Gizi yang baik mempunyai andil yang cukup besar pada pembentukan kualitas SDM, karena kekurangan gizi berdampak negatif pada kesehatan dan dapat menghambat kualitas SDM seperti yang diharapkan. Bila kekurangan gizi terjadi pada ibu hamil maka akan berakibat buruk baik bagi ibu itu sendiri maupun anak yang dilahirkannya. Status gizi ibu hamil dapat dikur secara antropometri/pengukuran komposisi tubuh dengan mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas), disebut KEK bila LILA kurang dari 23,5 cm. LILA merupakan faktor yang dominan terhadap risiko terjadinya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Odd Ratio sebesar 8,24. Status gizi ibu juga dapat diketahui dengan pengukuran secara laboratorium terhadap kadar Hb darah, bila kurang dari 11 gr % maka ibu hamil tersebut menderita anemia.Beberapa akibat anemia gizi pada wanita hamil dapat terjadi pada ibu dan janin yang dikandungnya. Anemia pada ibu hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah.
Bayi dengan berat lahir yang normal terbukti mempunyai kualitas fisik, intelegensia maupun mental yang lebih baik dibanding bayi dengan berat lahir kurang, sebaliknya bayi dengan berat lahir rendah (kurang dari 2500 gr) akan mengalami hambatan perkembangan dan kemunduran pada fungsi intelektualnya. Hal ini karena bayi BBLR memiliki berat otak yang lebih rendah menunjukkan defisit sel-sel otak sebanyak 8-14 % dari normal, yang merupakan pertanda anak kurang cerdas dari seharusnya (Husaini, 1998). Kejadian berat lahir rendah dapat ditanggulangi dengan cara yang lebih efisien yaitu dengan pencegahan apabila diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan berat bayi lahir. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Thame M. dkk (2000) pada 428 wanita hamil di Antenatal Clinic UniversityHospital of West Indies di Kingston, Jamaica menyimpulkan bahwa status gizi ibu mempunyai keterkaitan erat terhadap berat bayi lahir. Penelitian sebelumnya dilakukan Purdyastuti (1994) di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta yang menyatakan bahwa status gizi ibu mempunyai pengaruh terhadap berat bayi lahir. Bondevik (2001) dalam penelitiannya mengenai Maternal Hematological Status and Risk of Low Birth Weight Preterm Delivery di Nepal, menyimpulkan bahwa Anemia berhubungan secara signifikan terhadap meningkatnya kejadian BBLR. Di Indonesia angka BBLR sebesar 10-14 % merupakan salah satu angka tertinggi di negara sedang berkembang (Husaini 1998), sedangkan dari hasil survei pendahuluan dan wawancara dengan kepala ruang bangsal persalinan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pada tahun 2000 didapatkan angka BBLR sebanyak 193 kasus (11,8 %) dari 1628 jumlah kelahiran hidup. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
Kode File : K214
File Skripsi ini terdiri atas :
- Bagian depan
- Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (instrumen, dll)
Bentuk file : Ms.Word
Donasi : Rp. 125.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan order/tinggalkan pesan dan email, kami akan kirimkan email file pesanan anda (SMS ke 086755605984)