sebagainya.

 

 

Kode File : B009

File Skripsi ini meliputi :

-         Bab 1-7 lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner, dll

 

Bentuk file : PDF

Donasi  : Rp.  40.000,-

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mikrobiologi Dengan Sikap Terhadap Kesehatan

Pendidikan merupakan unsur esensial dalam pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam pemikiran modern merupakan proses pewarisan budaya masyarakat yang disampaikan dari generasi ke generasi berikutnya dan warisan itu dikembangkan melalui penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Pendidikan formal mempunyai sumbangan yang sangat berharga bagi perubahan dalam masyarakat, dapat memajukan masyarakat dan pembangunan.

Kaitan proses pendidikan dengan pembangunan, khususnya pembangunan manusia dijelaskan oleh Theodore schultz ini berasumsi bahwa pendidikan formal merupakan investasi penting bagi masa depan, misalnya berupa pekerjaan dan posisi sosial serta peluang untuk melakukan mobilitas sosial dan sangat dibutuhkan untuk mnghasilkan kemampuan manusia, sikap dan prilaku produktif. Relevan dengan teori tersebut Alex Inkeles yang memfokuskan pada sikap, nilai dan kepercayaan, mengatakan bahwa pembangunan sosial dan ekonomi tidak akan berhasil kecuali masyarakat memiliki sikap modern, nilai dan kepercayaan kerja, kualitas hidup, dan kemampuan modern yang mengendalikan lingkungannya yang disebut dengan modernitas. Adanya teori modernitas inkeles cukup mendukung bahwa pendidikan merupakan agen penting bagi transformasi masyarakat tradisional ke masyarakat modern

Dalam pokok bahasan virus, bakteri, jamur, alga dan protozoa siswa diperkenalkan tentang berbagai bentuk, sifat, klasifikasi, dan peranannya dalam kehidupan manusia. Aspek kognitif ini mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan, karena mikroorganisme yang merupakan penyebab timbulnya penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Untuk itu materi mikrobiologi khususnya dan mata pelajaran biologi pada umumnya diberikan kepada anak didik tidak hanya sebagai informasi, diharapkan dengan tingkat kognitif yang dimiliki peserta didik harus mampu mempunyai sikap positif terhadap materi pelajarannya sehingga mereka mampu mengembangkan dan membina sikap positif terhadap kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian korelasional yang terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas pengetahuan tentang mikrobiologi (X) dan satu variabel terikat sikap terhadap kesehatan (Y). Penelitian ini dilaksanakan di MAN XX pada tahun 2006 dengan menggunakan metode Survei. Jumlah sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas X MAN XX sebanyak 60 orang. Teknik Analisis Data menggunakan teknik statistik korelasi dan Regresi linier sederhana. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dan 0,01 hasil hipotesis yang didapat berupa garis regresi Ŷ = 100 + 0,6 X. Harga koefisien korelasi sebesar 0,5 dan koefisien determinasi sebesar 25% dan taraf signifikansi sebesar 4,4. penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang mikrobiologi dengan sikap terhadap kesehatan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kontribusi pengetahuan tentang mikrobiologi pada sikap terhadap kesehatan adalah sebesar 25%.

 



Kode File : E008

Skripsi ini meliputi :

-         Halaman Depan

-         Bab 1-5 lengkap

-         Daftar Pustaka

Bentuk file : PDF

Donasi  : Rp. 30.000,-

Selasa, 18 Agustus 2009

Tingkat Pengetahuan Guru PAUD tentang Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar pada Anak Usia 3-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas XX

Perkembangan anak yang berkaitan dengan segi kecerdasan perlu selaras dengan pertumbuhan jasmani. Proses ini didukung oleh proses pengasuhan anak yang baik, termasuk pemberian stimulasi perkembangan. Oleh karena itu perkembangan anak perlu dipantau agar keterlambatannya dapat segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam stimulasi dapat mengotimalkan perkembangan anak.


Kegiatan stimulasi tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh) masyarakat (kader, tokoh masyarakat) tenaga profesional (kesehatan, Pendidikan, Sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatkan status kesehatan dan gizi anak, tetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian anak-anak berkembang secara optimal. Harapannya pada tahun 2010 diharapkan 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang.



Berdasarkan pengamatan selama ini sebagian besar yang menjadi guru Paud adalah kader dari Posyandu. Di Kota XX jumlah PAUD ada 83 Paud dan Guru PAUD ada 256 orang dengan latar Belakang pendidikan yang berbeda-beda. Sedangkan di Kecamatan XY ada 34 PAUD dan ada guru PAUD 125 orang. Dengan latar belakang Pendidikan Sarjana ada 31orang, Diploma III ada 6 orang, Diploma II ada 25 orang, Diploma I ada 6 orang, SLTA Sederajat ada 55 orang, SMP Sederajat ada 2 orang. Pendidikan dari guru PAUD ini yang sebagian besar bukan dari pendidikan guru, padahal pengetahuan dari guru PAUD sangat diperlukan untuk stimulasi perkembangan pada anak didiknya.

Adanya pembatasan gerak oleh guru PAUD karena kekawatiran anak didiknya akan terjadi hal - hal yang tidak diinginkan. Tanpa disadari hal tersebut akan merugikan anak didiknya.

Kode File : L501

File skripsi ini meliputi :

  • Bab 1-5 lengkap

  • Daftar Pustaka


Donasi : Rp. 50.000,- (Microsoft word)