Kamis, 17 September 2009

Pengaruh Faktor-Faktor Kondisi Kesehatan, Kondisi Ekonomi Dan Kondisi Sosial Terhadap Kemandirian Orang Lanjut Usia

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif.

Untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisikondisi itu, maka keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung pada orang lain. Jika lanjut usia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak tergantung pada orang lain. Dengan demikian angka ratio ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah akan berkurang.

Kode File : L030

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

Bentuk file : PDF

Donasi : Rp. 25.000,-

Gambaran Sikap Dukun Bayi Dalam Pertolongan Persalinan Yang Benar Di Wilayah Puskesmas XX

Dukun bayi di wilayah Puskesmas XX masih banyak yang aktif menolong persalinan yaitu sebesar 14% dan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 86 %. Keadaan tersebut masih belum mencapai target Indonesia Sehat 2010 yakni 90 % pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sehingga tidak dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Dari  data di Puskesmas XX angka kematian ibu tidak ada, namun masih terdapat angka kesakitan ibu yang ditandai tingginya rujukan dari dukun bayi akibat kesalahan pertolongan persalinan oleh dukun berjumlah 12 orang ibu bersalin (2005) dan 9 orang ibu bersalin (2006). Dengan rendahnya pendidikan dukun bayi yang membuat proses pencapaian target tersebut sulit tercapai dan diketahui bahwa dari 39 dukun bayi (26 orang dukun terlatih dan 13 orang dukun bayi tidak terlatih) 52 % berpendidikan SD, 40 % dukun bayi tidak tamat SD, 8 % dukun bayi tidak pernah mengenyam pendidikan formal, disertai frekuensi pelatihan tentang pertolongan persalinan yang benar di Puskesmas XX hanya 3 bulan sekali, tentunya dukun bayi tersebut mempunyai sikap dalam pertolongan persalinan yang benar sesuai dengan peran dukun sebagai penolong persalinan.

Desain penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran sikap dukun bayi dalam pertolongan persalinan yang benar di wilayah Puskesmas XX. Populasi penelitian ini adalah dukun bayi sejumlah 26 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi sehingga sampel yang diambil sejumlah 26 responden.

Dari penelitian terhadap 26 responden didapatkan data sikap dukun yang tergolong positif adalah 61,5 % dan yang tergolong bersikap negatif adalah 38,5 %. Pada hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap dukun bayi tersebut sudah baik. Mengingat pertolongan persalinan yang benar harus dimaksimalkan maka keadaan dukun bayi yang bersikap negatif sangat berbahaya dan perlu diturunkan. Sikap negatif tersebut memberi arti bahwa dukun bayi tersebut cenderung berperilaku negatif dan melakukan pertolongan persalinan dengan salah. Disarankan pula kepada pemerintah setempat untuk lebih meningkatkan kualitas pelatihan dukun bayi diwilayahnya demi tercapainya target Indonesia Sehat 2010 dan dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada umumnya. Walaupun tidak terdapat angka kematian ibu (AKI), namun tingginya angka rujukan dari dukun bayi akibat kesalahan pertolongan persalinan terhadap ibu bersalin perlu diturunkan.

Kode File : K187

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Halaman depan (abstraks, daftar isi, dll)

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner

-         Lampiran-lampiran

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 60.000,-

Gambaran Faktor Internal yang Mempengaruhi Ibu untuk Memilih Bersalin ke Dukun

Berdasarkan SDKI 2002-2003, Indonesia masih menempati rangking yang tinggi diantara negara-negara ASEAN lainnya yaitu 307 kematian ibu hamil dan ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI di Indonesia adalah karena pertolongan persalinan oleh dukun yang masih menjadi pilihan sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari studi pendahuluan pada cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehaan Desa XX, yang hanya mencapai 52,75% dari target tahun 2006. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran faktor internal yang mempengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Besar sampel pada penelitian ini sebanyak 18 orang dan pengambilan sampel dengan menggunakan rancangan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive sampling). Adapun variabel yang diteliti adalah faktor pengetahuan dan faktor pengalaman sebagai faktor internal yang mempengaruhi ibu untuk memilih bersalin ke dukun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pertolongan persalinan yang aman, yaitu sebanyak 78% memiliki pengetahuan dengan kriteria Baik. Sedangkan pada tingkat pengalaman, sebagian besar responden (67%) memiliki pengalaman dengan kriteria negatif, yang diartikan sebagai tidak/kurang berpengalaman. Kesimpulan penelitian ini adalah meskipun tingkat pengetahuan ibu berada pada kriteria baik, ternyata persalinan ke dukun masih menjadi pilihan beberapa ibu di Desa XX. Sedangkan pada faktor pengalaman, mayoritas responden memiliki pengalaman yang terbatas (kriteria negatif) disebabkan oleh keengganan ibu untuk melakukan kontak dengan petugas kesehatan. Saran yang dapat diberikan setelah mengetahui hasil penelitian ini yaitu, diharapkan Ibu dapat memilih penolong persalinan yang tepat dan aman bagi dirinya, peningkatan penyuluhan dan mutu pelayanan kesehatan terutama tentang KIA, serta implementasi kemitraan antara Bidan desa – dukun secara intensif.

Kode File : K186

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Halaman depan (abstraks, daftar isi, dll)

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuesioner + lampiran2

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 100.000,-

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus Pada Ibu Hamil di RSUD XX

Abortus adalah ancaman / pengakhiran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu dengan hasil konsepsi masih embrio dan plasenta belum selesai / berat janin kurang dari 500 gram. Dari studi pendahuluan yang kami lakukan di RSUD X terdapat 113 kasus abortus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO / World Health Organization), diseluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan abortus. Setiap tahun, sekitar 500 ribu ibu mengalami kematian disebabkan oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50% diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus. Yang lebih memprihatinkan lagi, sekitar 90% dari kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia. Di seluruh dunia, setiap tahun terjadi sekitar 40-70 kasus abortus per 1000 wanita usia reproduksi.

Penelitian dilaksanakan dengan rancangan diskriptif. Sampel penelitian sebesar 53 responden, yang diperoleh dengan menggunakan total populasi sampling. Pengumpulan data yang diperoleh yaitu data sekunder diambil dari buku register di RSUD X.

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 52,9% ibu hamil mengalami abortus inkomplit dan responden terbanyak pada umur kehamilan < 16 minggu sebesar 84,9%. Dilihat dari faktor usia ibu 71,7% usia 20-35 tahun, dilihat dari faktor usia ayah 54,7% usia > 35 tahun, dan dilihat dari faktor pekerjaan ibu 41,5% IRT (Ibu Rumah Tangga). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagian besar ibu hamil yang mengalami abortus di RSUD X adalah abortus incomplit dilihat dari faktor usia ibu pada usia 20-35 tahun, faktor pada usia ayah usia > 35 tahun, faktor pekerjaan ibu yaitu IRT (Ibu Rumah Tangga).  Disarankan kepada ibu-ibu hamil untuk sesering mungkin melakukan pemeriksaan kehamilannya (ANC) kepada petugas kesehatan, agar penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan dapat dikenali dan ditangani secara dini.

Kode File : K185

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 40.000,-

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Tentang Cara Mengatasi Mual Muntah Pada Kehamilan Di Poli Hamil RSX

Salah satu perubahan fisiologis selama kehamilan adalah perubahan hormonal, pada trimester pertama segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh meningkat, kondisi tersebut dapat menyebabkan mual muntah yang disebut dengan emesis gravidarum. Mual muntah ini umumnya timbul pada pagi hari sehingga sering disebut morning sicknes. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa mual berlebihan yang kemudian menyebabkan ibu tak mampu melawan rasa mual tersebut lalu dimuntahkan. Sebagian keluhan mual-mual dan muntah-muntah ini sangat wajar sehingga gangguan selama kehamilan ini dianggap sangat normal bahkan ada yang menjuluki sebagai “bawaan si bayi”. Walaupun ketidaknyamanan yang umum seperti mual muntah dalam kehamilan tidak mengancam keselamatan jiwa namun hal ini sangat tidak nyaman dan menyulitkan bagi ibu dan kalau terjadi berlebihan akan mengganggu aktivitas ibu dan bisa menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut dengan hiperemesis gravidarum.

Adapun tujuan secara umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, dengan sampel penelitian sebagian ibu hamil trimester I yang berjumlah 31 orang yang diambil secara acciental sampling. Variabel penelitian ini adalah variabel independen pengetahuan dan variabel dependen sikap. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji Spearman rank.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan dalam kategori baik 46 % (14 orang). 32 % (10 orang) dalam kategori cukup, 19% (6 orang) pengetahuannya kurang, dan pengetahuannya tidak baik 3% (1 orang). Sedangkan sikap sebagian besar 58% (18 orang) ibu hamil memiliki sikap positif tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan,  dan  sisanya 42% (13 orang) memiliki  sikap negatif. Dari hasil analisis Spearman rank, didapatkan t hitung > harga t tabel, artinya ada hubungan  pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan. Untuk itu disarankan pada intitusi rumah sakit agar tetap memberikan penyuluhan tentang cara mengatasi mual muntah pada kehamilan.

Kode File : K184

File Skripsi ini terdiri atas :

-         Bab 1 – 5 (pendahuluan – penutup) lengkap

-         Daftar pustaka

-         Kuisioner

Bentuk file : Ms.word

Donasi : Rp. 60.000,-

Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit XX

Hasil penelitian mutakhir menunjukkan  ada beberapa faktor yang mendukung terjadinya karsinoma uteri seperti: (a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) Jumlah kehamilan dan partus, (c) Jumlah perkawinan/ berganti-ganti pasangan, (c) Infeksi virus herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kandiloma diduga sebagai penyebab, (d) Sosial Ekonomi dan (e) Hygiene dan Sirkumsisi.

Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban serviks uteri. Usaha pencegahan diagnosa dini perlu dilakukan karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif atau tidak  memuaskan.

Untuk menghindari kanker serviks sebaiknya perlu diperlukan pemeriksaan yang yang salah satunya adalah pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan rahim dengan menggunakan mikroskop.

Pada saat pemeriksaan yang bersangkutan tidak merasakan sakit panas, dan prosesnya cukup cepat dan sangat dianjurkan bagi setiap wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker serviks uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan dini.

Diagnosa kanker serviks uteri masih sering terlambat dan penangannya pun ternyata tidak memberikan hasil yang baik, keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering terlambat ke dokter. Mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu, atau pergi ke dukun, hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerapan kanker pada umumnya, penderita kanker serviks uteri tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan tersebut, disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian.

Pada umumnya insiden kanker sangat rendah dibawah umur 20 tahun, sedangkan karsinoma insiden mulai naik pada umum awal puncak pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncaknya naik kembali pada usia lebih tua.

Kode file : K156

File skripsi ini terdiri atas :

  • Bab 1 - 5 (pendahuluan - penutup) lengkap

  • Daftar pustaka


Bentuk file : microsft word

Donasi : Rp.35.000,-