Budaya organisasi bisa dikatakan sebagai jiwa organisasi. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa budaya organisasi merupakan persepsi karyawan tentang nilai-nilai, sikap dan perilaku yang dianggap sebagai pedoman untuk menghadapi permasalahan eksternal organisasi dan integrasi ke dalam organisasi sehingga masing-masing pegawai memahami dan melaksanakan sesuai dengan interpretasinya tersebut. Budaya organisasi di Dinas XX dapat dilihat dari empat tipe yaitu budaya kekuasaan, budaya peran, budaya dukungan dan budaya prestasi. Karena budaya organisasi menjadi pedoman bagi pegawai/karyawan dalam mempersepsi segala sesuatu di lingkungan kerjanya, tidak mengherankan jika budaya organisasi juga akan berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan. Budaya organisasi yang kuat akan menciptakan prestasi kerja yang tinggi, sebaliknya budaya organisasi yang lemah juga akan melemhkan prestasi kerja karyawan. Karena budaya organisasi dalam penelitian ini terdiri dari empat tipe, maka pengaruh budaya organisasi ini dapat berlaku secara parsial (satu variabel saja) atau simultan antara dua atau bahkan keseluruhan variabel terhadap prestasi kerja karyawan.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di lingkungan Dinas XX variabel budaya peran (X2) dan budaya prestasi (X4) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawannya. Akan tetapi variabel budaya kekuasaan (X1) dan budaya dukungan (X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan dan tidak signifikan. Sedangkan secara simultan atau bersama-sama seluruh variabel berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan Dinas XX.
Kenyataan ini terjadi karena hasil penelitian terhadap responden untuk variabel budaya kekuasaan dan budaya dukungan jika dihubungkan dengan variabel prestasi kerja, hasilnya cenderung homogen dan tidak selalu konsisten. Untuk responden dengan skor besar pada variabel budaya kekuasaan maupun budaya dukungan, hasil skor prestasi kerjanya sama dengan yang memiliki skor kecil pada variabel budaya kekuasaan dan budaya dukungan. Jadi semakin besar atau semakin kecil skor variabel budaya kekuasaan dan budaya dukungan tidak berpengaruh terhadap besar atau kecilnya skor prestasi kerja pegawai.
Faktor dominan yang paling berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan dari hasil analisis tersebut adalah budaya peran (X2). Hal ini menunjukkan bahwa peran seseorang dalam suatu tatanan organisasi sangatlah penting dalam usaha meningkatkan prestasi kerja orang tersebut, demikian pula budaya peran pimpinan akan mendorong prestasi kerja karyawan yang berada dibawah kekuasaan dan wewenangnya.
Kode file : F061
File thesis ini meliputi
- Bagian depan (Daftar isi, daftar tabel, dll)
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
- Lampiran2 : instrumen, analisis data, dll
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 150.000,-
Minggu, 05 Desember 2010
Pengetahuan ibu nifas tentang tanda-tanda bahaya masa nifas di BPS XXX
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil, bersalin dan nifas adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25-30% kematian wanita usia subur disebabkan oleh kehamilan persalinan dan nifas. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil bersalin dan nifas. Di Asia Selatan wanita kemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas. Di negara Afrika 1 : 14, sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50% kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah (Prawirohardjo, 2002).
Pada wanita atau ibu nifas, penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Rustam Mochtar, 2006).
Apabila ibu nifas mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, maka apabila terjadi masalah-masalah seperti infeksi nifas maka ibu akan mengerti dan segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, Sebaliknya jika ibu tidak mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas maka ibu tidak akan tahu apakah ibu dalam bahaya atau tidak.
Kode file : K153
File skripsi ini meliputi
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 30.000,-
Pada wanita atau ibu nifas, penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri) (Rustam Mochtar, 2006).
Apabila ibu nifas mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, maka apabila terjadi masalah-masalah seperti infeksi nifas maka ibu akan mengerti dan segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, Sebaliknya jika ibu tidak mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas maka ibu tidak akan tahu apakah ibu dalam bahaya atau tidak.
Kode file : K153
File skripsi ini meliputi
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 30.000,-
Sabtu, 04 Desember 2010
Perbedaan Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Antara yang Diasuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja
Dampak negatif dari ibu bekerja adalah tidak dapat memberikan perhatian yang penuh pada perkembangan anaknya, sedangkan ibu yang tidak bekerja cenderung memiliki waktu pengasuhan lebih banyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perkembangan anak usia 3-5 tahun yang diasuh ibu bekerja dan tidak bekerja.
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun, sampel 65 responden yang dipilih dengan teknik purposive Sampling. Variabel Independent dalam penelitian ini adalah status pekerjaan dan variabel dependent adalah perkembangan anak usia 3-5 tahun. Dari hasil analisa data, digunakan uji Chi-Square dengan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan anak yang diasuh ibu bekerja memiliki perkembangan normal terbesar yaitu 15 anak (71%). Sedangkan anak yang diasuh ibu tidak bekerja perkembangan normal sebesar 8 anak (33%). Hasil dari pengolahan data menggunakan rumus Chi-Square dengan bantuan program SPSSadalah 6,512 dengan taraf signifikan 0,039. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari perkembangan anak usia 3-5 tahun antara yang diasuh ibu bekerja dan yang diasuh oleh ibu tidak bekerja. Diharapkan kepada ibu yang bekerja maupun tidak bekerja agar selalu memperhatikan kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi mental anak selama tahap perkembangannya.
Kode file : K235
File skripsi ini meliputi
- Bagian depan (Daftar isi, daftar tabel, dll)
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
- Lampiran2
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 100.000,-
Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 3-5 tahun, sampel 65 responden yang dipilih dengan teknik purposive Sampling. Variabel Independent dalam penelitian ini adalah status pekerjaan dan variabel dependent adalah perkembangan anak usia 3-5 tahun. Dari hasil analisa data, digunakan uji Chi-Square dengan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan anak yang diasuh ibu bekerja memiliki perkembangan normal terbesar yaitu 15 anak (71%). Sedangkan anak yang diasuh ibu tidak bekerja perkembangan normal sebesar 8 anak (33%). Hasil dari pengolahan data menggunakan rumus Chi-Square dengan bantuan program SPSSadalah 6,512 dengan taraf signifikan 0,039. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari perkembangan anak usia 3-5 tahun antara yang diasuh ibu bekerja dan yang diasuh oleh ibu tidak bekerja. Diharapkan kepada ibu yang bekerja maupun tidak bekerja agar selalu memperhatikan kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi mental anak selama tahap perkembangannya.
Kode file : K235
File skripsi ini meliputi
- Bagian depan (Daftar isi, daftar tabel, dll)
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
- Lampiran2
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 100.000,-
Pengaruh Pemberian Lavement Dan Obat Pencahar Terhadap Kecepatan Proses Persalinan
Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. Salah satu penyebab rupture perineum adalah karena usus atau kolon yang terisi penuh sehingga berdesakan dengan kepala dan badan janain pada saat proses persalinan berlangsung. Pasien pada umumnya dianjurkan untuk buang air besar secara normal sebelum proses persalinan berlangsung. Namun banyak pasien yang idak dapat melakukan buang air besar secara normal karena kondisi kecemasan, takut dan gelisah menjelang proses melahirkan. Untuk itu tindakan alternatif perlu dilakukan terutama menghadapi ibu atau pasien yang kesulitan buang air besar secara normal seperti pemberian lavement menggunakan air hangat dan sabun, atau pemberian obat pencahar.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Tahun 2010. Data dianalisa menggunakan model analisis varians klasifikasi satu arah.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pemberian lavementt, obat pencahar, dan buang air besar (BAB) normal terhadap kontraksi uterus, lama pembukaan 0-9 cm, lama pembukaan kala II dan III, robekan perineum, volume perdarahan, dan kondisi bayi baru lahir. Peneliti menyarankan agar Ibu yang sedang dipersiapkan untuk proses persalinan hendaknya dianjurkan untuk BAB secara normal dahulu dengan penjelasan yang tepat demi kelancara proses persalinan. Jika ibu tidak bersedia BAB secara normal, maka penggunaan lavementt dengan air hangat.
Kode file : K207
File skripsi ini meliputi
- Bagian depan (Daftar isi, daftar tabel, dll)
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
- Lampiran2 : instrumen, dll
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 125.000,-
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Tahun 2010. Data dianalisa menggunakan model analisis varians klasifikasi satu arah.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pemberian lavementt, obat pencahar, dan buang air besar (BAB) normal terhadap kontraksi uterus, lama pembukaan 0-9 cm, lama pembukaan kala II dan III, robekan perineum, volume perdarahan, dan kondisi bayi baru lahir. Peneliti menyarankan agar Ibu yang sedang dipersiapkan untuk proses persalinan hendaknya dianjurkan untuk BAB secara normal dahulu dengan penjelasan yang tepat demi kelancara proses persalinan. Jika ibu tidak bersedia BAB secara normal, maka penggunaan lavementt dengan air hangat.
Kode file : K207
File skripsi ini meliputi
- Bagian depan (Daftar isi, daftar tabel, dll)
- Bab I – V (pendahuluan – penutup) lengkap
- Daftar pustaka
- Lampiran2 : instrumen, dll
Bentuk file : WORD
Donasi : Rp. 125.000,-
Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam memberikan susu formula dini pada bayi usia 0-6 bulan
Praktek menyusui di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun. Atas dasar tersebut WHO merekomendasikan untuk hanya memberikan ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan. UNICEF menyatakan 30 ribu kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia tiap tahun dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi. Oleh karena itu, sampai usia 6 bulan bayi tidak membutuhkan makanan apapun selain ASI. Artinya, bayi hanya memperoleh susu ibu saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun.
Untuk melindungi hak-hak bayi dalam mendapatkan ASI, telah dirumuskan kode etik internasional yang berupaya mendukung dan melindungi kegiatan Ibu menyusui, dengan mengatur praktek penjualan produk-produk yang termasuk dalam kategori asupan selain ASI. Kode etik ini berlaku untuk : susu buatan untuk bayi; produk-produk yang digunakan untuk memberi asupan kepada bayi, terutama produk yang digunakan dengan botol susu atau untuk bayi berumur di bawah 6 bulan. Kode etik ini juga berlaku untuk produk botol susu atau dot bayi.
Pemberian susu formula dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menyusui sendiri. Hal ini juga menurunkan selera makan bayi yang alami dan menyebabkan bayi tidak begitu mau menyusu pada pemberian ASI berikutnya. Karena ASI diproduksi berdasarkan pasokan dan kebutuhan bayi, pemberian susu tambahan (formula) dapat membawa akibat yang serius untuk menimbulkan laktasi dan mempertahankannya.
Memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, meningkatkan resiko alergi, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, resioko kanker pada anak, penyakit menahun, penyakit telinga tengah, infeksi yang berasal dari susu formula tercemar, meningkatkan resiko efek samping zat pencemar lingkungan, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan resiko kematian, dan menurunkan perkembangan keserdasan kognitif.
Kode File : K234
File skripsi ini meliputi :
Bentuk file : Ms.Word
Donasi : 125.000,-
Untuk melindungi hak-hak bayi dalam mendapatkan ASI, telah dirumuskan kode etik internasional yang berupaya mendukung dan melindungi kegiatan Ibu menyusui, dengan mengatur praktek penjualan produk-produk yang termasuk dalam kategori asupan selain ASI. Kode etik ini berlaku untuk : susu buatan untuk bayi; produk-produk yang digunakan untuk memberi asupan kepada bayi, terutama produk yang digunakan dengan botol susu atau untuk bayi berumur di bawah 6 bulan. Kode etik ini juga berlaku untuk produk botol susu atau dot bayi.
Pemberian susu formula dapat mengurangi keyakinan ibu akan kemampuannya untuk menyusui sendiri. Hal ini juga menurunkan selera makan bayi yang alami dan menyebabkan bayi tidak begitu mau menyusu pada pemberian ASI berikutnya. Karena ASI diproduksi berdasarkan pasokan dan kebutuhan bayi, pemberian susu tambahan (formula) dapat membawa akibat yang serius untuk menimbulkan laktasi dan mempertahankannya.
Memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan berbagai penyakit dan gangguan seperti infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernafasan, meningkatkan resiko alergi, resiko serangan asma, resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, resioko kanker pada anak, penyakit menahun, penyakit telinga tengah, infeksi yang berasal dari susu formula tercemar, meningkatkan resiko efek samping zat pencemar lingkungan, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan resiko kematian, dan menurunkan perkembangan keserdasan kognitif.
Kode File : K234
File skripsi ini meliputi :
- Bagian depan
- Bab 1-5 (pendahuluan s/d penutup lengkap)
- Daftar Pustaka (tahun 2001 - 2009)
- Lampiran2 (Kuesioner dll)
Bentuk file : Ms.Word
Donasi : 125.000,-
Langganan:
Postingan (Atom)