Jumat, 14 Oktober 2011

Hubungan Merokok dengan Kejadian Penyakit TBC di Kecamatan XX

Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan
suatu ketergantungan seperti ketergantungan pada obat tertentu. Jumlah
perokok di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, dan saat ini WHO
memperkirakan terdapat sekitar 1,1 miliar perokok di dunia.
Peningkatan jumlah perokok ini selalu diikuti oleh peningkatan jumlah
penderita TBC. Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya di
Indonesia dan saat ini mencapai angka 538.000 kasus baru. Merokok
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya TBC, namun jika faktor
merokok ini dapat dikurangi atau bahkan dihentikan maka tentu jumlah
penderita TBC juga akan berkurang. Salah satu peran perawat di
komunitas adalah melalui upaya promotif dan preventif antara lain
berupa peningkatan perilaku hidup bersih sehat (PHBS), salah satunya
adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berhenti dan tidak
merokok sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan merokok dengan
kejadian penyakit TBC di Kecamatan XX. Jenis penelitian ini adalah
survei analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita TBC yang terdaftar di
Puskesmas XX pada saat penelitian yaitu sebesar 48 orang. Penentuan
sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 81
responden yang terdiri dari responden penderita TBC sebanyak 44
responden, dan kelompok kontrol yaitu responden yang tidak mendertia
TBC sebanyak 37 responden. Pengolahan data menggunakan Uji Chi Square
dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05).
Hasil uji statistik menunjukkan angka probabilitas (p) sebesar 0,032
(p < 0,05), sehingga ada hubungan antara merokok dengan kejadian
penyakit TBC di Kecamatan XX. Hal ini berarti merokok merupakan salah
satu faktor resiko untuk terjadinya penyakit TBC. Hasil yang diperoleh
melalui Uji Lambda diperoleh nilai 0,189 yang berarti memiliki
hubungan yang sangat lemah dengan arah positif, dengan kata lain
perilaku merokok beresiko menimbulkan TBC sebesar 18,9%, sedangkan
81,1% lainnya adalah faktor resiko lainnya yaitu contact case dengan
penderita BTA (+), faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan rumah, dan
faktor perilaku selain merokok. Arah yang positif menggambarkan
hubungan sinergis antara variabel bebas dan variabel terikat yaitu
semakin berat seseorang memiliki kebiasaan merokok maka resiko untuk
menderita TBC semakin besar. Meskipun memiliki hubungan yang sangat
lemah, merokok merupakan faktor resiko yang paling sering terjadi pada
penderita TBC. Nilai hubungan 18,9% akan menjadi sangat besar bila
dibandingkan faktor resiko lainnya yang sangat luas yang tak lepas
dari aktifitas sehari-hari manusia.
Sesuai hasil analisis pada penelitian ini diperoleh nilai OR sebesar
2,836, maka dapat disimpulkan bahwa merokok dengan kategori perokok
berat dapat mempertinggi risiko penyakit TBC sebesar 2,836 kali lebih
besar dibandingkan mereka yang tidak merokok di Kecamatan XX. Jika
perilaku merokok dapat kita kurangi atau bahkan dihentikan, maka
jumlah penyakit TBC dan penyakit lain akibat merokok akan berkurang.
Dengan demikian, derajat kesehatan akan menjadi optimal sehingga
produktifitas masyarakat akan terus meningkat yang nanti juga akan
diikuti dengan taraf hidup yang lebih baik.


Kode file : J011
File skripsi ini meliputi :
- Abstraks, Daftar isi dll
- Bab 1 - 5 lengkap (pendahuluan s/d penutup)
- Daftar pustaka
- Lampiran2 (kuesioner, dll)

Bentuk file : Ms.Word
Charge : Rp. 100.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan order/tinggalkan pesan dan email, kami akan kirimkan email file pesanan anda (SMS ke 086755605984)