Senin, 26 Desember 2011

Faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya cakupan kunjungan pelayanan antenatal minimal 4 kali (K4) di Desa XX

Asuhan pemeriksaan kehamilan merupakan upaya pengawasan terhadap ibu
hamil dengan mempersiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental ibu dalam
kehamilan, persalinan dan post partum sehingga selalu dalam keadaan
sehat dan normal. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal pada
trimester I kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
melatarbelakangi rendahnya cakupan kunjungan pelayanan antenatal
minimal 4 kali (K4).
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Sampel terdiri dari 36
ibu hamil trimester III yang diambil secara total Sampling. Variabel
yang diamati adalah pengetahuan, dukungan keluarga dan kemudahan akses
pelayanan kesehatan. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan
dianalisa menggunakan secara deskriptif dengan tabel distribusi
frekuensi dan tendensi sentral.
Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan kehamilan rata-rata cukup, dengan nilai tengah juga cukup
dan nilai yang sering muncul kurang. Dukungan keluarga terhadap
kesehatan ibu hamil rata-rata cukup, nilai tengah cukup dan nilai yang
sering muncul kurang. Sedangkan akses (jarak tempat tinggal) ke sarana
kesehatan rata-rata cukup sulit, dengan nilai tengah dan nilai yang
sering muncul juga cukup sulit. Peneliti menyarankan agar Pemerintah
mempertimbangkan untuk menambah sarana kesehatan terutama di daerah
terpencil dan sulit dijangkau oleh masyarakat sekitar.


Kode file : K337
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstrak, Daftar isi dll)
- Bab 1 – 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 120.000,-

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan seksio sesarea dengan indikasi “prolonged labour” pada ibu primigravida di RS XX

Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus. Persalinan melalui seksio
sesarea bukanlah alternatif yang lebih aman karena berhubungan dengan
morbiditas maternal dan komplikasi serius. Namun ada indikasi tertentu
yang membutuhkan tindakan operatif ini dengan kasus yang cukup tinggi,
yaitu prolonged labour atau partus lama. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
persalinan seksio sesarea dengan indikasi prolonged labour pada ibu
primigravida di RS XX.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Pengamatan dan
pengambilan data dilaksanakan pada 48 ibu primigravida. Subjek ditarik
dari populasi dengan cara total sampling. Variabel dalam penelitian
ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya persalinan seksio
sesarea dengan indikasi prolonged labour meliputi umur ibu, berat
lahir janin, presentasi janin, ketuban pecah dini dan adanya kelainan
His. Data dikumpulkan menggunakan data sekunder rekam medik pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (89,6%)
berusia antara 20 – 35 tahun, sebagian besar responden (58,3%)
mempunyai bayi dengan berat badan lahir 3.500-4.000 gram, sebagian
besar responden (70,8%) mengalami presentasi/posisi janin belakang
kepala, sebagian besar responden (68,8%) mengalami Ketuban Pecah Dini,
dan sebagian responden (41,7%) mengalami kelainan His berupa inertia
uteri.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah faktor-faktor yang menyebabkan
Ibu primigravida yang mengalami prolonged labour pada persalinan
seksio sesaria antara lain ibu berusia 20 – 35 tahun, berat badan
lahir bayi 3.500-4.000 gram, Ketuban Pecah Dini, dan kelainan His
berupa inertia uteri. Peneliti menyarankan agar rumah sakit
mengantisipasi dan mendeteksi sedini mungkin kemungkinan terjadinya
persalinan lama, misalnya pada ibu yang berat janinnya diperkirakan
lebh dari 3.500 gram, kelainan posisi janin, ketuban pecah dini atau
kelainan his, sehingga dapat dilakukan pencegahan serta penanganan
yang lebih tepat.


Kode file : K336
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstrak, Daftar isi dll)
- Bab 1 – 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, SPSS, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 100.000,-

Hubungan pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan pada siswa SMP XX

Dismenore merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang rasa nyeri
tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha.
Sekitar 15% gadis remaja dilaporkan mengalami dismenore berat dan
merupakan penyebab tertinggi para gadis remaja tidak hadir di
sekolahnya. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 10 remaja pada
pertengahan Maret 2011 di SMP XX, diketahui bahwa 9 remaja sudah
mengalami menstruasi, dan 7 diantaranya mengalami nyeri saat
mesntruasi. Semua remaja tidak mau mengungkapkan nyeri haidnya karena
malu, tidak tahu apakah nyeri itu normal, dan apa yang harus mereka
lakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan motivasi untuk
periksa ke pelayanan kesehatan pada siswa SMP XX.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik jenis
croos sectional. Wawancara dilaksanakan pada 85 siswi SMP. Subjek
ditarik dari populasi dengan cara total sampling. Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel independen (variable bebas) yaitu
pengetahuan remaja putri tentang dismenore dan variabel dependen
(variabel tergantung) yaitu motivasi untuk periksa ke pelayanan
kesehatan. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki
pengetahuan cukup (61,2%) tentang dismenore. Siswi SMP XX sebagian
besar (55,3%) memiliki motivasi tinggi untuk periksa ke pelayanan
kesehatan dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai
signifikansi (p) 0,000 < α 0,05. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah
ada hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang dismenore dengan
motivasi untuk periksa ke pelayanan kesehatan pada siswa SMP XX.
Peneliti menyarankan agar para siswi lebih meningkatkan pengetahuannya
tentang dismenorhea dengan membaca buku, majalah, membuka internet dan
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan jika mengalami dismenorhea
yang sulit ditangani sendiri.


Kode file : K335
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstrak, Daftar isi dll)
- Bab 1 – 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, SPSS, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 100.000,-

Pemilihan Alat Kontrasepsi Yang Tepat Pada Akseptor KB Setelah Mendapatkan Konseling Informasi Edukasi Tentang Kontrasepsi oleh Bidan di Desa XX

Selama ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurang merata dalam
pengunaan Metode Kontrasepsi, banyak akseptor KB yang menggunakan KB
hormonal dan enggan memakai metode kontrasepsi Jangka Panjang. Menurut
data yang diperoleh dari Kecamatan XX, jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) adalah 14.819 jiwa, sedangkan yang menjadi peserta KB aktif
adalah 10.641 jiwa. Adapun perincian alat kontrasepsi yang dipilih
oleh masyarakat di wilayah tersebut adalah sebagai berikut : KB Pil
905 orang atau 8,50 %, KB Suntik 5387 orang atau 50,62 %, KB Implant
914 orang atau 8,58 %, KB IUD 3.067 orang atau 28,82 %, KB MOW 344
orang atau 3,23 %, KB MOP 4 orang atau 0,04 %, dan KB Kondom 21 orang
atau 0,12 %Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pemilihan alat kontrasepsi yang tepat pada calon akseptor KB setelah
mendapatkan Konseling Informasi Edukasi tentang kontrasepsi oleh Bidan
di wilayah Desa XX.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Wawancara dan
observasi dilaksanakan pada akseptor baru. Subjek ditarik dari
populasi dengan cara total sampling. Variabel dalam penelitian ini
adalah pemilihan metode kontrasepsi dan ketepatan pemilihan metode KB
oleh calon akseptor KB setelah mendapatkan Konseling Informasi Edukasi
tentang kontrasepsi oleh Bidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan metode KB yang digunakan
oleh calon akseptor KB di Desa XX, hampir seluruh akseptor (93,3%)
memilih metode Implan, dan sisanya (6,7%) memilih metode Suntikan.
Pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh akseptor
seluruhnya (100%) sudah tepat atau sesuai.


Kode file : K334
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstrak, Daftar isi dll)
- Bab 1 – 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 100.000,-

Jumat, 23 Desember 2011

Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB non IUD tidak memilih kontrasepsi IUD di Desa XX

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan
peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin
mandiri. Sementara ini kegiatan Keluarga Berencana masih kurangnya
dalam pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Bila dilihat
dari cara pemakaian alat kontasepsi dapat dikatakan bahwa 58,7%
akseptor KB memilih Suntikan sebagai alat kontrasepsi, 23,9 % memilih
Pil, 4,3% memilih Implant 7,1% memilih IUD dan lainnya 6,0%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi akseptor KB non IUD tidak memilih kontrasepsi IUD di Desa
XX.
Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel sebanyak 85 orang yang diambil secara
purposive. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisa
menggunakan model analisis regresi multinomial pada taraf kesalahan
5%.
Uji statistik faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB non IUD
tidak memilih kontrasepsi IUD, antara lain faktor pendidikan (X2 =
22,702 signifikansi = 0,007), pendapatan keluarga (X2 = 11,300
signifikansi = 0,080), pengetahuan tentang kontrasepsi IUD (X2 =
23,661 signifikansi = 0,001), dan faktor dukungan suami (X2 = 11,960
signifikansi = 0,063). Analisis regresi multinomial menghasilkan nilai
X2 = 98,737 dengan taraf signifikansi = 0,000 dan koefisien
determinasi 28,6%. Dari hasil uji statistik tersebut dapat disimpulkan
bahwa secara simultan variabel pendidikan, pendapatan keluarga,
pengetahuan tentang kontrasepsi, dan dukungan suami mempunyai hubungan
yang signifikan dengan pemilihan alat kontrasepsi non IUD. Peneliti
menyarankan agar Penyuluhan tentang keunggulan metode IUD hendaknya
ditingkatkan mengingat banyak warga yang pengetahuannya rendah atau
kurang. Penyuluhan diharapkan melibatkan keluarga atau suami sehingga
turut memberi dukungan kepada akseptor dalam penggunaan metode IUD.


Kode file : K333
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstrak, Daftar isi dll)
- Bab 1 – 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, SPSS, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 120.000,-

Hubungan antara frekuensi pemberian MP-ASI dengan Peningkatan Berat badan anak usia 12-24 bulan di Polindes XX

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang
pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus
periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini
bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang
optimal dengan pemberian makanan sesuai kebutuhan gizinya. Jika tidak,
maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan
mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun
masa selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan frekwensi pemberian MP-ASI dengan peningkatan berat badan
bayi anak 12-24 bulan.
Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional. Sampel
terdiri dari 30 anak usia 12-24 bulan yang diambil secara Simpel
Random Sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan observasi
berat badan, dan analisa secara menggunakan rumus spearman rank pada
tingkat kesalahan (α) 0,05.
Hasil penelitian didapatkan bahwa 66,7% responden mendapat MP-ASI
sebanyak 2-3 kali perhari, 70% responden memiliki berat badan yang
meningkat, dan hasil uji Spearman Rank menunjukkan nilai korelasi (r)
= 0,558 dengan tingkat signifikansi (P) = 0,001 yang berarti bawa ada
hubungan yang signifikan antara antara frekuensi pemberian MP-ASI
dengan peningkatan berat badan anak usia 12-24 bulan. Peneliti
menyarankan agar Puskesmas meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan
tentang Pemberian MP-ASI, dengan membuat media-media penyuluhan
seperti poster atau brosur yang dapat dibawa pulang oleh masyarakat
untuk dibaca dan dijadikan pedoman dalam membuat dan memberi asupan
gizi bagi anak, sehingga anak yang berusia lebih dari 11 bulan
mendapat cukup asupan gizi dari sumber lain selain ASI, karena ASI
saja pada masa ini sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak.


Kode file : K332
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstrak, Daftar isi dll)
- Bab 1 - 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, SPSS, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 100.000,-

Minggu, 18 Desember 2011

Hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi balita di Kelurahan XX

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh
setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di
usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa
emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Salah satu
masalah terkait penyebab tidak langsung dari kurang gizi pada anak ini
adalah pola pengasuhan anak terkait dengan jarak kelahiran yang
terlalu dekat. Jarak kelahiran yang terlalu dekat berarti terdapat
beberapa balita yang diasuh secara bersama-sama. Penelitian ini
bertujuan mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dengan status
gizi balita.
Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi. Jumlah sampel
sebanyak 47 balita yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan tabel berat
badan/tinggi badan. Data dilakukan uji statistik dengan Uji Chi Square
pada taraf kesalahan 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 28% responden memiliki jarak
kelahiran yang dekat (kurang dari 2 tahun), dan sebanyak 23% responden
gizi mempunyai status gizi kurang. Hasil analisis menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara jarak kelahiran dengan status gizi
balita dengan signifikansi (P) = 0,000. Peneliti menyarankan agar
Puskesmas meningkatkan sosialisasi metode pemenuhan gizi sesuai
kondisi sosial budaya setempat, mendirikan layanan pojok gizi di
puskesmas atau posyandu, serta menggiatkan pemberian PMT Penyuluhan.


Kode file : K331
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan (Abstract, Daftar isi dll)
- Bab 1 – 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, analisis data, SPSS, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 100.000,-